#34 Callyn & Xavier

1.6K 62 0
                                    

Liam pov

"Aku tak menyangka Xavier membiarkan assistentnya menghadiri rapat penting ini. Sebenarnya  urusan apa yang membuatnya tak menghadiri ini? Dia bukan tipe pria seperti itu." Kata Sean. Aku hanya diam sambil mengikuti langkah kaki Sean dan Daniel.

"Kau juga tidak biasanya telat seperti tadi!" Aku berhenti melangkah dan melihat Sean geram. Ya kuakui, aku telat menghadiri rapat direksi tadi. Tapi setidaknya dia harus menanyakanku hal apa yang membuatku telat.

"Sudahlah, tak apa. Lagian juga tidak terlalu penting pembahasan tadi." Daniel menepuk bahuku membuatku semakin bingung dengan suasana saat ini. Sean yang terlihat sangat akrab dengan Daniel tidak seperti dulu dan Daniel yang bersikap santai padaku seakan-akan aku dengannya sahabat atau seumuran.

Padahal aku lebih tua darinya! Tapi kenapa dia bersikap seperti itu padaku! Baru saja aku ingin memberi pelajaran sambil mengingatkan posisinya, niatku terhalangi oleh sosok wanita yang baru saja keluar dari lift dan berjalan mendekati kami.

"Oh, kupikir sudah selesai." Jawab Lyn, Daniel melambaikan tangannya ada Lyn memberi isyarat pada wanita itu untuk mendekatinya. Lyn pun menghampiri Daniel dan pria itu langsung memeluk Lyn erat.

"Darimana saja, baby?" Tanyaku. Ia melepaskan pelukannya dan melihat ku. Aku tersenyum melihatnya yang tidak menatapku, itu berarti ia baru saja bersama Xavier. Apa mungkin Xavier tadi sudah ada disini dan pergi dengannya?

"Dia hanya berkeliling saja, dia sudah meminta izinku. Apa ada pekerjaku yang mengganggumu?" Lyn menoleh cepat kearah Daniel dan menggeleng. "Tidak ada karena aku menghabiskan waktu di taman."

"Oh ya, malam ini dia akan menginap ditempatku, tidak apa-apa kan?" Tanya Daniel padaku. Kuangkat sebelah alisku menatapnya penuh kecurigaan.

Mengingat cerita dari mommy tentang kedekatan Daniel dan Lyn yang sering menghabiskan waktu untuk belajar bersama dikamar Lyn membuatku sedikit takut jika ia berani melakukan hal aneh terhadap Lyn karena mereka sudah bertunangan.

Ya, dunia ini seks bebas sudah dikatakan hal wajar apalagi sepasang kekasih. Tapi aku tidak ingin Lyn melakukan hal itu sebelum ia menikah karena dia wanita yang sangat berharga untukku. "Ah, tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal itu, tapi jika dia menginginkannya lebih dulu itu bukanlah kesalahanku."

"Kau pikir, dia wanita penggoda hu?" Kesalku. Lyn tertawa dan memeluk lenganku erat. "Aku lihat dulu apakah situasinya cocok atau tidak malam ini, Liam. Okay?" Aku mendengus kesal melihatnya yang ikut  mengerjaiku.

"Ya terserah kalian jika kalian ingin melakukannya karena kalian sudah bertunangan. Tapi ingat, kau harus langsung menikahinya jika kau sudah mendapatkannya mengerti?!" Aku berjalan meninggalkan mereka dengan suasana hati yang panas.

"Jangan hiraukan dia. Nikmatilah waktu kalian berdua. Dia saja setiap malam selalu bermain dengan wanita yang berbeda, kenapa dia melarangmu? Dia bersikap pria suci didepanmu padahal dia pria yang begitu kotor." Kata Sean.

Seseorang merangkul bahuku dan aku melirik ternyata itu Sean. Dengan geram aku menyikut perutnya karena kesal mendengar ucapannya tadi. "Aku tidak sepertimu dan kau lah pria yang kotor!" Geramku.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Lyn berjalan lebih dulu memasuki mansion Daniel dan berakhir menghempaskan tubuhnya dikursi sofa yang empuk. "Bawa ini kekamarnya." Kata Daniel sambil memberikan koper dan tas berukuran sedang pada dua pelayan.

"Kamu sungguh ingin tinggal bersamaku disini?" Daniel duduk diseberang dan melihat Lyn tengah memejamkan matanya. "Ya, disini tempat yang tenang dan kita bisa menghabiskan waktu bersama." Jawab Lyn tanpa membuka matanya.

"Apa ada yang kamu sembunyikan dariku, Cally?"

Lyn membuka matanya dan menatap Daniel. "Tidak, kenapa?" Tanyanya, Daniel menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Apa yang sedang kamu pikirkan, Cally? Aku tau kamu tengah memikirkan sesuatu.

"Lebih baik, kamu istirahat dikamar mu saja. Mereka sudah mengemaskan kamar untukmu." Daniel bangkit dari kursinya. Ia berjalan mendekati Lyn dan mengulurkan tangannya. Lyn duduk dengan malas dan tersenyum lebar sebelum menarik tangan Daniel hingga pria itu duduk dilantai.

"Gendong aku, Niel." Tangannya pun sudah melingkar dileher Daniel dan pria itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Lyn. Daniel mencubit geram tangan Lyn nembuat wanita itu terlonjak kaget hingga ia menggigit bahu Daniel.

"Sakit, Cally!!" Lyn tertawa keras berhasil membalas Daniel.

"Maaf, Daniel-ku sayang." Daniel mendekatkan pipinya ke pipi Lyn untuk memastikan apa dia tidak salah dengar. "Coba sekali lagi, aku tidak dengar." Katanya.

Lyn memutar bola matanya dan menggeleng. "Aku tak mengatakan apapun. Ayo, bawa aku ke kamar." Daniel melepaskan tangan Lyn dan berbalik menatap Lyn. "Ayo katakan sekali lagi, aku ingin memastikan apa aku tidak salah dengar yang tadi."

"Sungguh, aku tidak mengatakan apa pun. Ayo, aku ingin istirahat." Rengeknya. Daniel hanya menggeleng dan dengan setia menunggu Lyn mengulangi ucapannya. "Maaf, Daniel-ku sayang." Kata Lyn pelan sebelum menghela napas panjang.

Daniel yang mendengarnya tersenyum lebar dan langsung menggendong Lyn menuju kamarnya "Sepertinya kamu harus memanggilku seperti itu mulai dari sekarang." Kata Daniel yang hanya mendapatkan pukulan kecil didadanya.

Sesampainya, Daniel meletakkan dengan hati-hati tubuh Lyn diatas tempat tidurnya. Ia menghela napas sembari meregangkan otot-ototnya. "Kenapa kamu jadi berat, dulu kamu tak seberat ini." Katanya.

"Jadi kamu bilang aku gendutan hu?" Kesal Lyn, Daniel hanya tertawa. Baru saja ia melangkah mundur, tangannya sudah ditarik Lyn hingga ia berbaring disamping wanita itu. "Temanin aku tidur, aku tidak ingin tidur sendiri malam ini." Katanya.

"Sepertinya ada sesuatu yang kamu pikirkan saat ini. Baiklah, aku akan tidur disini tapi ingat jaga jarak, guling ini batas kita jika kamu melewatinya aku akan.." Ucapkan Daniel terhenti ketika Lyn membuang guling itu dan memeluk Daniel.

"Ini kamarku dan kamu tidak ada hak untuk membuat peraturan itu. Lagian, aku hanya ingin tidur saja tidak lebih. Kamu pikir aku wanita murahan." Kata Lyn dan mulai memejamkan matanya sembari tangannya yang mempererat pelukan ditubuh Daniel.

Bukan itu maksudku, Cally. Kau seperti ini membuatku tersiksa semalaman!!

Disatu sisi, seseorang tengah menunggu informasi dari anak buahnya. Suara ketukan kaca jendela membuatnya menekan tombol untuk menurunkan kaca jendela itu. Pencahaan yang minim didaerah itu dengan  kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya membuat siapapun sulit untuk mengenali siapa sosok tersebut.

Tapi itu tidak berlaku pada pria yang berani mengetuk kaca jendela. Pria itu menunduk hormat sebelum menyampaikan informasi, "ya, nona Wikstrom ada di mansion itu. Apa saya perlu menculiknya, tuan?"

Pria itu mengangkat tangannya dengan melihat mansion itu dari kegelapan. "Ikuti saja setiap kemana mereka pergi, jangan pernah menyentuhnya sedikit." Katanya.

Daniel mengusap puncak kepala Lyn lembut dan sesekali ia bergumam sebagai peringatan agar wanita itu tidak banyak bergerak. "Kenapa gelisah sekali?" Tanyanya. Lyn mendongak keatas menatap tepat pada mata Daniel.

"Aku tidak bisa tidur dengan keadaan terang seperti ini." Katanya. Daniel menghela napas, ia pun sedikit beranjak menuju meja dan untuk mengambil remote lampu. Ditekannya tombol itu membuat lampu besar dikamar itu mati dan berganti dengan cahaya yang minim dari lampu kecil diatas meja samping Daniel.

Callyn & Xavier (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang