~54. Keputusan akhir

118 10 1
                                    

Assalamu'alaikum selamat siang para pembaca TYTB^^

Kalian sudah siap untuk membaca part 54 ini? 

Tapi jangan lupa vote dulu yaaaaa <3

Selamat membaca^^

***

"Bolehkah gue meminta kesempatan ketiga?" 

Hening. 

Dalam beberapa menit mereka hanya diam sembari saling menatap satu sama lain. Berbeda dengan sorot mata Arrayan yang menunjukkan keputusaan dan penyesalan, Aqila justru hanya menatap datar lelaki itu. 

Aqila tidak berbohong kalau hatinya masih mencintai Arrayan, namun Aqila tidak akan memberikan kesempatan ketiga bagi lelaki yang berkali-kali menyakiti hatinya. 

"Bukankah malam itu lo yang memutuskan kalau hubungan kita sudah berakhir? Lantas sekarang kenapa lo meminta kesempatan?" Aqila tidak memberikan Arrayan jawaban melainkan pertanyaan. 

Arrayan terdiam karena tidak bisa menjawab pertanyaan Aqila, karena itu memang benar adanya. Dia hanya mampu menunduk. 

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa terucap dari mulut Arrayan. 

"Terima kasih untuk semuanya Arrayan. Tapi untuk kembali seperti dulu lagi, gue rasa nggak bisa." 

Arrayan tersenyum pedih. Kalimat Aqila begitu membuat hatinya terasa sesak sekaligus menyakitkan. Namun, Arrayan tidak marah pada gadis itu, karena posisinya dirinyalah yang terlalu banyak membuat Aqila terluka. Arrayan mengangkat kepalanya untuk menatap Aqila, lalu ia memberikan senyum tipisnya pada Aqila. 

"Baiklah kalau itu yang lo mau." Arrayan berusaha untuk menghargai keputusan Aqila yang tentunya menyakiti hatinya. 

"Boleh gue peluk lo?" 

Aqila tertegun mendengar permintaan dari Arrayan. 

"Hanya sebentar saja." 

Akhirnya Aqila pun mengangguk. Tak lama setelahnya ia merasakan Arrayan memeluknya begitu erat. Mati-matian Aqila menahan air matanya. Bukan hanya Arrayan saja yang merasakan sakitnya akan keputusan Aqila, tetapi Aqila pun sama. 

Sebenarnya bukan ini yang Aqila inginkan, namun setelah Aqila berpikir sematang-matangnya memang sepertinya mengakhiri adalah hal yang lebih baik bagi dirinya dan Arrayan. Meskipun keputusan itu akan menyakiti keduanya. 

Setelah puas memeluk Aqila, Arrayan pun perlahan melepaskan pelukannya. Kemudian ia meraih tangan Aqila untuk menyerahkan sepasang jepit rambut yang pernah ia beli beberapa bulan lalu saat mereka berlibur di pantai. 

"Untuk lo dari mantan," ucap Arrayan yang diakhiri kekehan kecil. 

Aqila pun tersenyum tipis, "Terima kasih." 

****

"Wah ada angin apa lo ngajak gue sama Aksa tanding basket?" tanya Arvin sembari mengikat tali sepatunya. Sementara Arrayan yang ditanya pun hanya diam saja. Tak lama lelaki itu mulai memasuki lapangan lebih dulu dan mulai mendribble bola dengan ritme yang cukup cepat. 

Aksa dan Arvin yang melihat cara mendribble Arrayan saling menatap. 

"Mungkinkah dia lagi kesal?" tanya Arvin tanpa melepaskan pandangannya dari Arrayan di lapangan. 

Aksa hanya mengedikkan bahunya. Tak lama ia menyusul Arrayan dan mulai bermain basket diikuti Arvin setelahnya. Ketiganya pun mulai bermain. Namun, di jam pertama Arvin sudah menyerah dari Aksa dan Arrayan yang menurutnya sangat hebat. Kedua lelaki itu patut ia akui kehebatannya jika berhubungan dengan basket. Berbeda dengannya yang masih perlu diasah lagi keterampilannya. 

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang