29 - The Devils

3.6K 285 10
                                    

29 - The Devils

Woho! Dari judulnya sih udah ganas, kira-kira si Arga jadi rempeyek atau kerupuk ya? Gara tuh nggak pernah main-main kalo miliknya diganggu 😏🌚

Jangan lupa vote dan coment ya! Biar aghu cemungut nulisnya!! 💘😎

Bantu aku juga untuk share cerita Tigara ke seluruh media sosial yang kalian punya ya? Thank you!

***

Tigara Ithara. Entah sudah berapa kali Haira menggumamkan nama laki-laki itu, hingga rasanya kerongkongan gadis ini tercekat ketika laki-laki yang dari tadi asik dengan sebatang rokok itu memutar setir mobil ke arah kiri. Darah yang berada di sudut bibir gadis ini sudah mengering, namun masih perih. Tak cukup sampai disitu, rambut yang semula tertata rapi dan indah kini sudah tak berbentuk lagi.

Kulit tangannya kembali meremang ketika laki-laki yang tengah mengemudikan mobil kembali menyalakan korek api. Kepala Haira menunduk, menyembunyikan ketakutannya sedalam mungkin. "Kenapa diam? Kaget ngeliat aku ya sayang? Makanya jangan coba-coba pergi, atau kamu akan terluka." ucap laki-laki itu dengan entengnya.

Kepala Haira kembali menoleh kebelakang, disana tak ada lagi rombongan Gara beserta pasukan laki-laki itu. Haira semakin memojokkan tubuhnya dipintu. Pikiran negatif kembali melingkupi, akal sehatnya pun tak berfungsi untuk sekedar memberikan perlawanan.

"Arga... Please, turunin gue." hanya itulah yang bisa Haira ucapkan.

"Turunin lo? Hm, jangan dong. Nanti gue dikira cowok yang nggak bertanggung jawab kalo nurunin cewek cantik di tengah jalan. Kenapa sih mau buru-buru turun? Masih berharap suami lo dan rombongan tengilnya itu dateng dan ngebebasin lo dari gue? Itu nggak mungkin, cantik. Karena suami lo itu udah mati!" ucap Arga lalu tersenyum seperti orang kelainan.

"LO GILA!" pekik Haira yang tiba-tiba mendapatkan keberanian.

"Apa sayang? Gila? Aku nggak gila, Ra. Justru kamu! Kamu yang gila karena ninggalin aku!" balas Arga lalu menancap pedal gas sekuat-kuatnya. Hal itu membuat tubuh Haira terdorong kebelakang. Air matanya kembali luruh, Haira menyesal. Sangat menyesal.

Seharusnya gue nggak naik taksi ini, seharusnya gue nggak ngebantah ucapan Gara, seharusnya gue nggak keras kepala, seharusnya gue nggak berusaha cari tau Achela, seharusnya gue nurut sama Gara.

Haira menggenggam erat ponselnya, ponsel itu tidak berguna sama sekali. Ponsel itu kehabisan energinya, Haira benar-benar merasa ingin mati karena kecepatan mobil yang Arga bawa sudah mentok. Tangisnya semakin deras dikala mendengar ucapan-ucapan kotor yang keluar dari mulut Arga.

"GARA!!!" teriak Haira dikala laki-laki yang sedari tadi ia gumamkan namanya datang bersama rombongan yang lebih banyak dan tentunya jauh lebih buas.

Dengan tangan gemetar karena terlalu senang, Haira membuka kaca mobil, namun baru setengah kaca itu terbuka, secara otomatis kaca itu kembali tertutup karena Arga menguncinya. Dengan sisa-sisa kekuatan, dengan berani dan sudah kepalang takut, Haira melempar ponselnya kencang-kencang kearah kaca.

PRAK!

"HAIRA!!!" pekik Gara lantang, nyaris seperti orang kesetanan. Amarahnya kembali terbakar ketika melihat sudut bibir istrinya terdpaat darah yang mengering. Dengan terburu-buru, Gara mendekatkan motornya didekat mobil yang membawa kabur istrinya.

TIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang