#68 Callyn & Xavier

565 34 0
                                    

Beberapa jam kemudian...

Daniel langsung masuk keruangan Lyn tanpa menghiraukan larangan Liam. Ia menyentuh tangan Lyn dan ia melihat jari-jari itu sangat pucat dan dingin. "Maaf aku meninggalkanmu lama, harusnya aku tadi tidak meninggalkanmu jadi kamu tidak akan seperti ini."

"Cally, kumohon sadarlah dan maafkan aku." Sambungnya.

"Daniel! Hentikan, kau bisa membuatnya semakin parah!" Liam berusaha melepaskan tangan Daniel tanpa harus menyakiti tangan Lyn dan cukup lama akhirnya pria itu mau melepaskan genggamannya. "Kondisinya masih kritis setelah operasi dan kau seenaknya menyentuhnya!"

Sebuah pukulan keras telak mendarat dirahang Daniel. Amarah Liam sudah tidak bisa ia tahan lagi setelah beberapa kali Daniel lalai menjaga Lyn. "Kau sudah hampir membunuhnya berapa kali dan sekarang kau masih ingin membunuhnya?!"

Liam yang sudah mencengkram kerah kemeja Daniel dan siap menghajar pria itu pun tertahan oleh Sean. Nick membantu Daniel untuk bangkit dan keluar dari ruangan Lyn. "Kau sama saja bodoh seperti dia menghajarnya yang masih dalam ruangan Callyn. Sadarlah kalian!"

Ia melilrik kearah pintu ruangan melihat ibunya tengah menangis dalam pelukan ayahnya. Liam pun menunduk dan bangkit sambil merapikan jasnya. "Brengsek.."

*****

"Peradangan di selaput rongga dadanya semakin parah dan karena benturan tadi membuatnya pendarahan dan beruntungnya tidak memenuhi seluruh paru-parunya jika iya, dia akan mengalami serangan jantung."

"Tidak hanya itu tubuhnya juga terdapat cairan hingga membuat pergelangan kakinya yang membengkak. Sepertinya dia akan terus melakukan operasi untuk mengeluarkan cairan itu dan tadi kami juga mengangkat satu ginjalnya yang rusak."

"Kondisinya semakin parah, dan dia sudah berada di stadium akhir lupus (SLE). Jadi aku ingin kita harus mempersiapkan diri dengan semua yang terjadi padanya.." Jelas Liam yang semakin membuat ibu dan ayah serta yang lainnya semakin sedih.

"Dasar anak nakal, dia benar-benar ingin membunuh ibunya sendiri!" Tangis ibunya. Liam pun menundukkan kepalanya dan meneteskan air matanya. "Untung menjaga keamanan dan juga aku tidak ingin ini terjadi lagi, aku akan meminta 2 perawat terbaik untuk selalu ada disamping nya." Lirik Liam begitu tajam pada Daniel.

"Dia anak yang kuat, tenanglah. Aku yakin sebentar lagi dia akan sadar dan tertawa bersama kita." Kata ayah Liam. 

Liam menghela napas dan menunjukkan layar komputernya yang menunjukkan bentuk otak Lyn. "Satu lagi. Tidak hanya itu saja yang akan aku jelaskan tentang kondisinya. Aku akan secara terang-terangan terhadap kondisi Lyn agar kalian bisa berjaga-jaga juga."

"Disini ada perubahan bentuk otak Lyn hingga saat ini. Dia diam-diam menahan rasa sakit kepalanya, pusing bahkan masalah penglihatannya. Dia sudah mengalami tiga ini sebelum aku ketahui. Dan kemungkinan dia sadar nanti dia akan mengalami stroke seluruh tubuhnya karena sarafnya sudah tidak bisa ia gerakkan.."

"atau dia akan mengalami kejang jika dia merasa ada suatu hal yang mengganggunya hingga membuatnya kepikiran dan dia akan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan pikirannya serta gangguan dalam masalah memori ingatannya.."

"Otaknya sudah semakin lemah dan kalian bisa melihatnya sendiri, aku tidak mengada-ngada dan ini memiliki persentase sekitar 40 persen. Suatu keajaiban jika dia sadar jadi aku minta kerja samanya untuk berhati-hati dalam mengurusnya."

"Dan untuk saat ini aku tidak mengizinkan siapapun untuk bertemu dengannya secara langsung mengingat apa yang sudah kukatakan, kondisinya semakin parah." 

*****

Seorang wanita berjalan sedikit tergesa-gesa dan berhenti tepat didepan ruangan. Ia mengintip sedikit dan mengentuk pintu. Matanya melihat kesana kemari mencari sosok wanita yang ingin ia temui hingga matanya berhenti tepat didepannya yang terdapat dinding kaca.

Ia berjalan pelan dengan kakinya yang lemas melihat sosok yang dicarinya berada diruangan itu dengan alat yang sangat banyak menempel pada tubuhnya. "Aku yakin dia bisa melewati masa kritis seperti ini." Katanya sambil menempelkan satu tangannya. 

"Beritahu aku kondisinya sekarang, Sean." Kata Claudya.

"40 persen otaknya sudah mengalami kerusakkan dan selebihnya kamu bisa tau sendiri." Jawab Sean yang juga tak henti memandangi Callyn yang terbaring tidak sadarkan diri disana. 

Callyn aku datang menemuimu, kumohon sadarlah dan kembalilah sehat seperti dulu lagi. Aku sangat merindukan kebersamaan kita, kumohon jangan seperti ini terus. Aku tau kamu juga sedih melihat semua orang sedih karenamu jadi bertahanlah. Aku yakin kamu bisa sembuh bagaimanapun caranya Tuhan akan selalu ada disampingmu, memudahkanmu.

"Dimana Alex?" 

Claudya menghapus air matanya dan menoleh kearah Sean. "Dia menemui Xavier. Aku meminta nya untuk membujuk Xavier kemari." Jawabnya. 

"Kau yakin itu berhasil?"

Claudya mengangkat bahunya dan menghela napas. "Aku tidak tau lebih baik mencobanya dulu siapa tau Xavier mau menemui Callyn."

"Sungguh aku ingin membunuh Xavier jika dia tidak kemari. Apa susahnya untuk menemui Callyn yang kondisinya sudah seperti ini." Kesal Sean. 

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang