Cerita Xavier Maxwell, pria tampan yang selalu dipuja dan bahkan berkuasa dalam bisnis gelap. Sifat dan sikapnya yang kasar tak ada satupun yang berani mengusiknya.
Masalah percintaan? Apa ada wanita yang tulus mencintainya dengan dirinya yang sela...
Xavier mengusap ujung bibirnya yang berdarah dan menatap tajam kearah Daniel yang tengah melirik kebelakang. Ia berdiri dan tersenyum lebar melihat lawannya yang juga menatapnya begitu penuh kebencian.
"Aku sama sekali tak ingin berurusan denganmu. Kembalikan apa yang aku miliki, sudah waktunya kau membiarkanku mengambilnya kembali." Katanya.
"Persetan, kau pikir dia barang?!"
Sean yang tadinya terdiam langsung memegangi tubuh Xavier yang akan menghajar Daniel. "Sudah cukup, X. Kau membuat keributan disini." Katanya, Xavier melepaskan tangan Sean dan memandangi pria itu dengan tajam.
"Ada apa ini?" Tanya seorang pria paruh baya yang berada disebelah istrinya. Ia melihat semua orang berkumpul dan melihat Liam merapikan penampilan putrinya yang sudah tak bernyawa itu.
Seketika hatinya kembali sakit melihat putri satu-satunya telah tiada dan mendengar suara isak tangis istrinya yang langsung menghampiri tubuh putrinya. "Sudahlah istriku, putri kita sudah bahagia disana tidak perlu kau tangisi." Katanya lembut.
Xavier pun terdiam melihat reaksi kedua orang tua Callyn dengan tatapan kosong. Apa ini sungguh nyata? "Sebaiknya kau bersihkan dulu lukamu, X." Kata Sean. Xavier mengelak tangan Sean dan berjalan dengan pelan.
Daniel yang hendak menghalangi langkahnya pun terhenti ketika sebuah tangan menahannya. Alex menahannya dan memberi isyarat dengan menggelengkan kepalanya untuk membiarkan Xavier menghampiri Callyn.
Tubuhnya ambruk tepat disamping tubuh Callyn yang terbaring, matanya menatap Callyn dengan sayup dan seketika setetes air mata mengalir di pipinya. Ia memegang tangan Callyn yang dingin dan menggenggamnya erat.
Matanya melihat kearah perut Callyn berharap ada pergerakkan diperut itu. Tapi setelah beberapa menit yang lalu tidak ada pergerakkan sedikitpun dari perut itu membuatnya semakin merasakan sakit di dadanya.
Perlahan-lahan orang yang ada diruangan tadi pun berjalan keluar memberinya waktu sebelum acara kremasi dimulai. Xavier mengusap tangan Callyn memberikan kehangatan pada wanita itu dan tak lupa mengusap kepalanya degan lembut.
"Kenapa kau seperti ini? Kenapa kau tega meninggalkanku? Kenapa kau membiarkanku sendiri disini? Kau bilang, kau ingin bersamaku tapi kenapa.. kau, kau meninggalkanku Lyn?" Katanya yang kembali menangis.
"Aku tau aku jahat selama ini denganmu, kau boleh membalasku dengan semua caramu tapi tidak seperti ini. Aku tidak ingin kau pergi, ayo.. ayo kembalilah. Aku janji akan memperlakukan mu dengan sangat baik.."
"... aku akan mencintaimu dan menyayangimu. Kumohon, Lyn kembalilah dan ayo hidup bersama denganku." Lanjutnya.
🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒
5 TAHUN KEMUDIAN...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pria berjalan dengan langkah lebar dan tegap menelusuri jalan menuju makam orang yang ia cintai, bahkan setiap bulan pria itu selalu datang dengan tanggal yang sama selama 5 tahun.
Tak lupa tangannya selalu membawa sebuah buket bunga kesukaan seseorang dan dihias dengan sangat cantik. Setelah sampai disana, ia melihat batu nisan itu sambil tersenyum lalu duduk.
"Aku merindukanmu." Katanya sambil meletakkan bunga itu. "Aku sangat merindukanmu, Lyn. Apa kau merindukanku?" Tanyanya.
Tangannya mengusap batu nisan itu dan rumput dengan lembut dan ia membayangkan benda itu adalah orang yang ia cintai selama ini. Matanya terlihat begitu mencintai dan merindukan orang itu.
Cukup lama ia terdiam disana sambil mengingat kenangannya bersama wanita yang dicintai, Callyn lalu berdiri dan kembali mengusap batu nisan itu sambil tersenyum. "Aku akan berkunjung lagi nanti." Katanya sebelum melangkah pergi.
Ia berjalan melewati jalan yang tadi dan melihat seorang wanita muda membawa bunga yang hampir mirip dengannya. Mereka berpapasan dan seketika langkah Xavier berhenti merasakan ada sesuatu yang menarik dari wanita itu.
Tatapan matanya terlihat tak begitu asing untuknya dan ia kembali berbalik lalu mencengkram tangan wanita itu. Xavier menatap mata itu dengan tajam lalu seketika melembut melihat tatapan itu seperti tatapan Callyn bahkan warna matanya juga sama.
"Maaf, anda siapa?" Tanya wanita itu bingung.
Xavier masih terdiam melihat tatapan itu yang menghangatkan hatinya bahkan ia merasakan wanita yang didepannya adalah Callyn karena tatapan itu. Ya, ia sangat merindukan tatapan dan mata itu hingga ia merasakan kehadiran Callyn didekatnya.
"Ma-maafkan saya, tuan. Saya harus berkunjung." Kata wanita itu sambil melepaskan tangan Xavier. Xavier meraih bahu wanita itu dan mendekatkan wajahnya ke wajah itu dengan matanya yang tak lepas dari mata wanita itu.
