50 - Kamu terlambat Tigara

3.6K 320 92
                                    

50 - Kamu terlambat Tigara

Hai semuanya!! Seneng nggak aku update? Jangan lupa vote dan coment! 💗🎀

Alhamdulillah, aku juga ingin mengucapkan rasa syukur karena telah berhasil menulis sampai bab 50 di cerita TIGARA ini. Ini hal yang lumayan langka sih sebenernya, hehehe. Kalau kalian pembaca lama aku, pasti kalian tau aku itu cuma nulis cerita sampai bab 30 mentok-mentok 40an dan sekarang aku berhasil nulis sampai bab 50! Itu pencapaian yang baik menurut aku :) dan tentunya dengan dukungan kalian dong! 🥰🥰

HAPPY READING SEMUA!!

***

Suara tangisan yang nyaris menembus jantungnya semakin terdengar keras, itu suara tangisan mamanya. Ia tidak salah dengar. Dengan wajah yang masih ia usahakan untuk terlihat baik-baik saja, ia maju— membuka pintu dengan perlahan.

"Ma?"

Mendengar suara lirih tersebut, Yasmine buru-buru menghapus air matanya yang masih meleleh dari kelopak matanya. Ia menggelengkan kepalanya disaat suara sepatu Haira mulai mendekat.

"Jangan kemari, nak. Mama nggak kuat." ucap Yasmine. Leon hanya menunduk, tak bisa berbuat apa-apa.

Kini perempuan tersebut lah yang menggeleng. "Justru Rara yang nggak kuat lihat mama nangis, Rara jahat banget ya udah buat mama nangis?"

Yasmine menggeleng keras, kini tubuhnya berdiri, namun membelakangi putrinya. Dengan nafas yang masih belum beraturan, wanita berambut bergelombang itu berbicara. "Kamu nggak jahat, Ra. Kamu anak terbaik yang mama punya. Maafin mama ya, nak. Mama malu, mama malu..." Yasmine menutup mulutnya, sungguh ia benar-benar tidak bisa menahan sesak di dada juga tenggorokannya yang tercekat.

Gesekan antara sepatu mahal dengan lantai pualam kamar megah ini terdengar lagi, kali ini suaranya lebih dekat. Sebuah tangan memeluk tubuh Yasmine dari belakang lalu disusul dengan suara lirih yang menyentak kalbu.

"Mama, Rara pamit ya? Mama jangan nangis lagi. Rara minta maaf karena kedatangan Rara ke sini hanya membuat kegaduhan. Rara nggak becus, Rara nggak bisa jaga rumah kedua Rara. H-Haira minta maaf mah..."

Ya, perempuan itu adalah Haira. Ia sudah siuman dari pingsannya. Dan Leon juga sudah memberitahukan kepadanya kalau ia akan diterbangkan ke Netherlands, Belanda. Haira tidak banyak berbicara ketika siuman, mendapati kabar tiket sudah dipesan dan segala kebutuhannya sudah siap, ia hanya mengangguk patuh, seolah-olah ia memang menginginkan pergi dari tanah air.

Mulanya Leon kira putrinya akan menolak, namun hal lain menyadarkannya. Luka. Ya, anak perempuannya sudah terluka. Sudah seharusnya putrinya pergi dari disini, ia pantas mendapatkan kebahagiaan.

"Haira, anak mama... jaga diri baik-baik ya nak? Mama janji satu bulan ketika kamu sampai di Belanda, mama akan nyusul kamu. Kita tinggal bareng-bareng disana ya?" ucap Yasmine yang masih terisak.

"Iya mah."

"Berjanjilah sama mama untuk selalu bahagia, Ra." ucap Yasmine tergugu. Ia kemudian memutar tubuhnya, menatap penuh kasih sayang kepada Haira.

Dengan wajah lembut setengah kelabu, Haira mengangguk, bersamaan dengan itu lelehan air mata berhasil mendobrak pelupuk matanya. "Haira janji, Haira akan selalu bahagia."

***

Ponsel itu masih baik-baik saja ketika terjun bebas dari tangan pemiliknya. Namun kini pemiliknya yang tidak baik-baik saja. Dadanya bergemuruh, nafasnya mulai tak beraturan. Satu fakta tentang gadisnya telah menyeruak hebat memenuhi syaraf di otaknya.

TIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang