17

78.1K 6.9K 373
                                    

"Telat bangsat!" sindir Radit sebelum mengusap wajahnya kasar. Bagaimana ia bisa pintar, jika keempat temannya memiliki IQ di bawah rata-rata.

•••

Setelah perbincangan Husein dan wali kelasnya kemarin. Alkina sudah memutuskan untuk berhenti sekolah. Dan nanti akan mengikuti ujian paket C. Keputusan Alkina untuk berhenti sekolah sempat mendapat penolakan dari wali kelasnya mengingat hanya tinggal berapa hari lagi sudah ujian akhir yang menentukan kelulusan.

Alkina sudah berangkat ke Bandung kemarin, ia memilih tak kuliah hingga anaknya lahir.

Yeneng pun sudah mengetahui keadaan sang anak. Ia tidak bertanya panjang, ia mementingkan kenyamanan sang anak, ia yakin setelah tenang, Alkina akan memberitahukannya. Ini hanya soal waktu.

Alkina menatap keluar jendela. Kini mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Tasikmalaya.

Gadis itu menghela nafasnya, ia tidak akan merasa bosan jika saat ini ada Kalan di sampingnya. Mendengar ceritanya dan menatap mata tajam kekasihnya itu.

Di masa kehamilannya ini, ia seolah ter-Kalan Kalan, itulah istilah anak muda jaman sekarang.

Alkina kembali menatap layar smartphonenya, yang menampilkan foto Kalan yang tampaknya saat membeli smartphone ini ia mencoba kameranya terlebih dahulu.

Alkina mengelus perutnya dengan pelan sebelum menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, hingga ketukan di pintu kamarnya membuat Alkina segera berdiri dan menghampiri pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alkina mengelus perutnya dengan pelan sebelum menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, hingga ketukan di pintu kamarnya membuat Alkina segera berdiri dan menghampiri pintu.

"Ini tadi Papa ke minimarket, beli susu untuk ibu hamil, biasanya kamu suka susu rasa strawberry, tapi Papa beli rasa coklat dan vanila juga," ucap Yeneng sambil menyerahkan satu kantong besar pada sang anak, selain susu, lelaki paruh baya itu juga membeli banyak cemilan untuk sang anak yang akhir-akhir ini jarang makan.

Alkina menatap kantong an yang disodorkan sang Papa, sebelum mendonggak.

"Papa nggak marah?" pertanyaan Alkina membuat Yeneng menatap dengan tatapan bingung.

"Marah? Buat apa?" Yeneng tersenyum lembut sebelum menepuk pelan puncak kepala anak gadisnya itu.

"Anak Papa nggak ngapa-ngapain kok,"

"Papa ke depan dulu, mau menanam bunga," lanjut Yeneng sebelum menutup pintu kamar Alkina dengan pelan.

Alkina menghela nafasnya sebelum kembali membuka pintu dan menyusul yang Papa di teras rumah.

•••

Seorang lelaki tampan kini duduk dengan wajah yang ditekuk, mendengar segala ocehan sang Baba yang tidak ada hentinya dari satu jam yang lalu.

"Terus sekarang gimana?! Kamu masih 18 tahun Kalan?! Masih kecil! Masih kecil udah berani buat anak kecil," ucap Ilker sambil mengusap wajah tampannya, tampak lelaki itu sudah frustasi dengan kelakuan ajaib anaknya itu.

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang