42 - Marah

4.5K 381 38
                                    

42 - Marah

NAH LHO, DARI JUDUL UDAH BIKIN DAG-DIG-DUG 😄😭 SPAM VOTE DAN COMENT JANGAN LUPA BUNDAA 😍💗

NOTE :
CEPAT ATAU LAMANYA UPDATE TERGANTUNG VOTE DAN COMENT DARI KALIAN.

BACA JAM BERAPA NIH?

***

Gara mengusap dahinya gusar, sudah lima belas menit lebih Haira di dalam ruangan bercat putih itu. Semakin lama Haira di dalam sana semakin kalut dan tersiksanya Gara.

Ingin rasanya laki-laki itu menerobos masuk ke dalam ruangan menegangkan itu, tapi lagi-lagi akal sehatnya memberi respon. Sial, mau berapa lama lagi Gara harus menunggu? Apa keadaan istrinya baik-baik saja di sana?

"Ck, shit. Lo kenapa sih, Ra?"

Ketika Gara hendak menelepon kedua orang tuanya untuk memberi tahu keadaan Haira, suara decitan pintu terdengar. Awalnya laki-laki itu kira dokter yang ingin menemuinya, tetapi dugaannya salah. Ternyata bukan dokter yang keluar dari ruangan bercat putih itu melainkan istrinya, Haira.

Gara dengan terburu-buru mendekati Haira yang tengah memegangi knop pintu, berusaha untuk berdiri tegap. Ketika tangannya ingin menyentuh lengan gadis itu, disaat itu juga tepisan kasar yang ia dapat. Untuk beberapa detik Gara terdiam, mencerna apa yang sedang terjadi. Untuk beberapa detik itu Haira berusaha berjalan pelan meskipun tertatih-tatih.

"Ra, gue bantu." ucap Gara, namun ia tidak mendapatkan jawaban sama sekali dari istrinya.

"Ra, kalau ada yang masih sakit bilang, jangan dipendam sendirian, nanti lo—" ucapan Gara terpotong begitu Haira membalikkan tubuhnya. Tatapan mata gadis itu tidak biasa dan Gara merasakannya.

Haira maju, memperlihatkan sisi yang siapa pun belum pernah melihatnya. Untuk beberapa saat, hanya ada keheningan yang menyelimuti kedua insan yang kini saling berpandang-pandangan. Hingga suara bernada tegas dan nyaris tak biasa terdengar.

"Untuk apa lo perduli?"

Gara lagi-lagi terdiam. Ucapan serta cara bicara gadis yang berada didepannya ini sungguh berbeda. Seperti tersirat nada lelah dan juga marah yang tak bisa lagi ia tahan. Belum lagi bola mata cokelat bening itu kini berani menghunusnya dengan tatapan yang sangat tajam.

Entah apa yang terjadi di dalam ruangan bercat putih itu sampai-sampai membuat Haira berubah bukan main. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa gadis itu terlihat marah sekali? Bulat-bulat Gara menelan semua kalimat pertanyaan yang bercokol di kepalanya ketika lagi-lagi suara serak namun tegas itu terdengar.

"Gue capek, Gar. Gue juga manusia biasa. Gue bisa lelah, marah, bahkan murka layak lo. Jelas yang menolak keras perjodohan ini gue. Tapi lambat laun gue mulai memahami lo, mulai terbuka dengan lo dan bahkan gue udah jatuh cinta sama lo. Tapi apa yang gue dapet? Lo berubah, cuma karena gue yang ngebela Arga. Dan lebih parahnya lagi, lo bahkan nggak percaya kalau gue mencintai lo. Lo bahkan dengan lantangnya ngomong kalau gue nggak mungkin mencintai lo. Lo tau apa yang gue rasain saat itu? Gue merasa nggak pantas untuk dicintai! Gue nggak pantas dibalas perasaan cintanya! Gue bener-bener sesak Gar! Gue bener-bener nggak faham apa mau lo," ucap Haira lalu menjeda ucapannya.

"Lo benci gue, tapi lo juga yang ngelindungin gue. Lo bilang kalau lo nyesel udah ngakuin gue sebagai istri lo didepan Arga, tapi hari ini, detik ini, lo juga yang nganterin gue ke rumah sakit karena perut gue sakit. Mau lo sebenernya apa sih, Gar?" ungkap Haira lalu memalingkan wajahnya karena tak tahan melihat wajah Gara yang lagi-lagi membuatnya gentar untuk memusuhi laki-laki itu.

TIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang