Hari ini, Leya datang lebih cepat dari biasanya. Leya sengaja agar Suhaa tidak mengetahui rencana yang telah ia buat seminggu lalu.
Saat ini, Leya tengah bersandar di depan pintu kelas sambil meminum susu kotak rasa vanila dengan senandung merdu terdengar dari mulutnya.
Koridor sekolahnya begitu sepi dan sunyi, Leya benar-benar datang terlalu pagi, ia terlalu bersemangat untuk hari ini. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin jika ia menunjukkan rencana itu kepada Suhaa dan membuat semuanya menjadi berantakan.
Lagipula semua rencana yang sudah di siapkan telah selesai lima belas menit lalu. Jadi Leya tidak perlu khawatir lagi, ia juga tak perlu berbohong lebih lama lagi kepada Suhaa, bukan?
"Ya ampun tuh cowok ganteng lama amat datangnya." Leya berdecak kesal karena menunggu lama kedatangan lelaki pujaannya, meskipun ia sendiri yang salah karena datang terlalu pagi.
Ketika masih termenung dengan alis yang berkerut dalam, tiba-tiba Leya mendengar suara langkah kaki dari luar dan seketika membuat dirinya kegirangan. Tidak salah lagi, suara langkah kaki itu pasti milik Suhaa.
Dengan mata berbinar, Leya menunggu sosok lelaki tinggi nan tampan itu masuk ke gedung sekolah. Setelah melihat lelaki itu datang sambil menggendong tas ranselnya, Leya tersenyum manis ke arah Suhaa.
"Suhaa.. selamat pagi!!" Dengan teriakan lembut, Leya melambaikan tangan ke arah Suhaa yang tentu saja terkejut saat mendengar suara yang di lontarkan Leya.
Dengan kerutan kening, Suhaa berlari kecil menghampiri Leya yang tengah berdiri di depan kelas mereka. Ia beralih merubah ekspresi dengan ekspresi datar sambil mengelus kepala Leya.
"Pagi, cepet amat datangnya, nginep di sini lu?" tanya Suhaa basa-basi. Padahal Suhaa sudah ingin dan sudah mulai mau menjemput Leya ke sekolah dan kembali mengantarnya pulang, tetapi ia mengurungkan niat karena merasa malu dan canggung.
Leya tidak menghiraukan kalimat Suhaa. Leya masih terlihat membeku dengan mulut menganga dan mata yang terus berkedip beberapa kali setelah mendapat usapan sayang dari Suhaa.
Entah mimpi apa dia semalam, apakah Suhaa sudah mulai menerima kehadirannya? Kalau itu benar, Leya hanya perlu meluluhkan es itu sedikit demi sedikit untuk mendapatkan hasil yang sempurna, bukan?
"Ah anu... Leya ada PR kemarin, cuman Leya lupa ngerjain semalam. Makanya Leya cepet-cepet datang supaya PR nya bisa di kerjain di sekolah," dengan senyuman manis, Leya menjawab kalimat yang di lontarkan Suhaa.
"Oh iya, Suhaa gak naik motor lagi hari ini?" Leya melanjutkan kalimat sambil memiringkan kepala
"Dahlah... yuk masuk, hari ini gue piket, mau bantuin gue nggak?" Suhaa mengubah topik karena tak ingin membahas hal yang lain dan membuat paginya kacau
"Mau, mau. Yok, Leya bantuin," seru Leya dengan ceria.
Pagi mereka di mulai dengan bersih-bersih kelas, mereka bisa saling bertukar informasi mengenai diri mereka masing-masing lebih jauh lagi agar keduanya semakin dekat.
Lambat-laun Leya akan mendapat hati bintangnya meski ia harus mengikuti Suhaa ke universitas yang di inginkannya, meski Leya harus ikut bekerja di tempat dimana Suhaa bekerja, ia tak kan berhenti sebelum mendapatkan hati itu.
Selama Suhaa tidak keberatan dengan tingkahnya, tidak ada satupun yang bisa menghentikan Leya.
***
***
"Hey my sweet darling, nyontek PR dong." Dela datang ke kelas lima belas menit setelah Suhaa dan Leya selesai membersihkan kelas, "Lah, kalian lagi pacaran, maap yak... gue gak tau."Dela Adisti adalah sahabat masa kecil Leya, mereka telah bersahabat sejak umur delapan tahun hingga kini. Mereka selalu bersama-sama dan memilih sekolah yang sama agar hubungan persahabatan mereka tidak putus.
"G-gak, gue ama Leya baru selesai piket... pokoknya gitulah!" Suhaa membantah dengan cepat takut jika Dela salah paham mengenai hubungannya dengan Leya.
"Ah serah anda deh, saya kemari untuk menyontek PR dari my sweet darling sebelum bel masuk. Sekarang, mana makhluk buas bernama buku PR itu, letakkan di mejaku sekarang juga!" Dela berseru sambil memukul meja.
Leya berjalan ke arah bangku Dela sambil mengibaskan buku PR nya. Setelah sampai di meja Dela, Leya meletakkan buku PR nya di meja sambil tersenyum, "Nih, jangan lupa traktir ya my babu."
"Siap komandan!" Dengan cepat Dela menyalin tulisan tangan Leya seperti biasanya, "Ya ampun, nih tulisan gak ada perubahan sejak SMP loh Ya.. mirip banget sama ceker unta."
"Selamat pagi pemirsa. Hari ini saya datang tepat pukul 06.55, ini adalah keajaiban dunia karena Zaki Alfarezi berhasil bangun tanpa bantuan alarm dan teriakan mamanya. Berikan tepuk tangan yang meriah!"
Tiba-tiba saja, Zaki datang sambil melentangkan tangannya dengan bangga lalu menutup mata untuk menunggu sorakan dari teman-temannya.
Beberapa detik berlalu, tak ada satupun teman-temannya yang bertepuk tangan sehingga memaksa Zaki membuka mata dengan kerutan kening yang dalam terlihat di dahinya.
"Gini amat jadi temen para satwa, gak di hargain sama sekali. Apakah karena saya adalah wibu?" Zaki berjalan masuk ke dalam kelas sambil membersihkan kacamatanya dengan kain dasinya.
"Suhaa, mau nyalin PR gak? Ini, mumpung gue baek banget hari ini.. gue ijinin lu nyalin PR gue." Zaki melangkah ke arah Suhaa sambil meyodorkan buku PR nya setelah memakai kacamatanya.
"Gak, makasih, gue udah selesai ngerjain PR nya semalam." Suhaa melangkah menjauh dari Zaki dan beralih duduk di atas meja guru.
Melihat semua teman-temannya tidak ingin di ganggu, Zaki menghela napas kasar. Ia lalu berdecak kesal sambil melipat tangannya di dada, "Dahlah... gue mau ke kantin."
***
***
Pelajaran pertama mereka berjalan dengan baik, dan di mulai dengan pelajaran kesukaan mereka, Matematika.Tidak! Matematika adalah pelajaran terburuk bagi mereka semua, lagi-lagi pak Darto memberikan ulangan harian mendadak dengan alasan menguji sejauh mana mereka paham dengan materi yang di berikan minggu lalu.
"Pak, bapak suka banget keknya nyiksa siswa... apakah bapak muridnya Hajime Isiyama?" dengan tenang Zaki bertanya di tengah-tengah ulangan yang sedang berlangsung
Pak Darto menanggapi kalimat Zaki dengan tenang. Pria tua yang sudah mencapai usia setengah abad itu melirik ke arah Zaki dengan sinis, "Bapak udah punya istri loh Ki... masa kamu mau jodohin bapak sama mama kamu."
Zaki menatap pak Darto dengan jengkel, pertanyaan yang di lontarkan olehnya sama sekali tidak nyambung dengan jawaban yang di berikan oleh guru kesayangannya itu, (katanya).
"Sumpah gak nyambung pak. Bapak keknya harus di tebas dengan pernapasan petir aliran pertama deh supaya pikiran bapak gak kemana-mana." Memang benar jika ibu Zaki adalah janda anak tiga, tetapi hal yang di lontarkan oleh pak Darto sungguh tidak nyambung dengan pertanyaan Zaki.
"Saya aduin ke anak bapak ya, biar tau rasa," lanjut Zaki dengan seringai lebar. Ia tau jika pak Darto sangat lemah dengan putrinya yang seumuran dengan Zaki, ia hanya perlu melangkah ke arah kanan dan masuk ke kelas Adel, putri kesayangan pak Darto.
"Sussht.. janganlah, entar bapak kasi kisi-kisi untuk ulangan harian berikutnya minggu depan." pak Darto tiba-tiba ciut ketika Zaki mengatakan jika murid kesayangannya itu(katanya) akan mengadukannya pada Adel.
"Nah gitu dong. Bapak jadi tambah ganteng deh kalau baik gini.. kapan-kapan beliin Zaki Lamborghini ya pak," ucapnya sambil tersenyum dan kembali mengerjakan soal ulangannya.
"Iya nanti, tapi yang ada remotnya," balas pak Darto dengan terbahak-bahak dan berakhir garing karena siswa-siswanya yang diam sambil mengerjakan ulangannya.
***
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Suhaa (END)
RomantikWARNING! (Peringatan!) Please everyone who sees this, please stop and never plagiarize/copy other people's work!!! I beg you so much! whoever it is! (Siapapun yang melihat ini, tolong berhenti dan jangan pernah menjiplak/menyalin karya orang lain...