~50. Hampa

139 14 0
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang sebelum membaca.

"Hatiku berbicara pada langit untuk menyampaikan sebuah pesan."

~Aqila Citrani~

Selamat membaca^^

==✨==

1 bulan kemudian

Sudah satu bulan setelah tragedi jatuhnya pesawat dan Arrayan belum juga ditemukan. Dalam satu bulan itu Aqila selalu murung. Aqila yang ceria dan banyak tersenyum itu, kini kembali menjadi gadis dingin seperti dulu lagi. 

Selama itu pula Santi dan Aileen berusaha membuat Aqila kembali ceria. Namun, itu semua hanyalah sia-sia, karena Aqila seperti hidup tetapi raganya tak ada. Seperti sebelum-sebelumnya, Aileen mendatangi rumah Aqila untuk kembali mengajak Aqila mengobrol. Akan tetapi, usahanya lagi-lagi gagal. Aileen menghela napas pasrah. Dia menyerah. 

"Aqila sampai kapan lo akan seperti ini?" Aileen bertanya pada Aqila yang hanya duduk termenung di ranjangnya. Tatapannya begitu kosong dan wajahnya pucat. 

"Qil, apa dengan lo yang seperti ini Arrayan akan suka?" 

Aqila tak menghiraukan pertanyaan dari Aileen. Gadis itu perlahan menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Lantas dia beranjak dari kasur untuk menghampiri meja belajarnya. Di tatapnya buket bunga pemberian Arrayan dengan sendu. Tanpa diminta air matanya kembali menetes. Apakah Arrayan sungguh meninggalkannya? Dan apakah lelaki itu marah padanya setelah dia memutuskan hubungan mereka? 

"Gue rindu lo."

"Lo dimana, Arrayan?" 

"Tolong jangan tinggalkan gue seperti papah, mamah dan Adena." 

Aqila tidak ingin kehilangan lagi. Sudah cukup dengan kepergian orang tuanya dan Adena saja. Aqila berharap itu adalah yang terkakhir. Dia tidak akan sanggup lagi jika kembali merasakan kehilangan. 

****

Hari-hari Aqila begitu kosong dan hampa tanpa hadirnya Arrayan. Bahkan kesehatan Aqila pun mulai memburuk karena tidak makan dengan benar. Kesehariannya pun hanya berdiam diri di kamar sambil merenung. Kadang kala gadis menangis seharian dan menolak bertemu dengan siapapun. 

Tentunya hal itu membuat Santi khawatir. Santi paham bagaimana pengaruh Arrayan pada putrinya selama ini dan setelah kecelakaan itu, Santi seperti telah kehilangan sosok putrinya yang dulu. Apalagi sampai saat ini belum ada kabar baik tentang Arrayan semakin membuat Santi cemas kalau Aqila akan lebih terpuruk. 

Rencana Aqila yang akan berkuliah di luar kota pun tidak terlaksana karena kondisinya yang seperti ini. Santi pun memutuskan untuk membiarkan Aqila masuk di tahun selanjutnya saja. Tentunya tidak diluar kota. Santi akan mencarikan universitas di dekat sini saja. 

Kembali pada Aqila. Kini gadis itu tengah menatap langit pagi yang begitu cerah. Tak ada wajah berseri-seri atau pun menikmati sejuknya angin pagi. Hanya ada ekspresi dingin. Namun, kepalanya mendongak menatap langit dan perlahan sorot matanya berubah menjadi sayu. Setiap hari Aqila meminta kepada Tuhan agar menemukan lelaki yang dicintainya untuk kembali ke dalam pelukannya lagi. Namun, sudah banyak ia meminta dan memohon kepada Tuhan, Arrayan masih belum juga bisa ditemukan. Bahkan Aqila sudah lelah hanya untuk mengadu pada Tuhan.

DI sela-sela melamunnya, Aqila tersentak saat merasakan usapan lembut di punggungnya dari Santi. Wanita itu tersenyum pada Aqila. 

"Di bawah ada Aksa," ucapnya tetapi Aqila masih diam tak bergeming.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang