19

72.7K 6.4K 307
                                    

"Ouranos,"

•••

Alkina berjalan dengan pelan menghampirinya kelima lelaki itu diikuti oleh Yeneng yang setia mengekori sang putri dengan tatapan penuh tanya. Apakah selama ini anaknya hanya berteman dengan pria?

"Kalian ngapain ke sini?"

Alian tersenyum. "Jemput bidadari,"

Kalan berdiri dengan santai sebelum berjalan menghampiri Yeneng. "Saya mau nikah sama Alkina,"

Alkina yang mendengar ucapan Kalan sontak menoleh. Hah! Apa-apaan lelaki itu, seenak jidatnya dulu mengatainya selingkuh sekarang dengan entengnya mengajak nikah.

"Apa sih! Nggak!" kesal Alkina sambil melipat tangannya di depan ada.

"Nggak ada nikah-nikah,"

Kalan hanya menoleh sebentar, lalu kembali menatap ke arah sang calon mertua. "Alkina udah hamil, dan itu anak saya,"

Kalan sudah bersiap menerima pukulan dari lelaki paruh baya di depannya. Ia bahkan berdiri dengan tegak di depan Yeneng yang ternyata tidak setinggi dirinya.

Namun yang ia lihat, lelaki itu hanya mengangguk.

"Saya tau,"

Keempat teman Kalan yang sedari tadi menjadi penonton sontak membulatkan matanya karena terkejut. Mengapa Papa Alkina bisa sesantai ini.

"Ah! Kenapa nggak dipukul aja, Om? Kapan lagi liat Kalan babak belur!" gerutu Natan kesal, yang membuat Alkina menatap tajam ke arah Natan.

"Nggak bisa, nanti putri saya sedih dan nangis, saya nggak mau," ucap Yeneng sebelum memberikan rantangnya pada Kalan.

"Ayo, masuk dulu, Om suguhi kopi," ucap Yeneng sambil tersenyum.

"Kopi susu, om?" tanya Alian, ia adalah salah satu orang yang lebih menyukai kopi yang dicampur susu, dari pada kopi pahit.

"Kopi sianida," ucap Yeneng sebelum melangkah terlebih dahulu, dan disusul oleh Alkina.

"Gue nggak usah masuk deh, Kalan," ucap Devano tiba-tiba.

"Kasian nyokap gue, nanti dia kehilangan sosok beban keluarga," lanjut Devano yang langsung mendapat pukulan di bahunya.

"Itu mulu istilah lo!" sindir Natan.

Sedangkan radit yang berdiri di samping Kalan langsung menggenggam tangan Kalan. "Ayo Kalan! Kita masuk, gue siap kok temenin lo, gue setia, minum kopi sianida bareng nggak buruk kok,"

Kalan dengan pelan melepas tangannya dari genggaman Radit. "Gue lebih ngeri lo kayak gini, sumpah," ucap Kalan sebelum berlalu menyusul Alkina dan Yeneng.

"2in," ucap Devano.

"3in,"ucap Alian.

"Nat, lo enggak, kan?" tanya Radit pada Natan setelah ketiga temannya sudah masuk ke dalam rumah.

"Lo gay, ya, dit?"

Pertanyaan Natan sontak membuat Radit melotot. "Si anjing, mulutnya! Amit-amit! Gini-gini gue masih suka nyusu, ya!" teriak Radit saat melihat Natan berlari menyusul temannya yang lain.

"Apa, iya? Tapi, kan gue gitu cuman ke Kalan doang. Kemarin gue masih nyusu sama Celine. Aduh! Pusing, kayaknya harus nyoblos deh biar tau,"

•••

Kalan menatap isi rumah yang tampaknya masih banyak yang kosong. Benar-benar seperti rumah yang baru dihuni.

Alkina duduk di samping Kalan dengan tubuh yang ia dempetkan ke arah lelaki itu.

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang