"Kalau risih bilang, ya."
Kalimat yang selalu di ucapkan Leya dengan senyuman ketika sedang berduaan dengan seorang lelaki tampan nan gagah bernama Suhaa Gibran Adiratna.
Sudah dua tahun Leya mengangumi lelaki dingin serta berwajah polos itu. Sekarang Leya dan Suhaa telah menjadi senior di sekolahnya. Meski begitu, Leya masih belum menyerah dengan usahanya selama dua tahun belakangan.
Suhaa Gibran Adiratna, lelaki yang bahkan tidak akan berbicara jika topik pembicaraannya antara seseorang sama sekali tidak menarik untuk di jawab, bahkan ia tak melihat lawan bicaranya sama sekali.
Suhaa adalah lelaki yang sederhana. Walaupun begitu, ia diidamkan oleh semua kaum perempuan di sekolah menengah atas yang saat ini menjadi tempat Leya dan Suhaa mencari ilmu.
Hal menarik yang membuat Leya mengangumi dan menyukai Suhaa adalah sifatnya yang cukup lucu. Leya masih tertawa geli saat mengingat ekspresi Suhaa yang terkejut saat Leya tahu jika Suhaa suka bermain bersama anak-anak.
Leya pernah melihat Suhaa duduk di depan Panti Asuhan dan dikelilingi oleh anak-anak. Raut wajah Suhaa saat di sekolah sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilihat Leya saat Suhaa dikelilingi anak-anak.
Senyuman tulus terukir di wajah Suhaa saat bermain dengan anak-anak yatim piatu itu membuat Leya semakin terpesona. Saat itulah Suhaa tidak mengabaikan perkataan Leya sedikitpun meski Leya sudah mengatakan jika ia akan menjaga rahasianya.
Padahal itu bukanlah hal yang memalukan. Malah sebaliknya, Suhaa terlihat sangat indah ketika membagi senyum bersama anak-anak. Tidak ada yang perlu ditakutkan jika hal itu sampai diketahui orang-orang, kan?
Meski mendengar semua perkataan Leya, Suhaa tetap menjaga jarak dan menyamakan Leya dengan siswa lainnya. Hanya saja Suhaa lebih menurut pada Leya di banding dengan siswa yang pernah mengajaknya bicara.
"Risih gak?" kembali Leya bertanya pada Suhaa setelah memberikan minuman soda dingin yang ia beli di depan sekolah mereka kepada Suhaa.
Dengan gelengan pelan serta wajah datar, Suha menjawab singkat pertanyaan yang di lontarkan oleh Leya, "Gak risih. Ngapain di sini? Bukannya ada kerjaan di ruang OSIS?"
Kaleng soda yang telah dibuka oleh Leya langsung di teguk ke arah mulut untuk segera menyegarkan tenggorokannya yang kering di tengah-tengah jam istirahat. Setelah selesai membasahi tenggorokannya, Leya melirik ke arah Suhaa sambil tersenyum.
"Urusan yang itu udah kelar, lagi pengen ketemu Suhaa aja sekarang, sibuk gak?" kembali Leya bertanya dengan nada yang menyenangkan bagi telinga yang mendengarnya.
"Ke kantin yuk, Suhaa. Bu Marni bikin menu baru," ucapnya dengan manja berniat ingin mencari perhatian Suhaa. Leya juga menarik-narik ujung seragam Suhaa dengan pelan.
Merasakan seragamnya di tarik-tarik oleh Leya membuat Suhaa kembali berekspresi sama seperti Leya memergoki nya saat bersama anak-anak Panti Asuhan. Wajahnya memerah dan terus berusaha menjauh sedikit demi sedikit.
Merasakan tubuh Suhaa tegang dan menjauh membuat Leya tertawa lepas. Ia lalu tersenyum lembut sambil menatap mata Suhaa, "Yok ke kantin!"
***
***
Selepasnya Suhaa selesai dengan semua kelas serta pelajarannya hari ini, ia siap untuk berangkat ke Panti Asuhan untuk menemui anak-anak dan bermain bersama mereka.Sebelum ke Panti, Suhaa ingin menyempatkan waktu ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa persediaan dan memberikannya pada ibu Panti, juga dengan hadiah makanan ringan untuk anak-anak.
Sayangnya, rencana Suhaa kacau karena Leya yang tak mau lepas dari sisinya. Bahkan setelah bel pulang pun Leya masih setia mengikuti hingga Suhaa selesai membeli barang di supermarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Suhaa (END)
RomanceWARNING! (Peringatan!) Please everyone who sees this, please stop and never plagiarize/copy other people's work!!! I beg you so much! whoever it is! (Siapapun yang melihat ini, tolong berhenti dan jangan pernah menjiplak/menyalin karya orang lain...