57 - Tigara Ithara pulang

3.1K 238 161
                                    

57 - Tigara Ithara pulang

Huhuhu tibalah kita di part menyedihkan ini 😭🥺 satu part lagi ending hikssssssss, mari siapkan tissue ya pemirsa 🙏🙏🙏

***

JAKARTA, rumah sakit Indonesia bakti.

"Pah? Gimana cara kita kasih tau Haira? Mamah nggak sanggup, pah. Astagfirullah..." ujar Yasmine sesegukan. Leon semakin bingung, sekarang ia harus apa? Disatu sisi memberi tahu tentang kondisi Gara bukan lah hal yang baik. Karena gadis itu sedang menuju Indonesia, Leon hanya takut Haira khawatir di jalan nantinya dan akan memberikan dampak buruk untuk gadis itu. Sementara kalau ia tidak memberi tahu, ia takut Haira justru lebih terluka.

"Papah juga bingung mah..." lirih Leon. Sebagai orang tua dari Haira, keduanya sudah paham apa yang akan terjadi kepada putri tunggal mereka. Hanya saja, keduanya belum siap melihat seperti apa terlukanya Haira nanti.

Ruang tunggu VVIP ini menjadi saksi bisu atas kegelisahan serta ketidakmampuan untuk duduk barang sebentar saja terutama untuk Rayan dan juga Rico. Pandangan keduanya sama-sama kosong, hampa tak berpenghuni. Bisa-bisanya mereka kecolongan, Rayan dan Rico tidak tahu-menahu kalau Gara memiliki hari-hari yang berat sebelum semua peristiwa ini terjadi.

Keduanya kira Gara betul-betul berubah karena suatu hal, sebenarnya Gara memang berubah karena satu hal. Tapi bukan karena suatu hal yang buruk seperti bayangan Rayan dan Rico, justru laki-laki pemegang titel raja biang onar itu berubah karena suatu hal yang amat terpuji, yaitu melindungi istrinya dengan caranya sendiri.

Tangisan tanpa isak itu masih menemani Rico, ya, Rayan menangis tanpa suara. Laki-laki itu sampai menutup wajahnya karena tak kuasa menahan air matanya yang semakin lama semakin mendesak turun. Tangan Rico merangkul bahu Rayan, disaat itu juga tangisan yang dari tadi sunyi kini pecah layaknya kaca.

"Gue benci banget sama temen lo itu, kenapa sih dia kalo ada apa-apa nggak pernah bilang?! Dia kira dia kuat apa? Gunanya kita sebagai sahabat buat apa, Ric? Buat apa? Gue tau fisik dia kuat, tapi gue juga tau kalau dia itu lemah  disaat yang bersamaan. Kalo aja dia bilang, pasti gue atau lo bakalan temenin dia, kasih support buat dia, kasih saran buat dia. Tapi apa yang dia lakuin? Dia justru lebih milih diam, nggak mau berbagi bebannya ke kita-kita. Maksud dia apa coba, Ric? Dia mau mati tanpa ninggalin belas kasih, gitu? Kalau itu yang dia mau, demi tuhan gue nggak akan maafin dia! Gue kecewa banget, sialan." ungkap Rayan, ia mengucapkan semuanya dengan tersedu-sedu, meski di dalam kalimatnya masih saja ada keangkuhan tetapi kenyataannya ia benar-benar mengkhawatirkan temannya itu, mengkhawatirkan Gara yang kini masih berada di dalam ruang ICU.

Rayan benar-benar kecewa kepada Gara. Tapi kekecewaannya tak akan ada nilainya jika laki-laki itu tidak bangun. Ya, Rayan takut jika Gara tidak akan bangun lagi karena laki-laki itu melihat bagaimana lelapnya Gara tertidur setelah mengucapkan kalimat perintah yang isinya meminta kepada Rayan dan juga Rico untuk melindungi Haira ketika sampai di Indonesia nanti. Mengingat kalimat itu lagi, mau tidak mau Rayan harus menahan diri untuk tidak mengacak-acak rumah sakit.

Dahulu, sebelum ia tau bahwa Gara mengalami hari-hari yang berat, ia masih membela Haira. Tapi untuk sekarang? Rayan membenci keduanya. Rayan membenci Haira dan juga Gara.

"Kalau aja gue tau bakalan begini, gue pasti bakalan habisin tuh anak duluan, Ric. Gue merasa nggak berguna banget. Gue merasa jadi temen yang nggak ada gunanya, nggak bisa diandelin." ucap Rayan lagi, tangisannya masih terdengar, Rico memeluk Rayan erat, ia juga merasa seperti itu.

"Gue juga merasa nggak berguna, Gar." lirih Rico sembari melirik pintu ICU.

***

"Gar? Gara?" panggil Haira, suara gadis itu seperti biasa, lembut dan menggemaskan menurut Gara.

"Ra? Haira?" sahut Gara, laki-laki ini bingung. Mengapa jarak Haira dan dirinya begitu jauh? Dan mengapa ia memakai baju putih? Dan... Mengapa di belakangnya ada gerbang tinggi yang disambut cahaya terang?

Sebenarnya dimana Gara?

"Gara!!! Jangan!! Hiks, tolong jangan... Gue minta maaf, gue minta maaf Gar!" suara Haira yang selembut sutra itu berubah menjadi raungan penuh kesakitan, parau dan juga memilukan. Gara menggeleng melihat itu, ia ingin memeluknya, mendekapnya dan berkata bahwa ia baik-baik saja, namun ia tidak bisa melangkah mendekati gadis cantik itu, tubuhnya seolah ada magnet yang menahannya.

"Aku minta maaf, aku minta maaf Gara! Aku yang salah! Aku yang salah! Hiks, ya tuhan... Jangan... ku mohon jangan..." teriakan Haira semakin lama semakin menggila, sekilas gadis itu terlihat seperti frustasi. Gara sudah tak tahan, ia berusaha melangkah namun lagi-lagi ia gagal. Cahaya menyilaukan itu seperti menahannya untuk mendekati istrinya.

Disana Haira menatapnya penuh dengan rasa pedih, matanya yang indah kini diselimuti oleh air mata yang panas dan siap tumpah, menyakitkan memang melihat orang yang kita sayang menangis tersedu-sedu, apalagi menangisi kita. Itulah yang Gara rasakan, Gara ingin sekali memeluk gadis itu, gadis yang selama ini ia sakiti karena satu hal. Gadis itu... Benar-benar terluka karenanya, dan Gara benar-benar menyesal.

"Maafin gue, Ra. Maafin gue sayang... Gue nggak bisa peluk lo lagi, nggak bisa elus kepala lo lagi kalau lo ketakutan, nggak bisa jailin lo lagi, dan gue..." lidah laki-laki itu tercekat.

"Nggak bisa melindungi lo lagi, sayang."

Gara sadar sekarang, kini ia memaksakan senyumannya. Dan diseberang sana, jauh dari jangkauannya, Haira terjatuh sambil terus memanggil namanya, menangis terisak-isak karena tak kunjung sampai untuk menemuinya. Kini cahaya putih yang menyilaukan itu mulai menyelimuti tubuhnya, perlahan namun pasti suara teriakan pedih dan menyakitkan itu menghilang dan yang tersisa hanyalah kegelapan.

Tiittttt......

Bunyi dari monitor pendeteksi detak jantung itu berbunyi nyaring, menampilkan data yang diperolehnya. Menunjukkan satu garis lurus berwarna hijau memanjang. Monitor itu menampilkan hasil yang menyakitkan, siapapun tidak ingin monitor itu menunjukkan garis tersebut. 

Bersamaan dengan berbunyinya monitor pendeteksi detak jantung, bulir demi bulir air mata itu turun, membasahi pelipis laki-laki yang hanya tertinggal raganya, itu menjadi satu-satunya saksi bisu atas kepergian sang raja biang onar, Tigara Ithara.

🔥🔥🔥

Tenang... Tenang.. kalem... Belom ending cuyy 😭😭😭

Aku tebak kalian pasti udah nyesek ye kan? *pede aja dulu huhu. Kali-kali lah ngamok, spam vote gitu, spam coment gitu. 🙄🙄🙄 Biar aku merasa ada yang kangenin gitchuuuu abisnya sepi amat nih lapak 😞😞😞

Endingnya mau ape nih??

HAPPY ENDING

SAD ENDING

OR

GANTUNG ENDING 🌚

Aku sih maunya... Hehehe 🤑

FOLLOW DULU DONG 💗🎀💫❗

@cahyadimedina (Ig)
@wp.cahyaadellaa (Ig)
@cahyaadellaa (Tiktok)
@cahyaadellaa (Kubaca)


See u next chapter 🌚 mwemwehe *tertawa jahad,  btw sorry ya chap kali ini pendek 😞

BYE-BYE!!! 🌷💗🎀💖🔥❤️

TIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang