~4. Resleting rok

367 74 29
                                    

Budayakan untuk vote dan komen ya teman-teman:)

Selamat membaca^^

***

Aqila duduk di sofa sambil melepas sepatu dan dasinya. Ia menyandarkan kepalanya, memejamkan mata untuk melepas penat sebentar. Tak lama gadis itu kembali membuka matanya saat tersadar jika rumahnya terlihat begitu sepi.

Ia mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru rumahnya yang seperti tidak ada orang. Ia memilih bangun dari duduknya kemudian menaiki anak tangga berniat ke kamarnya untuk melanjutkan istirahat. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat kamar bekas almarhumah mamahnya terbuka.

Dengan rasa penasaran, ia pun menghampiri kamar itu. Kedua tangannya mengepal saat melihat ada seseorang di dalam kamar bekas Disty, mamahnya. Apalagi saat melihat orang itu menyentuh barang-barang milik sang mamah.

"Jangan pernah sentuh barang-barang milik mamah saya!" sentak Aqila dengan wajah yang sudah merah padam.

Santi yang terkejut pun langsung membalikkan badannya.

"Aqila-" belum sempat Santi melanjutkan, Aqila langsung memotongnya.

"Sudah qila bilang berapa kali, jangan pernah sentuh semua barang-barang ini!" bentak Aqila lagi tanpa sadar meninggikan nada bicaranya pada Santi.

"M ... maaf qila, ta ... tadi mamah cuma merapihkan kamar ini," jawab Santi terbata. Namun, dengan cepat Aqila merebut kasar barang-barang milik mamahnya dari tangan Santi.

"Pergi!" usir Aqila dingin.

"Qila?" panggil Santi dengan rasa bersalahnya sembari menatap putrinya yang terlihat sangat marah.

Ini memang salahnya. Ia sudah lancang memasuki kamar Disty. Bahkan menyentuh barang-barang milik Disty yang tak lain adalah ibu kandung Aqila yang sudah lama meninggal dunia.

Sejak awal kedatangannya, Aqila sudah memperingatinya untuk tidak menginjakkan kaki di kamar mendiang Disty. Aqila pun tidak mengizinkan Santi untuk menyentuh sedikit pun barang-barang milik wanita itu.

"Pergi!" usir Aqila lagi dengan tatapan menajam dan penuh kemarahan membuat Santi mengalah, lalu keluar dari kamar putrinya dengan rasa penyesalan.

Santi memperhatikan Aqila yang tengah menatap foto Disty sebelum benar-benar keluar dari kamar itu. Ia bisa merasakan bagaimana kehilangan sosok ibu. Sejak kecil Santi pun tidak pernah melihat langsung wajah sang ibu. Terkecuali lewat sebuah foto yang diberikan oleh ayahnya. Bahkan ia tidak pernah merasakan kasih sayang dan peluk hangat yang diberikan seorang ibu untuk anaknya. Sang ayah mengatakan, jika ibunya meninggal dunia saat Santi dilahirkan. Ia sedikit merasa iri ketika melihat teman-temannya yang mendapat kasih sayang dari seorang ibu.

****

"Qila, ini papah!"

"Boleh papah masuk?" izin Andres dari luar kamar.

Aqila mengalihkan perhatiannya ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Gadis itu menaruh semua barang-barang milik mamahnya diatas kasur kemudian dirinya beranjak dari kasur membuka pintu untuk papahnya.

Saat pintu terbuka, Andres menatapnya cukup lama. Namun, putrinya itu tak berdiri lama karena gadis itu segera kembali ke ranjangnya. Di wajahnya masih terlihat aura kemarahan, Andres bisa melihatnya. Andres mengikuti putrinya dari belakang.

Lalu, pria itu ikut duduk ditepi ranjang putrinya sembari menatap wajah cantik putrinya yang terlihat begitu dingin.

"Qila?" panggil Andres dengan tatapan lembutnya yang tertuju pada Aqila.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang