#28 Callyn & Xavier

1.4K 57 0
                                    

Sudah berapa kali Liam mengetuk pintu kamar itu. Dengan lampu yang masih menyala terang, ia yakin orang itu belum tidur. Dengan pelan ia membuka pintu kamar dan tidak melihat siapapun disana.

Kakinya melangkah memasuki kamar itu dan melihat gorden jendela berterbangan bebas kesana kemari. Bayangan seseorang nampak jelas di depan matanya. Liam terdiam cukup lama menatap punggung wanita yang membelakangi nya.

Sungguh Liam tidak tega melihatnya seperti itu, menangis dalam diam. Hidup wanita itu sudah berubah sejak selesainya acara makan malam bersama keluarga Daniel dan mereka sudah menentukan tanggal untuk acara perjodohan mereka yang akan digelar mewah dengan mengundang para media.

Disatu sisi, Lyn melihat pemandangan dengan air matanya yang terus mengalir. Sesekali matanya melihat sebuah cincin melekat dijari manis nya. Cincin itu menunjukkan bahwa dia sudah menjadi milik salah satu pria diluar sana dan akan terganti dengan cincin yang akan mengheboh kan semua orang dalam waktu dekat.

"Kamu harus mencobanya, Lyn. Ini yang terbaik untuk hidupmu." Kata nya berusaha menyemangatkan diri nya sendiri. Dengan cepat tangannya mengusap air mata itu sebelum berbalik masuk ke kamar.

Ia sedikit terkejut melihat Liam berdiri ditengah kamar memandanginya. Dengan pelan ia berjalan masuk dan menutup pintu itu. "Kamu baik-baik saja?" Lyn mengangguk, tersenyum lebar sebelum duduk dipinggir tempat tidur.

"Jelas aku bahagia karena hari ini adalah hari perjodohanku dengan Daniel. Aku tidak akan pernah melupakan hari ini dan aku tidak sabar menunggu pertunangan kami." Liam mengusap puncak kepala Lyn pelan. "Kamu tidak bisa membohongiku, Lyn. Aku tau perasaanmu saat ini."

"Tidurlah disini bersamaku, Liam."

*****

Langkah kakinya begitu cepat menuruni tangga dengan ponsel ditangannya. Liam yang tadinya tengah duduk membaca koran bersama kedua orang tuanya terhenti dan bergegas keluar dari ruang makan. "Pelan-pelan, baby! Kamu bisa jatuh." Kesalnya. Lyn pun berhenti melangkah dan tersenyum lebar. "Pagi, Liam! Kenapa pagi-pagi kamu sudah mengomel?"

Lyn kembali berlari hingga tidak butuh waktu lama ia sudah dalam pelukan Liam. "Hari ini, hari yang sangat cerah. Dimana mereka?" Lyn menarik tangan Liam masuk keruang makan dan melihat kedua orang tuanya tengah menunggu mereka.

"Pagi, mom. Pagi, dad!" Kata Lyn. Lyn duduk menunggu sarapannya yang akan diantar pelayan. "Hari ini kamu terlihat sangat bahagia sekali. Ada apa sayang? Apa Daniel akan mengajakmu keluar pagi ini?" Tanya ibunya.

Seorang pelayan datang membawa sarapan kesukaan Lyn. "Ya, dia akan mengajakku ke kantor sekalian dia akan memperkenalkanku pada rekan dan pegawainya. Apa pakaianku pantas dan aku cantik pagi ini, mom?"

"Kamu sangat cantik, sayangku. Kapanpun dan dimanapun kamu akan tetap cantik hingga tidak ada seorangpun yang menandinginya." Jawab ayahnya sambil tertawa melihat tingkah ceria anak perempuannya. Lyn tersenyum sembari mengambil sendok dan garpunya siap menyantap sarapannya.

Tapi disatu sisi, Liam memandangi Lyn dalam diam. Melihat ekspresi Lyn yang ceria tidak mampu membuat hatinya tenang. Ia sangat mengenal wanita itu, wanita yang ahli dalam menyembunyikan perasaannya.

"Selamat pagi semuanya.. Wah, sepertinya aku datang di waktu yang sangat tepat. Kebetulan aku belum sarapan, masih ada sisa untukku kan?" Mereka menoleh bersamaan dan melihat Sean meletakkan jasnya diatas meja lalu menggulung lengan kemejanya hingga siku.

"Kenapa kau ada disini? Aku tidak mengundangmu." Kesal Liam. Lilian- ibunya hanya tertawa melihat sikap Sean yang masih sama. Selalu datang disaat mereka sarapan dan akan membuat kehebohan dengan mengusili Lyn. "Ayo duduk, Sean."

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang