"Janji,"
•••
Sudah dua hari berlalu setelah insiden yang membuat Alkina kehilangan status gadisnya, dan ia pun sudah kembali bersekolah setelah libur sendiri kemarin karena masih merasa nyeri di bagian intinya.
Alkina menatap ke arah tangan Kalan yang menggenggam erat tangannya, sesekali menatap ke arah lelaki itu.
"Kenapa?" Kalan yang merasa terus diperhatikan sontak bertanya.
"Kalan temenin masuk ke kelas," ucap Alkina sambil menggoyangkan lelaki itu.
"Iya,"
Alkina tersenyum sambil berjalan hingga sampai di depan kelas.
"Ayo,"
"Kenapa takut?"
"Aku malu, kan aku udah nggak ting-ting, mereka pasti masih,"
Kalan tertawa sebelum mengacak pelan rambut panjang sang kekasih. Alkina memang terlalu polos untuk menyadari pergaulan anak SMA jaman sekarang.
"Ting-ting atau pun nggak, sama aja," Alkina menggeleng, ia tetap menarik tangan Kalan untuk masuk ke dalam kelasnya.
Kelas yang tadinya ramai dengan teriakan, seketika sunyi saat melihat pangeran sekolah masuk bersama upik abunya.
Kalan menyimpan tas sang kekasih di atas meja lalu menarik kursi untuknya.
Kalan duduk di samping Alkina setelah menarik kursi yang digunakan teman kelas Alkina, sontak lelaki yang duduk di kursi itu pun langsung berdiri dan berjalan keluar kelas.
Alkina menoleh ke arah teman kelasnya yang tampaknya sedang bermain hp, karena tidak bisa bergosip jika ada Kalan.
"Nanti gue beliin yang baru," bisik Kalan saat menyadari tatapan sang kekasih.
Hingga seorang pria paruh baya memasuki kelas membuat Alkina menoleh ke arah Kalan.
"Kamu pergi aja,"
Kalan menempelkan telapak tangannya di dahi mulus Alkina lalu menggebrak meja.
"Alkina sakit, pak!" ucap Kalan yang membuat Alkina melotot. Siapa yang sakit? Ia baik-baik saja!
"Ak—"
"Saya bawa ke UKS ya, pak?" Alkina menoleh ke arah guru matematikanya itu, lelaki itu tampak memicingkan matanya.
"Bapak aja, waktu sakit tetap maksain masuk karena pengen membagi ilmu, bersyukur kalian," ucap lelaki itu sebelum berbalik ke papan tulis untuk menulis tanggal hari ini.
Kalan yang melihat guru itu berbalik sontak menarik tangan Alkina berdiri.
"Pingsan!" bisik Kalan pelan sambil menarik ujung rambut panjang sang kekasih.
"Sekarang!" tekan Kalan, yang membuat Alkina membaringkan tubuhnya di lantai sebelum memejamkan matanya.
Ketua kelas yang tidak sengaja menoleh pun terkejut dengan Alkina yang sudah berbaring di lantai.
"Alkina mati, Pak!" teriaknya keras yang membuat Kalan melempar tas milik Alkina ke arah lelaki itu.
"Mati mati, lo aja sana!" balas Kalan yang membuat lelaki itu tersenyum canggung sambil memeluk tas yang tadi dilempar Kalan ke arahnya.
"Astaghfirullah! Bawa cepat ke UKS, sekarang!" teriak Pak Tono sambil memegang dadanya karena cukup terkejut dengan teriakan muridnya tadi.
Kalan langsung mengangkat tubuh sang kekasih, lalu berlalu meninggalkan kelas menuju rooftop.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Husband
RomanceAlkina mendekati gerombolan anak yang sedang bersantai di rooftop sekolah. Tentu saja kedatangan Alkina sukses mencuri perhatian. "Kalan?" Kalan membuang rokoknya setelah mendengar sapaan dari gadis yang selama ini sudah ia klaim sebagai kekasihnya...