#47 Callyn & Xavier

895 36 0
                                    

"Kamu mau kemana?" Lyn berhenti melangkah dan melihat Daniel dari atas sampai bawah. "Kenapa kamu masih disini? Kamu tidak bekerja?" Tanya Lyn, pria itu keluar dari kamar dan memeluk erar tubuh mungil itu. "Aku ingin sesekali terlambat bekerja dan ingin juga tidak bekerja untuk menemanimu disini."

"Jangan jadi pemalas, Niel. Kamu harus bekerja, menghasilkan banyak uang dengan begitu aku bisa dengan mudah berbelanja sesukaku." Daniel melepaskan pelukannya, dikeluarkan nya dompet dari balik jas dan sebuah black card ia sodorkan pada Lyn.

"Ini pakailah, kamu bisa berbelanja sesukamu." Mata Lyn membesar melihat black card itu didepannya. Tak semua orang yang bisa memiliki kartu itu hanya orang-orang tertentu yang bisa. Bahkan ia saja tidak bisa memilikinya walaupun dia berasal dari keluarga kaya dan terpandang, terkecuali Liam.

"Aku sudah memilikinya, ini punya Liam." Kata Lyn sambil mengeluarkan black card Liam didalam dompetnya. Tiba-tiba Daniel mengambil kartu itu dan menggantinya dengan kartunya. "Gunakan punyaku saja, kamu sudah menjadi tanggunganku dan sudah sepantasnya juga aku membiayai semua keperluanmu."

Daniel memasukkan black card Liam ke saku jasnya ketika Lyn ingin mengambilnya. "Menolaknya itu akan membuatku sedih. Gunakan saja, aku sama sekali tidak merasa terbebani. Ayo aku akan mengantarmu pergi. Kamu mau kemana?"

"Ah aku pergi dengan supir saja dan kamu berangkat bekerja saja. Dan kartu ini.. akan kugunakan tapi aku janji tidak akan menggunakannya terlalu banyak. Kamu bisa meminta ganti nya dengan Liam, dia sangat senang jika ada tagihan datang pada nya."

Lyn pun tertawa mengingat ekspresi Liam ketika beberapa tagihan datang padanya dengan jumlah yang besar. "Gunakan saja sesukamu. Baiklah, aku harus pergi. Hati-hati diluar dan jika ada sesuatu cepat hubungiku."

Wanita itu mengangguk pelan dan tersenyum setelah Daniel mengecup bibirnya singkat. "Oh ya, kamu akan pergi dengan siapa? Aku bisa saja menemanimu beberapa jam."

"Ah tidak perlu, aku ingin jalan-jalan dengan Claudya. Aku merasa sangat menyesal tidak menjenguknya saat sakit dan aku ingin meminta maaf padanya."

"Apakah dia sudah sembuh? Sudah boleh keluar rumah?" Tanya Daniel, Lyn mengangguk. Ia menjelaskan Claudya lah yang mengajaknya jalan-jalan dan sudah disetujui Alex dengan syarat tidak boleh capek dan pulang sebelum matahari terbenam.

Daniel hanya bisa mengangguk pelan mendengar semua perkataan Lyn dan tersenyum setelah wanita itu selesai. "Baiklah, kamu juga jangan terlalu capek. Ingat kondisimu yang juga sedang dalam pemulihan seperti dia, mengerti?"

*****

"Pak, berhenti disini. Aku tadi melihat Claudya diseberang sana." Mobil yang ditumpanginya berhenti dan dengan cepat ia keluar setelah memberitahu waktu kepulangannya. Ia berteriak dan melambai tangannya hingga wanita diseberang sana menoleh.

 Ia berteriak dan melambai tangannya hingga wanita diseberang sana menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wahh... Kenapa tubuhnya masih terlihat gadis remaja?!" Kejut Lyn, ia melihat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, secepat mungkin ia menyeberang jalan dan memeluk Claudya. "Aku sangat merindukanmu, maaf aku tidak mengunjungimu saat berada dirumah sakit dan menghadiri pesta pernikahanmu."

"Ah tidak apa, aku juga tau kamu baru pulang dua minggu ini. Kamu terlihat lebih kurus dan sedikit pucat, apa kamu sakit?" Lyn menggeleng dan menggandeng tangan Claudya berjalan menuju pusat perbelanjaan yang tak jauh dari posisi mereka.

"Aku iri dengan badanmu, Claudya. Kumohon jangan berdiet lagi, badan mu sudah membuat semua wanita iri melihatnya." Claudya tertawa dan menepuk lengan Lyn lembut. Mereka berjalan sambil bercerita satu sama lain dan sesekali tertawa.

"Aku sedang mengandung anak kedua ku, dia baru berusia satu bulan mana mungkin aku berdiet." Lyn menutup mulutnya dan mengusap pelan perut Claudya. "Wahh.. Ini kabar yang sangat membahagiakan! Aku tidak sabar melihatnya, pasti dia sangat tampan seperti baby Ken atau sangat cantik sepertimu. Selamat, Claudya."

"Ya terima kasih, berjanjilah untuk melihat anakku yang kedua dan kamu juga harus cepat menikah dan memiliki anak, Callyn. Kuharap anak pertamamu perempuan jadi kita bisa menjodohkan anak kita. Aku yakin, mereka berjodoh."

Lyn tertawa dan menggeleng pelan. "Aku tidak ingin menjodohkan anak ku pada siapapun, biarkan dia sendiri menemukan jodohnya ya semoga saja anak kita berjodoh jadi kita bisa tetap bersama sampai tua."


"Baiklah, aku akan berdoa. Mari kita bersantai sambil meminum teh dan aku ingin mendengar ceritamu dari awal hingga sekarang dengan Daniel."

*****

"Mau kemana? Kami akan pergi makan malam ditempat kita biasa." Mata Sean terus melihat kearah Alex yang sedang mengemaskan barang- barangnya dan memasang jasnya. "Ingin menjemput Claudya, kurasa dia lupa waktu pulang setelah bertemu Callyn. Apa kau tak menjemputnya juga?" Tanya Alex pada Liam.

Liam tidak menjawabnya, ia langsung mengeluarkan ponsel dan mengetik nama seseorang sebelum dihubungi nya. "Hei, baby. Kamu dimana, apa masih diluar bersama Claudya?"

"Baru saja Claudya pulang, aku masih menunggu Daniel menjemputku."

"Aku saja yang menjemputmu dan.."

"Tak perlu, dia sebentar lagi datang. Cepat selesaikan pekerjaanmu dan pulanglah cepat, agar kita bisa makan malam bersama dirumah."

"Baiklah, aku akan cepat pulang. Hati- hati dijalan dan kabari aku jika kamu sudah sampai dirumah." Liam pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas. "Mereka sudah pulang dan sepertinya aku harus pulang juga. Lyn ingin makan mlam bersamaku, kita tunda saja makan malamnya."

Disatu sisi, Lyn masih duduk melihat pemandangan taman kota yang tak jauh dari pusat perbelanjaan. Sesekali ia tersenyum melihat orang-orang yang masih berolahraga dengan berlari dimalam hari. Ingin sekali ia melakukannya, tapi ia tau itu tidak mungkin lagi baginya setelah kemarin ia mengalami gejala yang sama.

"Sayang.. apa aku sudah membuatmu menunggu lama?" Lyn menoleh dan menatap kesal pada Daniel membuat orang-orang yang didekat mereka menoleh karena ulahnya.

"Sayangku, kenapa wajahmu begitu? Aku sangat merindukanmu, apa kamu tidak merindukanku?" Tanya Alex semakin keras membuat orang-orang senyum geli melihat mereka. Dengan kesal Lyn meraih tangan Daniel dan membawanya pergi menjauh dari tempat itu.

Daniel tertawa melihat ekspresi Lyn yang menurutnya menggemaskan itu. Dipeluknya tubuh Lyn dari belakang dan meletakkan dagunya dibahu Lyn. "Maaf, aku hanya ingin menjahilimu saja karena sedari tadi kamu terdiam sendirian disana."

"Kamu membuatku malu, Niel. Aku ingin sekali membunuhmu saat ini." Daniel tertawa, diciumnya pipi Lyn berkali-kali sambil mengucapkan kata maaf. "Hentikan, kamu membuatku geli. Aku juga tidak bisa marah pada mu, jadi hentikan."

"Baiklah, apa kamu sudah makan? Kita bisa makan malam berdua dan aku tau restoran yang sangat enak di dekat sini, aku yakin kamu pasti menyukainya."

"Aku ingin makan malam dirumah saja bersama Liam, tidak apa-apa kan?" Daniel mengangguk, dilepaskan nya pelukan itu dan beralih meraih tangan Lyn untuk ia genggam. "Ayo kita pulang sekarang sebelum dia sampai dirumah."

"Oh ya, bagaimana tadi? Apakah menyenangkan setelah lama tidak bertemu?" Lyn mengangguk dan menceritakan kebersamaannya tadi bersama Claudya. "Dan dia sedang mengandung anak keduanya. Aku sangat senang melihatnya yang bahagia."

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang