PROLOG

25.5K 830 32
                                    

Gadis ini menggeleng samar sambil menatap garang laki-laki di depannya ketika memandang kedua bola matanya dengan cara yang gadis ini ketahui pasti ada maksud tertentu di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis ini menggeleng samar sambil menatap garang laki-laki di depannya ketika memandang kedua bola matanya dengan cara yang gadis ini ketahui pasti ada maksud tertentu di dalamnya. Laki-laki itu Tigara Ithara, calon suaminya yang sekarang tengah ditanyai soal kapan akan menggelar acara pernikahan oleh para orang tua.

Laki-laki itu sering di sapa Gara. Jangan kalian kira Gara adalah ketua geng motor yang keren, atau ketua osis yang bijaksana dan cool atau bahkan ketua mafia yang kejam namun sangat romantis. Semua itu bukan melekat pada nama Gara! Karna sesungguhnya Gara itu hanya anak laki-laki bangor dan Alhamdulillah-nya mempunyai wajah tampan yang tak membumi.

“Emm gimana ya? Gara sih maunya secepatnya, gak tau deh sama si cantik.” ucap Gara yang sengaja memanggil Haira dengan sebutan 'si cantik.'

Gadis itu memang Haira, nama lengkapnya Zafia Haira Intania. Gadis itu mencengkram dengkulnya yang tertutup dres yang kini sedang ia pakai. Kenapa Gara malah melempar pertanyaan itu yang bisa saja laki-laki itu jawab tanpa banyak basa-basi seperti ini? Dengan modal percaya diri yang tinggi, Haira mulai berdehem.

“Kalau Haira maunya tunangan dulu. Nikah bisa nanti, kan kita saling jatuh cinta gak mungkin lah nanti kita pisah. Iya kan sayang?” ucap Haira lalu menatap sinis Gara yang menahan tawa karna kalimat terakhir yang sengaja Haira tekan.

Kedua keluarga senyum-senyum sendiri melihat kemesraan Gara dan Haira di dalam restoran ini. Mama Haira menepuk pelan kedua tangan Haira yang bertautan, menatap putrinya penuh haru.

“Oke, kita akan melangsungkan pertunangan kalian di rumah aja. Tapi akad nikah akan segera di lakukan setelah kalian bertunangan, mungkin tiga hari setelah kalian tunangan? Setuju?” ucap Yasmine — ibunda Haira.

Haira hendak menjawab tidak atas pernyataan mamanya, namun calon suaminya sudah menjawab lebih dulu. “Setuju dong tante, lebih cepat lebih baik.” ucap Gara lalu melempar senyumnya.

“Oh iya, acara pertunangannya di rumah kamu kan jeng?” ucap Yasmine yang kini mengarahkan pandangannya kepada Alisha— ibunda Gara yang tampak antusias menjawab lemparan pertanyaan dari Yasmine.

“Iya dong jeng, aku udah siapin semuanya, mulai dari katering, dan baju pertunangan. Haira tinggal bilang cocok atau enggak,” ucap Alisha lalu menatap calon menantunya itu dengan gembira, tentu Haira hanya bisa mengangguk canggung.

Gara terus memperhatikan gadis yang duduk bersebrangan dengannya. Gara memperhatikan penampilan Haira mulai dari rambut sampai ujung sepatu. Pertama-tama laki-laki ini memperhatikan rambut Haira yang di cepol rapi dengan beberapa jepitan sebagai penghiasnya, lalu beralih kepada dress berwarna pink muda dengan model sabrina yang Haira pakai dan itu mampu menyelaraskan kulit putih Haira yang tampak bersinar di tempat terang seperti ini, serta sepatu sneaker hitam yang gadis itu pakai memunculkan kesan classy.

“Natepnya biasa aja dong Gar. Calon istri kamu sampe malu-malu tuh.” bisik Umar— papah Gara yang langsung di balas senyuman tertahan dari putranya.

“Haira emang gitu pah. Suka malu-malu,” terang Gara, tentu saja itu dusta, orang mereka berdua belum terlalu kenal mana mungkin Gara tau.

Umar mengangguk, enggan mengganggu kembali putranya yang tengah sibuk memandangi calon istrinya itu. Sedangkan Haira diam-diam merutuki mata nakal itu yang sialnya sedang menjelajahi tubuhnya saat ini.

Sialan tuh anak. Dia kira gue gak liat apa?

Haira bangkit, membuat Yasmine dan Alisha menatapnya dengan tanda tanya. Secepat mungkin Haira membuka suaranya, “Haira pamit ke toilet sebentar ya ma, tan.” ucapnya lalu mendapat anggukan dari kedua perempuan cantik itu.

Buru-buru Haira melangkah masuk ke dalam toilet. Ia menaruh tas-nya dengan kasar di wastafel dekat toilet restoran, memaki-maki nama adik kelasnya di dalam hati, tak sampai di situ, Haira bahkan bersumpah akan membuat perhitungan pada laki-laki itu jika di sekolah mereka bertemu, dan tentunya di tempat yang sepi.

Gara sendiri bersender di dekat pintu toilet perempuan, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana hitamnya. Kepalanya menyentuh dinding dingin ini sambil bersiul-siul kecil menunggu Haira keluar.

“Allahuakbar! Kirain setan...” gumam Haira ketika melihat Gara menghadap kepadanya dengan satu alis mata naik. Gara sendiri tidak membalas perkataan Haira melainkan mempertipis jarak di antara mereka, jari telunjuknya mendarat tepat di atas kepala Haira.

“Eeh! Ngapain lo—”

Gara menaruh jari telunjuknya di bibir Haira. Membuat gadis ini mematung sebagai jawaban, entah apa yang Gara lakukan di kepalanya, Haira tidak perduli. Ia hanya diam menunggu laki-laki di depannya ini selesai.

“Udah, mukanya tegang amat. Tadi ada kotoran.” jelas Gara lalu kembali memasukkan tangannya ke kantong celana.

Haira hendak pergi, namun ujung bajunya di tarik. Haira paling benci jika bajunya ditarik-tarik begini, jadi kusut dan tidak enak di pandang.

“Apa?!” ucapnya garang, mata mungilnya melotot melihat laki-laki ini tertawa kecil. Gara gemas dengan tingkah calon istrinya, kenapa dia baru tau kalau Haira itu galak?

“Hati-hati.”

Udah gitu doang? Hanya itu yang ingin laki-laki itu ucapkan? Cih membuang waktu Haira saja! Dengan langkah cepat Haira kembali menuju tempat yang sudah di booking keluarganya untuk membicarakan tentang pertunangan dirinya, dan...
Adik kelasnya, Tigara Ithara.

🔥🔥🔥

~Yeey! Cerita TIGARA out hari ini!🤩🤩
Cerita ini 15+ ya! Harap bijak!

See u next chapter 👋!

TIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang