#73 Callyn & Xavier

585 46 17
                                    

Daniel pov

Aku masuk keruangan Lyn dan menggeserkan kursi untuk lebih dekat dengannya. Kugenggam tangannya cukup erat, kuhela napasku lalu tersenyum kecil. "Kami tidak bisa mengoperasimu Cally, kondisimu sangat tidak memungkinkan untuk melakukannya."

"Aku memimpikanmu dan kamu bilang sudah tidak kuat lagi dengan semua ini. Apa itu benar? Aku harap kamu bisa bertahan dengan semua ini, Cally. Aku masih ingin bersamamu dan aku ingin mewujudkan keinginan kita untuk hidup bersama hingga tua." Lanjutnya. 

"...tapi jika benar, aku juga tidak bisa memaksamu untuk bertahan. Aku juga tidak sanggup melihat kondisimu yang seperti ini. Aku tau ini semua sangat sakit untukmu bertahan sejauh ini." Sambungnya.

"Kamu ingat hari ini sebenarnya hari pernikahan kita dan hari ulang tahunmu. Aku terus membayangkan dirimu mengenakan gaun pernikahanmu dengan membawa bunga yang kamu sukai dan diiringi anak-anak kecil yang lucu."

"Senyummu yang lebar dan ceria membuatmu sangat cantik. Aaah... aku terus membayangkan nya dan berharap sekali bisa berjalan bersama ke altar pernikahan. Tapi kurasa itu sudah tidak mungkin lagi, Cally."

Aku melepaskan genggaman tanganku, merogoh saku celana dan mengeluarkan kotak cincin berwarna merah. Dengan hati-hati aku menyematkan cincin itu dijari manisnya dan tersenyum melihat ukuran cincin itu sangat pas dijarinya.

"Walaupun ini tidak bisa kuberikan disaat kita berada dihadapan Tuhan setidaknya aku bisa menyematkan cincin ini dijarimu. Aku tidak tau harus memberikanmu hadiah apa untuk ulang tahunmu. Aku hanya bisa memberikan ini."

"Aku ingin kamu bahagia dengan keputusan yang sudah kamu tentukan, dengan aku yang mengikhlasknmu pergi. Keluargamu juga.. kami semua mengikhlaskanmu pergi jika itu memang membuatmu bahagia dan tidak merasa sakit."

Setetes air mata jatuh dikedua mata Callyn yang tertutup dengan jarinya yang sedikit bergerak. "Kami melepaskanmu jika itu membuatmu bahagia, Cally. Dan kami merelakanmu pergi jika itu tidak membuatmu merasakan rasa sakit lagi."

Seketika bunyi nyaring panjang terdengar disertai angka nol terlihat di layar monitor EKG dan itu menunjukkan detak jantungnya sudah berhenti. Dokter dan perawat pun langsung masuk untuk membantu Cally dengan alat kejut jantung.

"Tidak, biarkan saja. Kami sudah merelakannya pergi, ini sudah keputusannya." Kata Will yang juga masuk keruangan itu. Dokter dan perawat itu hanya bisa terdiam bingung melihat layar EKG yang tidak ada tanda akan pergerakkan. 

Aku menghela napas dengan kepala yang kutundukkan diatas tangan Callyn. Seketika aku pun menangis merasakan tangannya dingin perlahan. "Aku mencintaimu, Cally. Berbahagialah dan tunggu aku disana."

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Xavier berjalan keluar dari ruangan bersantainya menuju dinding yang terbuat dari kaca melihat pemandangan kota di sore hari. Jalanan terlihat sedikit macet dengan langit yang mendung membuat lampu-lampu menghiasi kota itu.

Terutama lampu-lampu dari billboard beberapa bangunan yang lebih menghiasi kota tersebut. Dengan santai Xavier meminum secangkir kopinya dan diakhiri helaan napas singkat. Entah kenapa perasaannya saat itu tidak enak.

Bahkan, untuk memejamkan mata sedari tadi sulit. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Apa yang sedang terjadi sekarang?  Katanya dalam hati sambil memejamkan matanya sejenak. Ketika ia membuka matanya, ia melihat papan billboard itu yang tadinya menampilkan iklan-iklan berubah menjadi kata penuh ucapan berduka disertai foto Lyn.

Seketika tangannya melepaskan cangkir kopinya hingga pecah. Tak hanya dia saja yang kaget, pengguna jalan khususnya pejalan kaki berhenti sejenak melihat papan billboard dan langsung mengalihkan perhatian mereka pada ponsel melihat berita itu yang juga sedang disiarkan.

Suara ketukan pintu terdengar, "Tuan.. nona Zweeta telah.." Ucapan pria itu berhenti ketika Xavier mengangkat tangannya dan memberikan isyarat lagi untuk mengusir pria itu dari ruangannya. 

Pintu tertutup dan dia masih menatap semua papan billboard  didepannya yang penuh dengan ucapan berduka disertai foto-foto Lyn.

Ia memegangi jantungnya yang terasa sakit dan tangan satunya ia tempelkan ke dinding untuk menopang tubuhnya yang bergemetar.

"Aku hanya ingin melakukannya selagi aku bisa. Ayo, pergilah ini sudah semakin siang. Aku sangat mencintaimu Xavier..."

Ucapan Lyn yang berada didalam mimpinya beberapa hari yang lalu pun kembali muncul dalam ingatannya dan membuatnya semakin merasakan rasa sakit. "ini hanya mimpi kan?"

Ia pun tertawa cukup keras dengan tubuhnya yang mulai beringsut ke bawah. Seketika ketawa itu berubah menjadi tangisan tanpa suara. Ia memukul dadanya dan memukul kepalanya secara bergantian menyesal dengan semua yang ia perbuat selama ini.

"Callyn.. a-pa kau mengerjaiku lagi dengan tingkah konyolmu? Aku akan memukulmu jika kulihat kau masih hidup." Ia menghapus air matanya, bangkit dan berjalan dengan cepat keluar dari ruangannya. "Aku ingin kembali ke new york sekarang."


Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang