#67 Callyn & Xavier

574 29 1
                                    

Lyn menutup dokumennya dan memberikan pada seorang pria yang berdiri disampingnya. "Kumohon jangan beritahu siapapun tentang hal ini setelah semuanya dilakukan." Pria itu mengangguk dan mengundurkan diri.

Beberapa orang membuka pintu ruangan Callyn dan bingung melihat pria itu keluar setelah menunduk hormat. "Bukankah dia pengacara mu?" Tanya Liam. Wanita itu hanya mengangguk tanpa melihat kearah Liam.

"Apa yang sedang kamu rencanakan, baby?"

"Aku tidak merencanakan apapun Liam. Aku hanya ingin memberitahukan sesuatu padanya. Tidak apa-apa." Jawab Lyn sambil tersenyum. Liam terdiam sejenak dan menghela napas. "Tolong katakan jika ada sesuatu yang mengganggumu, baby. Aku ingin menjadi orang pertama yang tau." 

Disatu sisi, Alex berjalan dengan gagahnya memasuki gedung yang sangat megah dengan dijaga ketat beberapa pria berjas hitam mengelilinginya, membawanya kesuatu tempat yang ingin ia datangi. 

Langkahnya terhenti ketika pria didepannya berhenti menunggu pintu lift terbuka bersamaan beberapa pegawai yang memundurkan tubuh mereka memberi jarak. "Bukankah itu Alexander Morgan? Wah, dia benar-benar sangat tampan sama seperti bos kita."

"Ya, kau benar! Oh aku tidak menyangka bisa melihatnya secara langsung. Dia dan bos kita saja sangat tampan seperti ini apalagi yang lainnya serta adiknya. Mereka benar-benar sempurna. Memang pantas mereka dijuluki worldwide handsome."

Alex hanya melirik sekilas dan menghela napas sembari menundukkan kepalanya sebelum dia melangkah masuk kedalam lift. Tak lama ponselnya berdering dan ia langsung mengangkatnya. "Apa kamu sudah sampai?" Tanya orang diseberang sana.

"Ya, aku sudah akan bertemu dengannya sebentar lagi." Jawab Alex. Ia pun mendengar semua cerita dari orang yang menelponnya yang tak lain adalah istrinya, Claudya dengan sangat antusias. "Kamu tidak akan lama disana kan?"

Alex melangkah keluar dari lift dan masih mengikuti pria didepannya hingga ia sampai didepan pintu yang sangat megah dan besar. "Tidak, hanya 3 hari atau lebih cepat dari itu. Sudah dulu ya, aku akan menelponmu setelah semuanya selesai."

Alex memasukkan ponselnya dibalik jasnya sebelum pintu itu terbuka. Nampak punggung besar tengah membelakanginya, pria itu memandangi langit sore hari dengan segelas whisky. "Kau meminumnya tanpa menungguku?"

Pria itu membalikkan badannya dan mengangkat gelasnya sembari melirik kearah meja yang tak jauh darinya yang sudah ada segelas whisky. 

Alex berjalan memasuki ruangan itu dan meletakkan sebuah dokumen tepat diatas meja Xavier. "Ada pembaharuan dari Liam dan Sean pada kerja sama kita. Aku sudah melihatnya dan aku juga menyetujuinya. Bacalah dulu, kami akan menunggu jawabanmu."

Xavier melirik dan mengangkat sebelah alisnya sedikit curiga dengan sikap Alex saat ini. "Tidak mungkin kau datang kesini hanya untuk itu. Katakan apa yang ingin kau katakan." Kata Xavier. Alex menghela napas dan tersenyum. 

"Entahlah, aku tidak tau. Aah, sebenarnya aku diminta Claudya untuk menemuimu. Aku bisa saja menolaknya tapi mungkin aku juga merindukanmu." Jawab Alex sambil mengambil gelas nya dan mengikuti Xavier menikmati pemandangan.

"Cukup menarik dari sini." Xavier hanya bergumam memandangi gelasnya yang ia goyangkan pelan. "Apa kau sungguh tidak ingin kembali kesana dan menetap disini saja? Kurasa kau bisa pulang pergi dengan mudah mengingat jaraknya juga tidak jauh."

"Kami merasa kesepian tidak ada kau disana. Ikutlah denganku dan tinggallah beberapa hari disana." Sambung Alex. Xavier menghela napas dan melirik sejenak kearah Alex. "Katakan saja yang ingin kau katakan." 

Alex menggaruk lehernya yang tidak gatal dan menoleh kearah Xavier. "Callyn sedang sakit dan itu tidak bisa disembuhkan. Banyak dokter bahkan Liam mengatakan dia tidak akan bisa bertahan cukup lama dengan penyakitnya..."

"...dia terus berharap ingin menemuimu walaupun hanya sebentar. Jadi aku kesini hanya ingin mengatakan itu saja. Temuilah dia sebentar sebelum terjadi apa-apa. Kondisinya semakin parah. Memang ini bukan urusanku, tapi aku diminta Claudya untuk mengatakan ini padamu. Aku juga cukup prihatin dengan kondisinya saat ini."

Xavier menundukkan kepalanya melihat sisa whisky didalam gelasnya. Didalam hatinya ia terkejut mendengar kondisi wanita itu tapi perasaan itu menghilang mengingat kondisi terakhir wanita itu yang terlihat baik-baik saja.

"Kerja sama yang bodoh untuk menipuku agar aku bertemu dengannya."

Alex mengeraskan rahangnya dan kembali memandangi pemandangan perkotaan yang cukup padat. "Tidak apa-apa jika kau tidak percaya, aku sudah mengatakannya dan terserah dirimu mau mempercayainya atau tidak. Tapi yang jelas hidupnya tidak akan lama. Kau boleh menyuruh orang-orangmu untuk memastikan apakah aku mengatakannya benar atau tidak."

Xavier berjalan mendekati mejanya dan meletakkan gelasnya dengan mata menatap tajam ke arah depan. "Persetan dengan kondisinya, aku tidak perduli mau benar atau tidak. Aku tidak akan menemuinya sama sekali. Berhentilah membicarakannya, benar-benar memuakkan."

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Callyn pov

"Jika Liam tau aku membiarkanmu keluar dengan kondisimu dan cuaca yang bersalju seperti ini, aku yakin aku akan mati ditangannya." Aku tertawa dan semakin mempererat peganganku padanya.

Ia terus berjalan menuju taman dan aku melihat sekeliling tidak ada orang. "Lihat, tidak ada orang disini. Cuaca semakin dingin sebaiknya kita kembali keruanganmu saja."

"Tidak, Niel. Aku ingin menikmati salju sebentar saja. Lagian salju nya juga tidak terlalu banyak dan besar. Masih kecil, lihatt.." kataku sambil melihatkan salju yang jatuh diletapak tanganku.

"Ayolah duduk disana sebentar saja. Hanya 10 menit, Niel." Bujukku.

"Tidak Cally, itu sangat lama. Kamu bisa kedinginan, aku tidak mau kamu sakit lagi. Kita kembali keruanganmu saja." Aku langsung memukul tangannya kesal.

"Aku tidak mau, Niel! Aku ingin duduk disana sebentar saja. Kalau begitu 5 menit saja. Kamu tau kan aku sangat menyukai salju dan aku tidak tau apakah aku masih bisa merasakan salju lagi atau tidak."

Daniel menahan tanganku sambil berjalan lalu berjongkok didepanku. "Cuacanya cukup dingin dan kamu tidak boleh kedinginan lihat ruam di wajahmu semakin merah dan jari-jari mu mulai membiru."

"5 menit saja kumohonn..."

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang