~60. Aksa menyukai Aqila?

63 10 0
                                    

Assalamu'alaikum para pasukan pembaca TYTB cerita ini kembali update.

Yuk, mari baca bab ini, tapi jangan lupa untuk vote komennya yaaaaa <3

________________________________________________________________

"Seharusnya hatiku sebesar dirimu, bisa merelakan seseorang yang dicintai bahagia dengan pilihannya." 

_Nathania_



Selamat membaca^^

***

"Apa kamu akan selalu bersama Arrayan?"

Aqila terdiam sebentar ketika pertanyaan itu terlontar dari bibir orang tua Arrayan.

Tak lama Aqila tersenyum.

"Aqila akan selalu bersama dengan Arrayan, menemani dan mendukungnya untuk bangkit. Aqila juga akan memberinya semangat agar Arrayan bisa melawan penyakitnya," jawab Aqila begitu tulus membuat Toni merasa lega.

Ternyata Arrayan tidak salah dalam memilih perempuan. Aqila gadis yang baik dan sangat pengertian. Jujur saja, Toni merasa khawatir saat Aqila tahu tentang penyakit putranya, gadis itu akan meninggalkan putranya. Namun, semua pemikiran itu lenyap setelah dengan tulusnya gadis itu mengatakan bahwa akan selalu bersama dengan putranya.

"Terimakasih," tutur Toni disertai senyuman tulus. 

***

Selesai berbincang dengan orang tua Arrayan, mereka kembali ke dalam. Bertepatan dengan kedatangan mereka, Tsania baru saja keluar dari ruangan Arrayan.

"Mau masuk?" tanya Tsania dengan mata yang sedikit bengkak. Sudah dipastikan kalau ibu dari Arrayan itu terus menerus menangis, karena mengkhawatirkan putranya.

"Masuklah. Arrayan juga sudah sadar."

Aqila pun menganggukkan kepalanya. Lalu, dia perlahan melangkah ke arah ruangan Arrayan. Namun, sebelum masuk, Aqila menguatkan hatinya untuk melihat kondisi Arrayan. Terlebih ia tidak boleh terlihat sedih, apalagi menangis di hadapan lelaki itu. Aqila menengadahkan kepalanya menghalau air matanya agar tidak keluar. Lantas dia menarik sudut bibirnya agar membentuk sebuah senyuman. Aqila membuka pintu ruangan tersebut. 

Sesampainya di ruangan Arrayan, dia terdiam sejenak. Dia memperhatikan Arrayan yang tengah terbaring lemas di ranjang rumah sakit sembari menatap langit-langit rumah sakit. Air mata Aqila sudah tak tahan ingin keluar, namun dengan cepat ia mengalihkan pandangannya untuk menghapus air mata yang baru saja jatuh. Ia pun menghampiri Arrayan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Aqila?" Arrayan mengangkat tangannya hendak menjangkau Aqila membuat gadis itu cepat-cepat menghampirinya. 

"Gue di sini," ucap Aqila sambil mengusap-usap lengan Arrayan begitu lembut. Tak lupa, Aqila pun memperhatikan wajah tampan Arrayan yang sudah berubah menjadi tirus dan nampak pucat. 

Arrayan tersenyum tipis, lalu menganggukkan kepalanya. Tak lama ia menarik tangan Aqila dan mengecup punggung tangan Aqila begitu lama sembari memejamkan kedua matanya seolah-olah menikmati harum gadis itu melalui kecupan tersebut. 

Dengan gemetar, tangan Aqila terulur untuk mengusap pelan pipi Arrayan yang terlihat tirus hingga Arrayan semakin enggan membuka matanya. Lelaki itu terlalu menikmati sentuhan lembut Aqila. Namun, tanpa Arrayan duga, ternyata Aqila langsung memeluknya. 

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang