"Karena mata dan pikiran gue cuman tertuju ke lo,"
•••
Kalan mengisap rokok di balkon kamarnya. Menikmati udara malam yang cukup dingin di tubuhnya.
Kalan menoleh sebentar sebelum menghela nafasnya mendengar suara ketukan pintu.
"Kalan? Buna boleh masuk?" mendengar suara sang Buna Kalan langsung melempar puntung rokoknya, lalu melangkah dengan tegas menuju pintu, dan tersenyum saat melihat tatapan bahagia dari sang Buna.
"Kenapa, Bun?"
"Akhir-akhir ini kamu seneng banget, sampai lupa jemput kakaknya di bandara,"
Kalan dengan cepat mengambil smartphonenya, "Astaga! Kalan lupa, Bun," ucap Kalan sebelum memberikan kecupan manis di pipi sang Buna, lalu dengan cepat berlari menuju garasi mobilnya.
Selama perjalanan Kalan terus fokus ke arah depan, dengan tangannya yang sibuk menghubungi sang kekasih. Perjalanan menuju bandara memang sedikit memakan waktu.
Namun sudah berapa menit berlalu, sudah puluhan panggilan yang ia layangkan, tidak ada satu pun yang terhubung.
Kalan mengamati wallpapernya, foto seorang gadis yang tertawa lebar di sebuah pantai yang mereka kunjungi beberapa hari yang lalu.
Setelah memarkirkan mobilnya di bandara, Kalan bergegas menuju ruang tunggu sambil melacak keberadaan sang kekasih. Ia sudah menyadap hp milik Alkina di mana keberadaan gadis itu selalu terhubung di smartphonenya. Bahkan Kalan pernah menaruh alat pelacak di dalam tas yang ia berikan pada Alkina, dan setelah beberapa hari , ia baru sadar, kalau tas itu sudah Alkina berikan pada ibunya. Alhasil, Alkina mendapat hadiah baru dari sang kekasih.
•••
Seorang gadis sedang menunggu kepulangan sang Papa, yang baru saja selesai melakukan penerbangan terakhir untuk bulan ini.
Alkina mengamati orang-orang yang berlalu lalang, sesekali ia mendapat tatapan dari pria-pria yang melewati tempatnya. Hingga panggilan dari arah samping membuat Alkina menoleh.
"PAPA!" teriak Alkina lalu berlari dan memeluk lelaki paruh baya kesayangannya itu.
"Aduh, putri cantik Papa, udah besar, ya? Udah nggak bisa Papa gendong,"
Alkina tersenyum manis, "Kina rindu, Papa," ucapnya setelah melepas pelukan mereka.
"Papa juga rindu sama putri cantik Papa yang satu ini," ucap lelaki paruh baya itu sambil mencolek hidung mancung sang putri.
"Ah iya, Papa sampai lupa, kenalin ini co-pilot yang biasa bareng Papa," ucap Yeneng -Papa Alkina- sambil memperkenalkan lelaki yang sedari tadi berdiri di belakangnya.
Alkina menerima juluran tangan lelaki itu sambil menunduk.
"Husein. Sein,"
"Alkina Mariposa. Kina," balas Alkina sebelum menarik tangannya menjauh. Yeneng hanya tersenyum simpul sebelum merangkul sang putri untuk berjalan bersamanya. Sedangkan Husein berjalan di belakang, entah apa yang dipikirkan lelaki itu, namun matanya tidak pernah lepas dari punggung kecil gadis yang biasanya hanya ia lihat dari bingkai foto yang selalu dicium oleh Yeneng sebelum menerbangkan pesawat.
"Aduh! Saking rindunya sama Kina, Papa sampai lupa ambil hadiah Mama di ruangan, bisa-bisa Papa nggak dibiarin masuk rumah kalau gini ceritanya," ucap Yeneng sebelum berlari kembali ke ruangan yang lelaki itu maksud. Alkina pun tidak tahu ruangan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Husband
RomanceAlkina mendekati gerombolan anak yang sedang bersantai di rooftop sekolah. Tentu saja kedatangan Alkina sukses mencuri perhatian. "Kalan?" Kalan membuang rokoknya setelah mendengar sapaan dari gadis yang selama ini sudah ia klaim sebagai kekasihnya...