Pagi itu di hari Rabu yang cerah, Leya bersiap untuk berangkat sekolah. Ia juga telah memberitahu kepada Suhaa untuk menjemputnya, dan tentu saja Suhaa tidak menolak.
Sebelum pergi, Leya menyiapkan sarapan seorang diri karena anggota keluarga lain belum ada yang bangun. Kondisi tubuhnya juga lumayan membaik daripada semalam.
Meski Leya tak menjamin jika efek lain setelah memasuki ruangan itu tidak akan terlihat saat di sekolah. Leya hanya bisa berharap efek sampingnya tidak sampai terlihat oleh teman-teman Leya.
Biasanya efek setelah memasuki ruangan itu terjadi secara tiba-tiba atau tidak di ketahui kapan itu terjadi. Leya sendiri merasakan sesak yang amat sangat jika tak sengaja melihat sesuatu yang berwarna putih dan langsung mengingat ruangan itu.
Tetapi trauma Leya tidak akan kambuh jika ia tak mengingat ruangan itu saat melihat benda berwarna putih, ia akan bertingkah biasa saja.
Efeknya bisa saja sesak yang parah dalam beberapa menit, ia juga pernah merasakan mual yang tidak mengenakkan. Leya juga pernah bergumam sendiri seperti orang yang tidak waras di sudut ruangan.
Tetapi tahun ini Leya belum merasakan efek itu lagi setelah dua tahun terakhir Leya masuk ke dalam ruangan. Semoga saja Leya tidak mengalami trauma kambuh ketika di sekolah.
Pas sekali setelah Leya selesai menghidangkan beberapa sarapan pagi untuk keluarganya, suara motor Suhaa telah terdengar dari luar.
Ia segera menutup sarapan itu dengan tudung saji dan melangkah keluar pintu untuk menemui Suhaa sebelum sang ayah tahu keberadaan Suhaa pagi-pagi begini.
Baru saja keluar dari pintu rumah, ia langsung berhadapan dengan Suhaa yang berdiri tepat di hadapannya. Hampir saja ia terjatuh karena terkejut, untung saja Suhaa menahannya dengan cepat.
"Hari ini lu juga pucet.. lu sakit apa sih sebenarnya?" Suhaa menyentuh kedua tangan Leya dan menyatukannya dalam tangan besarnya.
Menanggapi kecemasan Suhaa, Leya malah tersenyum senang. Baru sehari ia tak melihat Suhaa, ia sudah sangat rindu melihat wajah datar itu seharian.
Hari ini, lelaki itu tepat berada di depannya, tengah mengusap-usap tangannya agar suhu tubuh Leya menghangat.
"Cengar-cengir aja lu.. nggak apa-apa 'kan lu? Udah boleh ke sekolah, kan?" kembali Suhaa melanjutkan kalimat tanpa melepaskan tangan Leya.
"Suhaa ganteng banget ish, sumpah!" ujarnya tiba-tiba. Tetapi Suhaa tidak terkejut dengan kalimat itu, sudah lama ia tak mendengar suara riang Leya, ia lebih memilih menikmatinya daripada harus merasa malu sekarang.
Suhaa tidak menjawab, ia masih diam sambil menatap Leya. Setelah itu, ia melangkah di depan Leya sambil menyeret Leya ke arah motor miliknya.
"Naik!.." perintahnya kepada Leya.
Leya hanya menurut, matahari juga sudah mulai terlihat menampakkan dirinya. Mereka bisa terlambat jika mereka menunda-nunda waktu lebih lama lagi.
Setelah Leya naik ke atas motor lebih dahulu dan tentu saja di bantu oleh Suhaa, Suhaa menyusul naik ke atas motor lalu segera memakai helm-nya.
"Pegangan, gue mau ngebut," ucapnya sambil menyalakan mesin motornya.
"Siap, gass.. nguengg!" balas Leya dengan kesenangan yang memuncak.
***
***
"Bobo aja dulu Ya.. lu keliatan capek banget," ucap Dela sambil terus menyedot minuman kemasan kotak di tangan kanannya."Sini, nyandar di sini.." Dela menepuk bahunya untuk memberitahu Leya di mana tempat yang bagus untuk tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.
Leya tersenyum menanggapi niat baik Dela, Leya menolak dengan gelengan pelan, ia juga tidak mengantuk atau lelah. Mungkin tubuh Leya sudah mulai bugar kembali.
"Suhaa kemana? Kenapa nggak keliatan dari tadi ya?" Dela bertanya sambil melempar kotak minuman kosong yang baru saja selesai ia habiskan ke dalam tong sampah di samping kirinya.
"Katanya ke kanti, tadi maksa buat beliin Leya makanan.. mungkin bentar lagi dia Dateng," balas Leya tepat setelah Dela selesai bertanya.
Baru saja mereka membicarakan Suhaa, sekarang lelaki tinggi itu telah terlihat dari samping kiri tengah berjalan menuju mereka berdua.
Setelahnya Suhaa sampai di depan mereka berdua, Suhaa ikut duduk di samping Zaki yang hanya diam mendengarkan sambil memainkan ponselnya.
"Kenapa nunggu di sini? Malah keluar kelas..," ujar Suhaa kepada Dela sambil mengeluarkan beberapa snack ringan dari dalam kantong plastik.
"Leya yang minta, Leya pengap kalau di kelas.." pertanyaan yang di berikan oleh Suhaa kepada Dela di balas oleh Leya agar Suhaa tidak marah kepada Dela.
Suhaa berdecak kesal. Sebelum ke kantin tadi, Suhaa sudah berpesan agar tidak keluar kelas karena hari ini cukup panas, juga sangat berisik.
Leya malah memaksa ingin keluar ke pekarangan sekolah karena merasa pengap. Tentu saja Suhaa marah, kekhawatiran nya seakan-akan tidak ada gunanya.
"Nih.." Suhaa memberikan Leya satu kotak susu full krim berukuran kecil mengingat jika Leya sangat menyukai susu yang bahkan tak memiliki rasa itu.
Leya yang baru saja ingin menerima susu pemberian Suhaa langsung terhenti ketika melihat kotak susu itu berwarna putih di padukan dengan warna biru muda membuat Leya kurang suka.
Lantas ia segera memalingkan pandangan karena merasa mual saat melihat kotak susu itu. Hampir saja ia mengeluarkan semua sarapannya pagi tadi di depan teman-temannya karena melihat susu itu.
"A-ada minuman lain nggak?.. air mineral juga nggak apa-apa," tanya Leya tanpa menatap Suhaa.
Melihat hal itu membuat Suhaa merasa khawatir dan bingung? Apakah ia membeli merk yang salah? Biasanya Suhaa melihat Leya meminum susu seperti ini, kenapa sekarang Leya menolaknya?
"A-ada, tapi kenapa? Lu nggak suka karena gue yang beliin?.." tanya Suhaa sebelum memberikan air mineral kepada Leya.
"Nggak, bukan itu.. Leya cuma pengen minum air mineral aja, kalau bisa susunya di simpan ke dalam kantong plastik lagi.." balas Leya dengan cepat.
"Oh, y-ya udah.. nih!" Suhaa memberikan air mineral kepada Leya dan memasukkan susu kotak itu kembali ke dalam kantong plastik.
Untung saja kantong plastik itu berwarna hitam sehingga Leya bisa kembali berpaling ke arah Suhaa agar tak menimbulkan kecurigaan.
Leya kembali bersikap seperti biasa sambil meminum air mineral itu dengan senyuman tulus terukir di wajahnya hingga membuat temannya merasa aneh.
Entah apa yang terjadi kepada Leya hingga gadis manis itu terlihat aneh di mata mereka. Tapi mereka berusaha keras untuk tidak bertanya mengenai masalah pribadi yang mungkin saja tidak ingin dibicarakan oleh Leya.
Sebagai teman, mereka hanya bisa mendengarkan keluh kesah Leya jika Leya sudah mau membuka hati dan menceritakannya kepada mereka.
Jika mereka harus menunggu, maka mereka akan melakukannya. Mereka sama sekali tidak keberatan, yang terpenting sekarang adalah, Leya merasa nyaman dan terus tersenyum.
***
***
"Makasih ya udah nganterin Leya." Leya menatap Suhaa dengan mata berbinar seperti biasanya. Juga dengan senyuman yang sama.Hanya saja Suhaa merasa janggal dengan sikap Leya hari ini, sepertinya penyebab absen-nya Leya kemarin sangat bersifat menyakitkan hingga membuat Leya yang ceria terlihat murung secara tiba-tiba.
"Suhaa kenapa? Mau mampir?" Leya bertanya karena Suhaa yang tak kunjung pergi meninggalkan pekarangan rumah milik Leya.
Suhaa membuyarkan lamunannya sambil mengedipkan mata beberapa kali. Ia lalu menatap Leya dengan tatapan cemas sehingga memancing Leya kembali tersenyum lebar.
"Nggak dulu, masuk gih." Suhaa berkalimat sambil menyentuh kepala Leya dan berakhir di pipi bulat milik gadis manis di depannya.
"Dah Suhaa.." Leya berjalan mundur ke arah pintu sambil tersenyum hingga ia menghilang dari balik pintu yang telah tertutup.
Setelah pintu rumah Leya tertutup, Suhaa lekas naik ke atas motor dan memakai helm-nya. Ia menyalakan mesin motor dan sempat menatap ke arah rumah Leya sebelum pergi meninggalkan pekarangan rumah Leya.
***
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Suhaa (END)
RomanceWARNING! (Peringatan!) Please everyone who sees this, please stop and never plagiarize/copy other people's work!!! I beg you so much! whoever it is! (Siapapun yang melihat ini, tolong berhenti dan jangan pernah menjiplak/menyalin karya orang lain...