#64 Callyn & Xavier

735 36 0
                                    

"Kenapa dia belum sadar juga?"

Liam menarik lengan baju Daniel untuk duduk didekat kursi sofa. "Kau makan lah dulu, jika dia tau kau sakit karena tidak mau makan dia akan sedih." Kata Daniel sambil memaksa Liam untuk duduk.

"Makanlah, kau juga tetap diruangan nya dan kau masih bisa menatapnya dari sini. Kau pikir hanya dirimu saja yang khawatir? Aku sebagai kakaknya juga sangat khawatir." Kesal Liam.

Daniel menghela napas dan mulai memakan makanannya. Melihat pria itu mulai makan, Liam pun berjalan mendekati Lyn dan menyentuh tangan itu dengan lembut.

"Apa kamu disana bersenang-senang dengannya hingga kondisimu seperti ini, baby?" Tanya Liam dalam hati.

Tiba-tiba pintu terbuka, Liam pun menegakkan tubuhnya melihat ayah dan ibunya datang dan langsung mendekati Lyn. "Oh ya ampun, Nak. Kenapa kamu jadi seperti ini? Kamu masih nakal dan terus membuat mom marah padamu."

Ayah Liam merangkul bahu wanita itu dan sesekali mengusapnya lembut berharap bisa memberi ketenangan padanya setelah melihat anaknya yang terbaring tidak sadarkan diri dengan peralatan medis memenuhi tubuhnya.

"Bagaimana kondisinya? Apakah sedikit membaik?" Tanya ayah Liam. Pria itu menatap ayahnya sendu dan menggeleng pelan menandakan Lyn berada di kondisi yang tidak baik.

"Tolong bantu adikmu, Liam. Selamat kan dia, jangan buat dia merasakan sakit seperti ini. Mom mohon padamu tolong selamatkan dia." Liam semakin merasa bersalah melihat ibunya yang menangis memohon padanya untuk menyelamatkan Lyn.

Ia juga bingung harus melakukan apa dengan penyakit Lyn yang semakin parah dan belum ada pengobatan medis dengan cara apapun untuk menghilangkan penyakitnya itu.

Disatu sisi, Daniel yang menikmati makanannya tadi pun terhenti dan keluar dari ruangan. Hatinya juga ikut rapuh melihat kedua orang tua Lyn yang memohon pada Liam untuk kesembuhan Lyn.

Rasa bersalah menggerogoti seluruh tubuhnya dan ia menyesali perbuatan nya yang tidak memberitahukan tentang penyakit Lyn pada mereka dari awal. "Daniel, kau mau ke.." Ucapan Sean terhenti ketika Daniel mendorong bahunya untuk menjauh.

"Apa dia baru saja menangis? Apa.. apa terjadi sesuatu pada Lyn? Oh astaga, sweetheart-ku." Sean pun berlari menuju ruangan Lyn cepat.

*****

Beberapa hari kemudian...

"Aku sedang menjaga Lyn, aku akan mengirimkan perwakilanku untuk rapat saham besok siang." Pria itu berjalan kesana kemari dan sesekali ia melihat kearah jendela kecil di pintu menatap Lyn yang masih terbaring tidak sadarkan diri. "Dia sudah kembali?"

"Ya, dia bersama Xavier selama tiga hari."

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Alex, Liam tersenyum kecil berharap senyumnya bisa memberinya sedikit hiburan untuk dirinya. "Dia sudah melewati masa kritis hanya saja ia masih belum sadarkan diri."

"Katakan saja apa yang harus di lakukan oleh perwakilanku untukmu besok." sambung Liam dan ia pun mengangguk setelah mendengar jawaban dari Alex, lalu memutuskan pembicaraan mereka.

Ia masuk keruangan Lyn dan terkejut melihat mata itu terbuka, dengan cepat ia melangkah dan tersenyum melihat mata itu yang menatapnya. "Baby, akhirnya kamu sudah sadar. Sebentar aku akan mengecek kondisi mu."

Liam mengecek kondisi Lyn dan ia menghela napas panjang, mengetahui kondisi Lyn yang berangsur membaik. "Napasmu sudah stabil tapi apa kamu merasakan rasa sakit ditubuhmu?" Ia mengusap kepala Lyn dengan lembut menunggu Lyn menjawabnya.

"Kakiku tidak bisa bergerak."

Liam terdiam sejenak dan tersenyum. "Kurasa hanya sementara seperti biasa kamu alami, baby. Nanti kita cek kondisimu lebih detail lagi. Dan saat ini kamu tenanglah, semuanya dalam keadaan baik-baik saja."

Lyn mengangguk, ia menatap kearah jendela sambil memikirkan sesutu yang tiba-tiba saja muncul dalam pikirannya membuat Liam sedikit mengerutkan dahinya meliht ekspresi Lyn. "Apa yang sedang kamu pikirkan, baby?"

"Sepertinya Xavier sudah pergi ke Kanada, iya kan? Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya sebelum dia pergi." Jawab Lyn.

Liam sedikit memiringkan kepalanya dan menghela napas. "Sudahlah, jangan pikirkan dia dulu. Kamu harus memikirkan kesehatanmu, cepatlah sembuh dengan begitu kamu bisa mengunjunginya kesana. Aku yang akan menemanimu bertemu dengan nya."

*****

"Baru saja tidur, jangan mengganggu dia dulu." Kata Liam sambil menahan tangan Daniel yang hendak meraih tangan Lyn. Pria itu mengeraskan rahangnya kesal karena tidak bisa menyentuh wanita itu dan akhirnya ia menghela napas melawan egonya demi kesehatan Lyn.

"Dia mengalami anoksia otak yang menyebabkan kehilangan setengah ingatannya dan ingatan itu di saat dia bersama Xavier. Jadi jika dia sudah bangun jangan mengatakan apapun, dia hanya ingat saat ia ingin pergi menemui Xavier." Jelas Liam.

Daniel mengangguk dan duduk di kursi yang berada didekat Lyn. "Dan menurutku itu kabar bagus untukku dan kurasa untukmu juga." Jawabnya.

Disatu sisi, Claudya yang baru saja menuruni tangga dengan membawa tas kecil disalah satu tangannya pun terhenti melihat Alex berdiri diujung tangga bawah tengah menggendong anak kedua mereka. "Jangan bilang kamu ingun pergi untuk menemui Callyn dirumah sakit."

Claudya tersenyum, langkahnya kembali menuruni tangga dan ia pun mencium anaknya dan juga Alex setelah berada dibawah. "Ya aku ingin kesana melihat Callyn. Aku mendapat kabar dia sudah sadar, aku ingin bertemu dengannya."

Alex langsung memberikan baby Kay pada Claudya lalu meraih tas wanita itu dan menaruhnya dimeja. "Lebih baik kamu menjaga anak-anak dirumah. Mereka lebih membutuh kan mu." Kata Alex.

"Aku ingin melihatnya sebentar saja, kalau begitu apa aku boleh membawa mereka juga kesana? Jadi mereka tetap bersamaku." Tawar Claudya. Alex memejamkan matanya sembari menarik napas panjang lalu ia pun menggelengkan kepalanya pelan.

"Kalau begitu kamu ikut juga kesana sekalian pulangnya kita makan diluar. pasti anak-anak suka makan diluar berhubung kita jarang keluar bersama. Boleh ya, Alex?" Mohonnya.

"Asal kamu tau, aku membencimu jika kamu keluar tanpaku bahkan ada aku disampingmu karena banyak mata bajingan yang terus menatapmu aku tidak menyukainya dan aku hanya ingin aku saja yang melihatmu"

Claudya tersenyum dan merangkul lengan Alex. "Aku ini sudah menjadi seorang ibu anak tiga, Alex. Mereka sudah tidak tertarik dengan wanita yang sepertiku. Kenapa kamu cemburu begitu? Makanya ayo kita bersama anak-anak."

"Aku yakin mereka tidak akan berani menggodaku karena aku memiliki dua pengawal dan satu peri kecil yang akan melindungiku. Boleh ya sayang" Alex merangkul pinggang Claudya dan ia mencium singkat di bibir dan dahi wanita itu.

"Baiklah kalau begitu, aku berganti pakaian dulu. Bawa Ken dan Ellie keluar."

Claudya pun tersenyum lebar dan menatap Alex tengah menaiki tangga dengan cepat. Ia pun berjalan ke kamar Ken lalu membukanya melihat Ellie dan Ken asyik menggambar. "Hai, anak bunda..."

"Bunda, lihat Ken! Dia menggambar perusahaan daddy." Ia berjalan mendekati mereka dan tersenyum melihat gambar Ken. "Ya sangat bagus. Kamu juga gambarnya sangat bagus Ellie, apa yang kamu gambar?"

"Ini perusahaan Ellie besar nanti bunda, Ellie ingin membangun usaha busana terkenal dengan rancangan Ellie sendiri."

Claudya mengusap kepala Ellie dan Ken tersenyum bangga memiliki anak seperti mereka. "semoga apa yang kalian inginkan suatu saat nanti tercapai ya. Bunda dan daddy akan membantu kalian."

"Jadi sekarang, tinggalkan dulu gambaran kalian dan bergantilah pakaian dengan sangat cepat karena kita akan menjenguk aunty Callyn di rumah sakit. Ayo cepat." Sambungnya.

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang