26

60.3K 5.3K 46
                                    

Alkina tidak membalas ucapan Radit, wanita hamil itu sibuk memikirkan cara membuat Kalan memaafkannya.

•••

Alkina duduk dipinggir ranjang sambil sesekali menatap ke arah jarum jam yang sedang berputar.

Kini sudah jam sebelas malam, Kalan belum juga kembali ke rumah, membuat Alkina khawatir apalagi lelaki itu pergi dalam keadaan marah dan emosi. Satu  pertanyaan yang paling mengganggu pikiran Alkina. Yakni, Kalan tidak pergi bersama teman-teman wanitanya, kan?

Alkina cemberut sebelum membanting kasar buku yang sedari tadi di tangannya. Buku yang hanya ia pegang sejak empat jam yang lalu.

Alkina membaringkan tubuhnya, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, lalu terisak pelan.

•••

Kalan menatap teman-temannya yang sedari tadi membujuknya untuk pulang.

"Pulang aja, Lan," ucap Devano kesekian kalinya karena kasian pada Alkina.

"Nah iya! Mood doi lagi nggak stabil," timpal Alian yang menuangkan wine ke dalam gelas Kalan. Tentu saja atas perintah Kalan yang akan kembali mengamuk jika tidak dituruti.

"Sial! Dia nggak tau seberapa khawatir gue liat dia pingsan?! Dia nggak tau gimana perasaan gue?! Dia cuman mikirin diri dia sendiri!" racau Kalan sebelum kembali meneguk wine beralkohol yang dituangkan Alian beberapa detik yang lalu.

"Kalau nggak gitu, bisa-bisa lo malah bunuh Sita di sekolah, njing,"

Kalan mengusap wajahnya sebelum berdiri.

"Mau ke mana lo? Gue anter!" ucap Radit cepat saat melihat sahabatnya itu berdiri dengan tubuh yang setengah sadar.

Radit membopong tubuh sahabatnya yang memiliki tinggi badan yang sama dengannya.

Setelah sampai di di depan mansion Atmaja, Kalan segera keluar dari mobil sebelum mengangkat jari tengahnya pada Radit yang kembali mencibir.

"F*ck, untung gue bantu, bangsat!" ucap Radit kesal sebelum kembali menancapkan gasnya menuju rumah teman wanita yang selama ini selalu ada disaat ia butuh.

Kalan melangkah dengan kaki gontai menuju pintu utama mansion. Lalu membukannya dengan kunci pintu berbentuk kartu. Ia melangkah masuk lalu menjatuhkan tubuhnya di salah satu kursi yang berada di ruang keluarga, dengan pelan Kalan membaringkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.

•••

Alkina yang kelelahan setelah menangis, seketika tertidur beberapa jam yang lalu, namun kembali terbangun saat merasakan kering pada tenggorokannya.

Alkina segera mendudukkan tubuhnya lalu menggunakan sendal rumah, dan melangkah menuju dapur.

Dengan pelan Alkina berjalan dengan gaun tidur berwarna putih, hingga berhenti saat melihat seorang pria tertidur dengan pakaian lengkap dan juga sepatu yang masih melekat di kakinya.

Alkina menghela nafasnya sebelum melangkah ke arah lelaki itu. Membuka sepatu Kalan secara perlahan agar tidak mengganggu acara tidurnya. Alkina juga membantu membuka jaket hitam, dan juga kalung perak yang melingkar di leher sang suami.

Setelah memastikan Kalan sudah nyaman dengan posisi tidurnya, Alkina kembali melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air, lalu kembali ke ruang tamu.

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang