44 - A-apa yang lo lakuin!
AKU KAMBEK!! VOTE DULU DONG! BIAR ASEK!!
***
Gara membeku, kalimat tamparan yang keluar dari bibir kemerahan itu benar-benar mengguncang jiwanya. Darahnya berdesir lebih pelan, bahkan sel-sel tubuhnya seakan tak berfungsi ketika kalimat lebih menusuk dengan lancangnya terdengar.
"Lebih baik gue nggak usah kenal sama lo, dan mungkin lebih baik lagi, kita nggak pernah terikat di ikatan pernikahan ini." ucap Haira.
Tak ada balasan dari Gara, namun netranya tak main-main menatap istrinya. Ia menggeram, hatinya terusik, sangat terusik. Jika saja Haira mengatakan kalimat tadi tidak dengan ekspresi wajah serius, mungkin ia akan mentolerirnya. Tapi sayangnya, istrinya itu justru menampilkan wajah yang sangat serius, seolah-olah pernyataannya barusan bukanlah suatu hal yang patut dipermasalahkan.
Gara tau kesalahannya. Tapi bisakah gadis di hadapannya ini tidak membawa-bawa soal rumah tangga mereka?
"Gue tau gue salah, Haira. Tapi nggak seharusnya lo bawa-bawa masalah pernikahan kita!" balas Gara, suaranya naik satu oktaf.
"Nggak seharusnya lo bilang? Gue nggak ngerti jalan pikiran lo, Gar. Benar kan kata gue? Seharusnya kita nggak pernah terjebak di pernikahan dini ini, kita nggak pernah sejalan, pikiran lo dengan gue beda. Lo menyelesaikan masalah dengan pikiran lo sendiri tanpa repot-repot mikirin gue yang buta soal percintaan. Jadi, apa salah kalau gue bawa-bawa masalah pernikahan disini? Enggak. Jelas enggak!"
"Lo suami gue! Lo harusnya membimbing gue, mengajarkan gue. Tapi apa yang lo kasih ke gue? Kebingungan, ketidak jelasan sikap lo yang sering baget berubah, dan sikap egois lo yang mendarah daging! Gue akui kalau lo melindungi gue dengan sangat baik. Tapi apa perlindungan aja udah cukup untuk gue?" bibirnya bergetar, kedua bola matanya memerah.
"Gue manusia, Gara. Gue juga perlu kehangatan, kasih sayang, dan juga sikap yang lembut dari lo. Gue semakin yakin, Gar. Kalau lo memang berubah. Lo bukan Gara yang dulu, lo bukan Gara yang selalu godain gue, lo bukan Gara yang selalu jail ke gue, lo bukan Gara-nya Haira. Lo bukan Gara!" teriaknya, pilu. Suara yang tadi masih terdengar tegas sekarang bergetar, bersamaan dengan tubuhnya yang terguncang.
Laki-laki itu tak lagi membalas semua perkataan yang terlontar dari bibir istrinya. Bukan karena ia kehilangan kata-kata, tapi yang dikatakan istrinya memang benar walaupun tidak sepenuhnya. Jadi, ia memilih bungkam dengan ekspresi wajah tak terbaca.
"Gue mohon... Pergi dari sini, gue bener-bener nggak mau ketemu sama lo lagi..." pinta Haira yang tentu dibalas gelengan kepala oleh Gara.
Gara memang akan pergi dari sini karena tak tega melihat gadisnya menangis karenanya, tapi untuk tidak bertemu dengan Haira, jelas ia tidak bisa. Tidak akan pernah bisa. Haira istrinya! Tidak ada yang bisa memisahkan dirinya dengan istrinya!
"Gue akan pergi dari sini, Ra. Tapi gue nggak bisa untuk nggak ketemu sama lo. Gue nggak pernah bisa." balas Gara, tegas.
"Bisa, bukannya lo mencintai Achela? Kenapa lo nggak ke rumahnya aja? Ceritain gimana kekanak-kanakannya gue, gimana egoisnya gue, gimana keras kepalanya gue. Gampang kan? Dengan begitu lo bisa melupakan gue, dan mulai mencari alasan untuk pisah dengan gue. Pasti bunda bakalan mengerti apa alasan lo, karena lo—"
Bibir mungil yang bergetar itu dibungkam kencang-kencang oleh sesuatu yang lembut dan lembab. Ya, Gara mencium bibir Haira. Mengambil first kiss Haira di waktu seperti ini. Haira yang belum sepenuhnya mengerti keadaan hanya diam, tak bergerak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGARA
Teen Fiction"Kenapa sih lo musti terima nih perjodohan? Lo sengaja ya?!" "Kalo iya? Kenapa? Mau ngelawan gue?" *** Zafia Haira Intania, gadis cantik yang sudah terperangkap oleh jebakan adik kelasnya sendiri, ralat! Calon suaminya sendiri. Ya, Haira dijodohka...