07

86.9K 7.4K 230
                                    

Bawa mobil ke halte bus, sekarang!" pinta Kalan sambil menggangkat sang kekasih ke dalam gendongannya.

•••

Kalan menatap datar gadis yang kini terbaring lemah di atas ranjangnya. Mengamati gadis yang sedari tadi terlihat pucat itu.

Gumaman dari Alkina membuat Kalan duduk tepat di samping sang gadis.

"Mau minum?" Alkina sontak mengangguk, suaranya seolah enggan keluar. Dengan pelan Kalan membantu Alkina agar bisa bersandar di kepala ranjang.

Setelah memberikannya segelas air, Kalan mengusap bibir pucat sang kekasih, lalu menarik Alkina ke dalam pelukannya.

"Sekarang lo mau jelasin?"

Alkina menggeleng di dalam pelukannya Kalan. Dengan pelan ia pun membalas pelukan hangat dari kekasihnya itu.

"Dingin,"

"Tunggu, gue ambil makanan sama obat yang tadi dikasi dokter,"

Kalan melangkah menuju dapur dan menyiapkan makanan untuk Alkina. Saat kembali ke kamar, Kalan dikejutkan dengan Alkina yang memeluk empat selimut tebal miliknya.

"Maaf, aku ambil selimut di sana, aku kedinginan," lirih Alkina masih dengan posisi memeluk empat lapis selimut tebal.

Kalan mengangguk, lalu melangkah cepat menuju Alkina, "Kalan?" Alkina menggeleng saat Kalan ingin memindahkan selimut itu.

Melihat Alkina yang enggan melepaskan benda itu, membuat Kalan ikut masuk ke dalam selimut lalu memeluk tubuh kecil sang kekasih.

Kalan membisikkan kata-kata penenang di telinga Alkina, membuat Alkina perlahan melepas selimut itu.

"Aku suapin," Alkina hanya menunduk, ia tak berselera untuk saat ini, tenggorokannya sedang sakit.

"Sedikit aja," Kalan mengusap puncak kepala Alkina, yang membuat Alkina luluh dan menerima suap demi suap yang dilayangkan oleh sang kekasih.

Alkina membuang muka saat Kalan kembali ingin menyuapinya, "Kenyang,"

Kalan mengangguk lalu mengambil segelas air untuk kekasih itu.

"Tunggu tiga puluh menit, baru minum obat,"

Saat Kalan ingin keluar dari kamar, Alkina sontak menangis keras.

"Kenapa?" Alkina hanya menggeleng sebelum mengangkat tangannya seolah meminta Kalan untuk menggenggamnya.

Kalan melangkah kembali menuju Alkina. "Sayang? Gue cuman mau nyuruh temen-temen buat pulang,"

Alkina menggeleng.

Kalan mengambil smartphonenya lalu menghubungi Natan untuk mengajak ke empat temannya untuk pulang.

Tok

Tok

Kalan menoleh begitu pun dengan Alkina.

"Masuk,"

Kalan menghela nafasnya saat melihat wajah tanpa dosa milik Alina di sela pintu yang terbuka.

"Nggak sopan kalau nggak nyapa tuan rumah,"

"Alkina gue pulang dulu, ya?"

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang