22

64K 5.8K 97
                                    

"Gue juga udah minta ketemu Alkina dengan cara baik-baik, karena lo nggak mau, mari bertemu di tempat lain," ucap Nichol dengan wajah seriusnya lalu kembali mendorong Kalan dengan kasar, dan melangkah masuk ke dalam rumahnya.

•••

Kalan kembali menatap bangunan sederhana di depannya, begitu juga dengan ketiga orang yang berdiri di belakangnya.

"Ayo masuk, Buna udah capek nunggu, nih," ucap Umayma sambil memperbaiki dress putih yang ia gunakan.

Ilker menggenggam tangan sang istri dan anak sulungnya, sebelum melangkah masuk mengikuti Kalan yang sudah lebih dulu berjalan.

Kalan membuka pagar rumah Alkina, lalu melangkah menuju rumah sederhana itu.

"Permisi?"

Tak lama kemudian pintu pun terbuka menampilkan seorang lelaki paruh baya yang tersenyum tipis.

"Assalamualaikum, Pak. Perkenalkan nama saya Ilker Atmaja, dan ini istri saya, Umayma Atmaja, dan kedua anak saya, Nora Atmaja dan Kalan Atmaja,"

Yeneng-Papa Alkina- pun mengangguk dan menerima uluran tangan Ilker.

"Mari, silahkan masuk," Yeneng membuka pintu lebih lebar mempersilahkan para tamu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Maaf sebelumnya, saya tidak bisa berbasi-basi, kedatangan kami kesini untuk melamar Alkina untuk anak bungsu kami, Kalanio," ucap Ilker dengan tegas membuat Yeneng mengangguk pelan.

"Saya panggil Alkina dulu, dia ada di sawah," ucap Yeneng, namun sebelum berdiri ia dikagetkan dengan teriakan Alkina yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan pakaian dan wajah hampir seluruhnya ditutupi lumpur.

"PAPA!" teriakan Alkina sambil tersenyum manis, belum menyadari kehadiran para tamu di rumahnya.

"Alkina, mandi dulu, nak. Ada tamu," ucap Yeneng canggung sebelum melirik ke arah Ilker yang menatap Alkina dengan tatapan kaget.

Alkina menoleh, lalu langsung tersenyum canggung. Apalagi saat melihat Kalan menatapnya dengan tatapan tajam. Apa ia salah? Ah! Mungkin penampilannya ini yang membuat Kalan marah. AKHH! Ia sudah mempermalukan dirinya di depan calon mertuanya.

"Alkina mandi dulu," ucap Alkina sambil menunduk sebelum berjalan dengan cepat menuju kamarnya.

"Ah! Maaf sebelumnya, Pak. Rumah kami belum punya pendingin ruangan, mari berbicara di taman belakang, agar lebih sejuk, sambil menunggu Alkina selesai," mereka pun sontak berdiri menuju tempat yang dimaksud Yeneng. Bukan tanpa alasan Yeneng mengajak calon besannya menuju taman, tapi karena jejak kaki Alkina menghiasi lantai ruang tamu.

Setelah mengobrol sebentar, Kalan pun memberanikan diri berdiri. "Maaf, Om. Kalan pengen ke toilet,"

Yeneng yang sedang berbincang dengan Ilker pun sontak mengangguk, "Di dapur ada wc,"

Kalan segera masuk ke dalam rumah, namun tujuan bukan ke wc, namun ke kamar sang kekasih.

Kalan membuka pintu Alkina cepat sebelum kembali menutupnya, menghiraukan Alkina yang terkejut dengan hanya handuk yang menutupi tubuh kecilnya.

"Kalan? Kamu ngapain?" Kalan memutar tubuhnya.

"Pakai baju lo cepat!" tegasnya sebelum berjalan menuju ranjang kecil yang berada di kamar sang kekasih. Menatap sekeliling kamar yang kecil namun terasa nyaman karena barang-barang yang tertata rapi dan sesuai tempatnya.

Setelah beberapa menit menunggu, Alkina kembali keluar dengan pakaian lengkap lalu duduk di samping Kalan.

"Maaf, ya? Kamu pasti marah karena aku malu-maluin di depan orang tua kamu," lirih Alkina sambil menunduk, membuat Kalan menoleh, menatap datar ke arah sang kekasih.

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang