"Kak Husein,"
•••
Husein berjalan menghampiri Alkina yang tampaknya cukup terkejut dengan kedatangannya. Ia tidak datang atas keinginannya sendiri, tapi karena permintaan dari Yeneng yang sekarang berada di rumah sakit setelah bertengkar hebat dengan istrinya sendiri.
"Kemana aja kamu beberapa hari ini?"
"Aku bareng temen, kak,"
Alkina menunduk, tdk ingin menatap ke arah Kalan yang duduk di sampingnya.
"Pulang, Om masuk rumah sakit," Alkina sontak mendonggak. Papanya masuk rumah sakit?
"Kok bisa?! Sejak kapan?"
"Sejak kamu nggak bisa dihubungi," mata indah Alkina kini kembali berkaca-kaca sambil menatap ke arah lawan bicaranya saat ini, tanpa memperdulikan Kalan yang berada di sampingnya, gadis itu memegang tangan Husein.
"Antar Alkina ke Papa," lirih Alkina yang membuat Husein mengangguk dan menggandeng tangan gadis itu, namun langkah Husein terhenti saat mendengar ucapan seorang pria yang tentunya lebih muda darinya.
"Siapa yang ngizinin lo pergi?" ucap Kalan sambil ikut berdiri di belakang Alkina yang langsung memutar pandangannya.
Alkina melepaskan genggaman tangan Husein sebelum melangkah mendekati sang kekasih.
"Kalan, Papa aku sakit, aku harus ke sana," ucap Alkina sambil menyentuh pergelangan tangan sang kekasih yang kini menatap lurus ke arah Husein yang sedari tadi mengamati interaksi kedua remaja itu.
"Gue bisa anter lo,"
Alkina mengangguk, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat dengan lelaki itu. Ia harus segera bertemu dengan sang ayah.
Husein berjalan lebih dulu membiarkan Alkina dan temannya itu mengikuti langkahnya dari belakang.
Setelah sampai di rumah sakit, Alkina lebih dulu berlari menuju ruang inap sang ayah, sedangkan Kalan dan Husein berjalan cepat mengikutinya.
Setelah sampai, Husein berdiri di depan Kalan.
"Lebih baik kamu tidak usah ikut masuk, karena keadaan Papa Alkina yang kurang baik, takutnya banyak pertanyaan yang timbul karena keberadaan kamu," ucap Husein sebelum masuk ke dalam ruangan VIP itu.
Kalan terdiam cukup lama sebelum duduk di salah satu kursi tunggu di depan ruang inap Yeneng.
Sedangkan Alkina kini sedang menggenggam erat tangan sang Papa, dengan mata yang berair. Melihat keadaan sang Papa yang cukup memprihatinkan membuat Alkina tak berhenti menyalahkan dirinya akibat kejadian ini.
"Papa," lirihnya sambil mengelus sayang tangan sang Papa yang sudah mulai keriput.
"Kenapa Papa bisa kayak gini, kak?"
"Om dan Tante dua hari yang lalu bertengkar hebat, karena kebohongan Tante Dea yang baru Om tau,"
"Itu cuman salah paham, Mama nggak pernah bohong sama Papa," Dea memang jahat padanya, jika cuman karena itu tidak mungkin Papanya harus berada di ruangan ini.
"Tante Dea selingkuh," ucap Husein setelah menunduk.
"Nggak mungkin,"
Alkina menunduk sambil meremas seprai putih.
"Itu cuman kesalahpahaman,"
Husein menghela nafasnya, ia tidak tahu ada manusia sebaik Alkina. Gadis yang bertahun-tahun hidup bagai pembantu dan tidak dianggap, tetap saja membela orang yang memperlakukannya tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Husband
RomanceAlkina mendekati gerombolan anak yang sedang bersantai di rooftop sekolah. Tentu saja kedatangan Alkina sukses mencuri perhatian. "Kalan?" Kalan membuang rokoknya setelah mendengar sapaan dari gadis yang selama ini sudah ia klaim sebagai kekasihnya...