~2. Supermarket

490 85 37
                                    

Assalamu'alaikum para pembaca setia cerita ini. Aku ingatkan, jangan lupa untuk vote+komennya yaaaaa<3

Semoga suka sama bab ini ya.

Selamat membaca^^

***

Arrayan pulang ke rumah dengan tas yang di jinjing serta baju seragam yang sudah keluar tak karuan. Ia mendudukan dirinya di sofa sambil melepaskan sepatunya. Kemudian menaruhnya disembarang tempat. Cuaca di luar begitu panas, ia pun melepaskan dasi serta kancing baju bagian atasnya.

Tsania, sang mamah yang melihat putranya sudah pulang pun menghampiri putra bungsunya dengan segelas jus ditangannya.

Tsania memberikan senyuman manis pada putranya."Capek Ar?" tanya Tsania kemudian Arrayan menjawabnya dengan dehaman.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Tsania lagi sembari memberikan segelas jus yang baru dibuatnya pada Arrayan.

Sebelum menjawab Arrayan menerima segelas jus buatan Tsania.

"Baik," jawab Arrayan seadanya, lalu meneguk jus buatan mamahnya hingga tandas. Setelah itu hening, tidak ada pembicaraan, hingga suara derap langkah kaki seseorang dari tangga atas mengalihkan perhatian Arrayan. Ia mendengus saat melihat siapa yang sedang berjalan menghampirinya.

"Udah pulang lo?" tanya Delvan, sang Abang sambil menggaruk bokongnya dari balik celana.

"Kelihatannya ?" jawab Arrayan malas.

Delvan pergi menuju meja makan untuk mengambil buah apel. Kemudian, ia berjalan kembali menuju sofa dimana adiknya berada.

"Lo masih mau ngejomblo aja Ar?" tanya Delvan berniat bercanda setelah memakan buah apel yang baru saja diambilnya.

Arrayan menoleh untuk menatap sang Abang dengan alis yang mengangkat satu.

"Gak bosen gitu hidup lo ngejomblo mulu. Jadi jomblo buluk baru tau rasa lo," lanjut Delvan, sedangkan Arrayan hanya mendengar sepintas saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Hidup-hidup gue kenapa lo yang ribet?" sinis Arrayan.

"Gue heran aja emang enggak ada gitu cewek yang suka sama lo sampai sekarang masih ngejomblo?" tanya Delvan penasaran, setelah itu Delvan menggelengkan kepalanya merasa miris dengan nasib adiknya.

"Banyak," jawab Arrayan ketus.

Delvan tertawa mengejek."Kampret lo banyak." Delvan menghapus cairan bening yang keluar dari ujung matanya karena lelah menertawakan adiknya.

"Kalau banyak, pasti sekarang lo udah punya cewek," ledek Delvan kemudian ia kembali menertawakan adiknya yang sudah mendengus malas.

"Bilang aja lo takut sama cewek jadi sampai sekarang enggak punya cewek," lanjut Delvan lagi diiringi tawanya. Namun, tawanya terhenti saat Arrayan melempar bantal tepat mengenai wajahnya

Bugh!

"Sialan!"

"Muncrat bang, lo jorok banget sih. Kalau ngomong apelnya di makan dulu," kesal Arrayan sambil mengelap wajahnya yang terkena air liur Delvan.

Arrayan bangkit dari duduknya memilih meninggalkan Delvan. Jika, ia terus meladeni otak gila Delvan akan panjang urusannya. Tapi, saat akan melangkahkan kaki menaiki tangga, suara Delvan membuatnya menghentikan langkah dan kembali berbalik arah.

"Ar, mau gue cariin cewek?" tawar Delvan dengan senyum jahilnya sembari menaik turunkan alisnya.

"Gak perlu, lo urusin aja kuliah, jangan cewek terus yang ada di pikiran lo," jawab Arrayan santai membuat Delvan mendengus malas.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang