~48. Kepergian

177 14 0
                                    

Sebelum membaca divote dulu yaaaaa^^

Semoga suka babnya dan ....

Selamat membaca^^

***

Bandara Soekarno-Hatta.

Sejak pagi, Arrayan sudah berada di bandara. Ia diantar oleh kedua orang tua serta kedua temannya, Arvin dan Aksa. Arvin dan Aksa tidak ingin melewatkan kesempatan ini, karena ini adalah hari terakhir mereka bertemu dengan sahabatnya di Indonesia.

Setelah hari ini, mereka harus menunggu bertahun-tahun hanya untuk bertemu dengan sang sahabat yang menempuh pendidikan di negeri orang. Namun, sejak tadi pun Arrayan hanya menampik raut wajah murung dan tak bersemangat.

Entah sudah berapa kali pula lelaki itu menatap layar ponselnya. Selain itu, Arrayan pun selalu membuka aplikasi room chatnya, berharap Aqila membaca pesannya. Namun, harapannya pupus kala Aqila sama sekali belum membaca pesannya. Jangankan membaca bahkan sejak semalam Aqila tak mengaktifkan ponselnya.

Tentunya aktivitas Arrayan untuk diperhatikan oleh Aksa. Aksa tahu ini berhubungan dengan Aqila. Semalam juga, entah angin dari mana Arrayan mencurahkan isi hatinya pada Aksa. Temannya itu mengatakan bahwa hanya ia satu temannya yang masih waras dan Arrayan yakin Aksa akan memberinya jalan keluar atas permasalahannya dengan Aqila.

Aksa menepuk pundak sahabatnya membuat Arrayan terkejut. Bersamaan dengan itu Arrayan menoleh padanya.

"Qila tau kalau hari ini lo berangkat?" tanya Aksa yang mendapatkan gelengan kepala dari Arrayan.

Aksa menghela nafas panjang.

"Sudah chat dia?"

Arrayan kali ini mengangguk.

"Mau gue bantu hubungi dia?" Aksa menawarkan diri.

"Percuma, ponsel dia nggak aktif," jawab Arrayan dengan lesuh membuat Aksa mengulum senyumnya melihat sahabatnya. Aksa yakin kalau Arrayan benar-benar mencintai Aqila.

Ketika Arrayan hendak bersuara lagi. Tiba-tiba suara airport announcement terdengar.

"Hello passengers on flight number 56 to New York with stops in Amsterdam and Dubai, please do your boarding from gate C2, and get ready and make sure you bring all your luggage. Thank you."

Arrayan pun segera bangkit dari duduknya untuk bersiap-siap karena sebentar lagi pesawatnya akan take off. Arrayan menghampiri orang tuanya sebelum benar-benar pergi.

Tsania meneteskan air matanya, melihat putra bungsunya juga harus pergi keluar negeri menyusul putra pertamanya untuk kuliah. Ia memeluk erat tubuh kekar putranya, entah mengapa tiba-tiba hatinya terasa sangat gelisah. Tsania tidak tahu kenapa dirinya sangat takut, jika Arrayan harus pergi jauh darinya.

"Ar, jangan bertengkar terus ya disana sama Abang kamu," nasihat Tsania membuat Arrayan tersenyum tipis namun tak lama lelaki itu menganggukkan kepalanya. Lantas menghapus air mata Tsania.

"Gue titip mamah dan papah gue ke lo berdua," pesan Arrayan kepada kedua sahabatnya.

Arvin dan Aksa pun mengangguk.

Arrayan mulai menjauh dari mereka. Namun, baru saja beberapa langkah. Ia sudah berbalik kembali. Dalam hatinya ia berharap Aqila akan datang, lalu memeluknya untuk mengucapkan selamat tinggal padanya. Akan tetapi, lagi-lagi harapannya hancur saat ia tak kunjung melihat tanda-tanda gadis itu datang.

"Arrayan!"

Sontak Arrayan langsung membalikkan tubuhnya saat mendengar suara teriakan seorang perempuan. Senyumnya pun mengembang karena mengira itu adalah Aqila. Namun, ternyata ia salah. Suara itu adalah milik Thania. Senyum yang beberapa saat menghiasi wajah tampannya luntur seketika. Bahkan saat Thania memeluknya pun Arrayan sama sekali tak bereaksi apapun.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang