#52 Callyn & Xavier

961 44 4
                                    

"Aku tidak akan melewatkan hari ini sedetik pun. Tempat ini sungguh indah." Wanita itu berjalan kesana kemari sembari menyentuh lembut kelopak bunga yang dipegangnya. Ia yang terus mengikuti langkah mungil itu dari belakang hanya bisa diam dan tersenyum.

Melihat senyum manis Lyn dibawah terik matahari yang panas membuatnya tidak merasakan panas sedikitpun. Dia wanita yang selama ini bisa membuatnya tidak berpaling pada siapapun bahkan lebih menyayangi Lyn dibandingkan dirinya sendiri.

"Kenapa kamu memetik bunga itu dan untuk apa dengan akar gantung ini?" Tanya Daniel, Lyn tersenyum dan menarik tangan Daniel setelah ia berhasil mematahkan beberapa akar gantung didepannya. Mereka duduk dibawah pohon dan Lyn meletakkan bunga-bunga itu.

"Aku ingin membuat mahkota bunga, aku pernah melihat caranya di sosial media. Sepertinya mudah, jadi aku akan mencobanya. Perhatikan aku dan kamu akan semakin terpesona dengan keahlian baruku." Katanya dengan senyum yang tak hilang dari bibir itu.

Daniel tersenyum dan ia pun terdiam cukup lama melihat Lyn yang fokus merangkai akar gantung itu menjadi saling terhubung berbentuk bulat. "Niel, lihatlah sebentar lagi akan selesai tinggal menghiasnya dengan bunga dan mahkota ini akan terlihat sangat cantik."

Lyn mengambil bunga itu satu persatu menghiasnya disekeliling akar gantung itu. "Ah, sedikit daun ini mahkotanya akan semakin cantik." Kata Lyn. Ia pun mengambil beberapa daun yang berada dibelakangnya dan meletakkannya di mahkota buatannya.

"TADAAA... apa kubilang, ini sangat cantik bukan? Aku hanya melihatnya sekali di sosial media tapi aku bisa melakukannya. Bukankah aku sangat hebat, Niel?" Kata Lyn bahagia, Daniel hanya mengangguk tersenyum bahagia.

Ia mengambil mahkota itu dan meletakkannya dikepala Lyn. "Cantik, sangat cantik." Gumam Daniel yang masih bisa terdengar Lyn. Wanita itu tersenyum malu-malu mendengarnya, ia bangkit dari kursinya dan berjalan sedikit menjauh dari kursi itu.

"Semakin cantik dengan gaun yang baru kamu belikan ini. Terima kasih, Niel." Lyn berputar membuat gaun itu sedikit mengembang dan suara tawanya terdengar begitu bahagia ditelinga Daniel. "Berhentilah, berputar Cally. Itu akan membuatmu pusing."

"Aku sangat bahagia hari ini!" Seru Lyn, ia berhenti dan berputar. Ia membenarkan mahkotanya yang sedikit turun dengan menundukkan kepalanya. Seketika tubuhnya tegang melihat tidak ada bayangan dirinya dibawah terik matahari. 

Melihat raut wajah Lyn berubah, Daniel menghampirinya dan menyentuh kedua bahu Lyn penuh kekhawatiran. "Ada apa? Pusing? Sudah kubilang berhenti memutarkan tubuhmu, itu akan membuatmu pusing." 

Lyn menunjuk ke tanah tepatnya bayangan Daniel berada. "Aku melihat bayanganmu, tapi kenapa aku tidak melihat bayanganku?" Katanya, Daniel ikut melihat kebawah dan menghela napas. "Disamping bayanganku terdapat bayanganmu, Cally."

Ia menggeleng dan berjalan kesana kemari membelakangi sinar matahari untuk menemukan bayangannya. "Aku tidak bisa melihat bayanganku sendiri, Niel. Aku tidak bisa melihatnya! Apa yang harus kulakukan?"

Daniel kembali meraih bahu Lyn dan langsung memeluk wanita itu. Ia mengusap punggung Lyn lembut berharap bisa menenangkan wanita itu, "Aku bisa melihat bayanganmu, kurasa kamu kecapean. Sebaiknya kita kembali, kamu butuh istirahat."

"Kamu tau, jika seseorang tidak bisa melihat bayangannya sendiri itu berarti tanda orang itu akan meninggal dalam beberapa bulan lagi. Kurasa aku akan meninggalkanmu sendirian, Niel." Daniel mempererat pelukannya, ia menggeleng kuat "Tidak, tolong jangan katakan itu."

Lyn melepaskan pelukan Daniel, pipinya sudah dibasahi air matanya yang mengalir deras. Ia melangkah mundur perlahan tapi seketika tanah yang ia pijaki retak dan ia terjatuh kebawah.

*****

Lyn menatap ke depan dengan napasnya yang tergesa-gesa keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya teruma wajahnya. "Kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Tanya Daniel yang berada disamping Lyn.

Ia mengusap wajahnya dan menggeleng, pelan. "Ya, aku baik-baik saja. Hanya mimpi buruk." Jawab Lyn sembari menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Ia melakukannya beberapa kali berharap jantungnya bisa kembali normal.

Aku tau maksud mimpi ini, tapi apa benar aku akan meninggal dalam waktu dekat? "Kupikir apa yang terjadi padamu, ayo tidur lagi." Katanya, Lyn menggeleng dan beranjak dari tempat tidur. "Kamu mau kemana?" 

"Aku ingin ke kamar mandi." Jawab Lyn, Daniel menghela napas panjang dan mengangguk.

*****

"Apa dia sudah bangun?" Tanya Liam yang baru saja keluar dari ruang kerjanya, Daniel berhenti sejenak setelah kakinya menginjak anak satu tangga terakhir. "Ya, suhunya sudah normal dan dia sekarang sedang bersantai di belakang."

Liam mengangguk dan mengatakan pada Daniel akan menghampiri Lyn. Ia pun berjalan ke halaman belakang dan mencari keberadaan Lyn. Dapat dilihatnya seorang wanita tengah duduk di kursi santai dekat kolam renang. "Kenapa duduk disini, baby?"

"Hanya ingin." Jawab Lyn tersenyum. Liam meletakkan tangannya di dahi Lyn merasakan suhu tubuh wanita itu. "Sudah minum obat?" Wanita itu mengangguk.

"Cepatlah sembuh dan jangan sakit seperti ini. Aku tidak bisa melihatmu sakit, baby." Lyn tersenyum, meraih tangan Liam dan mengusapnya. Tak lama Lyn terkejut ketika tangannya di tarik Liam hingga ia duduk diatas paha pria itu.

"Aku merindukan adik kecilku yang manja ini.." Katanya sambil memeluk tubuh Lyn erat.

"Sungguh aku tidak akan tahan jika kamu meninggalkanku, tetaplah bersamaku baby. Aku sama sekali tidak mau kehilanganmu." Sambung nya. Lyn ikut membalas pelukan Liam dan sedikit menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan, seperti anak kecil.

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang