~62. Sepucuk surat

82 14 13
                                    


Jangan lupa untuk di vote dan komen yaaa sebelum membaca<3

Selamat membaca ^^

****

Hari ini Delvan dengan semangatnya mengajak teman-teman Arrayan untuk berkemah di rumahnya sampai petang. Tujuannya hanya untuk membuat Arrayan tidak merasa bosan berdiam di rumah. Sejak tadi Delvan sudah sibuk menyiapkan alat panggangan, beberapa potong daging dan beberapa camilan serta minuman yang akan menemani kemah mereka.

Jika masalah seperti ini Delvan-lah yang paling semangat empat lima, karena lelaki itu memang sangat senang berkumpul-kumpul. Ya, walaupun anak-anak yang dia ajak kumpul tidak seumuran dengannya. Namun, bagi Delvan tidak masalah. Intinya bisa berkumpul dan berbincang-bincang untuk menghabiskan waktu bersama.

Delvan menurunkan Arrayan lalu membantu adiknya untuk duduk di kursi roda. Dari ruang tamu Arrayan bisa melihat teman-temannya yang sibuk dengan aktivitas mereka. Ada yang memanggang daging, memotong buah, dan yang lainnya.

Delvan pun mendorong kursi roda Arrayan mendekati mereka. Tatapan matanya tertuju pada Aqila yang sedang memanggang daging bersama dengan Natusha. Sesekali keduanya tertawa dan bercanda di sela-sela memanggangnya hingga membuatnya ikut tersenyum.

"Aksa! Lo campurin apa ke minuman gue. Kok asem banget?" tanya Arvin.

Aksa yang ditanya hanya diam saja. Dia sibuk memanggang daging dengan Thania. Tak ada sedikit pun bersalah sedikit, karena telah menambahkan asem Jawa ke dalam minuman Arvin.

"Woy Aksa budek!" teriak Arvin yang dapat didengar oleh Natusha.

Gadis kecil itu langsung bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Arvin. Natusha berdiri samping lelaki itu sembari berkacak pinggang. Jangan lupakan kedua matanya yang melotot.

"Awsssssh," ringis Arvin sambil mengusap-usap lengannya saat merasakan cubitan kecil dari Nautusha.

Natusha menatap tajam Arvin. Dia masih berkacak pinggang.

"Kenapa di cubit cil?" heran Arvin.

"Om Arvin nggak boleh bicara kasar, nanti mulutnya tusha jahit!"

Sontak semua orang yang ada di tempat itu tertawa melihat Natusha yang menceramahi Arvin. Sangat lucu. Gadis itu masih kecil, namun cara bicaranya sudah seperti orang dewasa.

"Sukurin lo!" Delvan tertawa terbahak-bahak melihat mulut Arvin yang komat-kamit menggerutu tidak jelas, mendapat ceramah dari Natusha.

"Badan kecil jiwa emak-emak," gerutu Arvin yang untungnya tidak didengar oleh Natusha.

Ketika semua orang sudah kembali sibuk dengan aktivitas mereka. Tiba-tiba saja, Arrayan menghampiri Aksa tengah sibuk memanggang daging bersama Thania. Sontak keduanya menoleh.

"Butuh sesuatu?" Aksa bangkit dari posisinya ketika Arrayan datang.

Arrayan menggelengkan kepalanya.

"Bisa bicara sebentar?" Arrayan balik bertanya membuat Aksa terdiam sejenak, namun tak urung mengangguk. Lantas, Aksa pun membantu mendorong kursi roda Arrayan untuk meninggalkan taman tempat mereka kemah.

****

Fokus Aqila teralihkan ketika dia tidak mendapati sosok Arrayan di sini. Bukankah tadi lelaki itu ada disini? Lantas kemana dia sekarang?

"Tusha, kakak akan kembali nanti ya."

Natusha menganggukkan kepalanya.

Sebelum Aqila pergi, dia meminta bantuan Arvin untuk menemani Natusha membakar daging. Terlalu berbahaya, jika Natusha dibiarkan sendirian membakar daging. Setelah itu, Aqila mulai mencari-cari keberadaan Arrayan, ia sudah mencari lelaki itu ke dalam rumah tapi tidak ada.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang