~59. Diagnosa

83 13 0
                                    

Assalamu'alaikum dan selamat sore para pembaca TYTB 

Kalau kalian rindu sama kelanjutan kisah Aqila & Arrayan mari baca bab ini^^

Tapi jangan lupa vote dan komennya yaaaaa<3

***

"Apa lo akan bahagia meskipun tanpa gue qil?" 

Sontak pertanyaan dari Arrayan membuat Aqila menatap lelaki itu dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Entah mengapa perkataan Arrayan membuatnya hatinya begitu sakit.

"Ke ... kenapa lo bicara begitu Ar?" tanya Aqila lirih. 

Arrayan menangkup wajah Aqila. Dia menatap lekat-lekat kedua mata gadis itu yang sudah dibanjiri air mata. Ibu jarinya terulur untuk menghapus air mata Aqila yang sepertinya tidak mau berhenti mengalir. Kemudian lelaki itu tersenyum tipis. 

"Gue hanya memastikan, jika suatu hari nanti gue pergi ...." Arrayan tidak melanjutkan kalimatnya, karena bibirnya sudah dibungkam oleh telapak tangan Aqila. Gadis itu menggelengkan kepalanya, masih dengan air mata yang semakin deras mengalir.

"Lo nggak akan pergi kemana pun!" 

Arrayan melepaskan perlahan tangan Aqila dari bibirnya. Lalu, ia tersenyum simpul pada gadis itu. 

"Dengar qila. Gue akan selalu bahagia kalau lo juga bahagia." Arrayan berhenti sejenak, sebenarnya ia tidak rela mengatakan ini. Tetapi sebelum terlambat dia harus mengatakannya. 

Arrayan meraih kedua tangan Aqila. Dia usap lembut punggung tangan Aqila.

"Jangan terlalu sering menangisi gue. Carilah kebahagian lo. Meskipun bukan dari gue, lo harus tetap bahagia," ucap Arrayan begitu tulus. Tentunya kata demi kata yang Arrayan berikan pada Aqila semakin membuat Aqila ketakutan sekaligus sedih.

"Gue brengsek ya qil, karena selalu menyakiti lo?" 

Aqila menggelengkan kepalanya cepat. Tetapi Arrayan justru tersenyum pedih melihat Aqila menangis sekarang. Bukan hanya hari ini saja, namun dulu pun dia terus menyakiti Aqila. 

"Gue sangat mencintai lo qil. Sampai gue menghembuskan napas terakhir hanya lo yang sangat gue cintai. Kalau pun sekarang bukan saatnya, gue akan tetap menunggu lo."

Tangisan Aqila semakin menjadi mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Arrayan. Ketika kalimat itu diucapkan Arrayan, hatinya terasa begitu sesak. Arrayan mengatakan itu seolah-olah lelaki itu akan meninggalkannya sangat jauh. Di lepasnya genggaman tangan Arrayan. Lalu, Aqila berhambur ke pelukan Arrayan. Dia memeluknya begitu erat seakan-akan tak mengizinkan Arrayan pergi jauh darinya. 

"Jangan tinggalkan gue Ar. Lo ingin gue bahagia, 'kan? Maka, jangan pergi kemana pun. Tetaplah bersama gue," mohon Aqila. 

"Carilah kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang tidak pernah jatuh pada orang yang salah."

Aqila menggelengkan kepalanya keras. Dia tidak menginginkan kebahagiaan dari siapa pun, karena yang dia inginkan hanyalah Arrayan. Baginya Arrayanlah kebahagiaannya, lantas jika lelaki itu pergi. Dimana dia akan mendapatkan kebahagiaannya? Aqila merasa, jika dia kehilangan lagi, maka hidupnya benar-benar akan hancur. 

"Ar?" Aqila menggerakkan bahunya ketika merasakan kalau kepala Arrayan jatuh begitu saja di bahunya. Rasa khawatir mulai menghinggapi hati Aqila ketika Arrayan tak kunjung menjawabnya. Perlahan dia meregangkan pelukannya dan betapa terkejutnya dia ketika melihat darah keluar dari hidung Arrayan. Wajah lelaki itu pun sangat pucat dan lemas.

"Da ... darah?" 

Meskipun lemas, Arrayan menyentuh hidungnya. Namun, dia tidak secemas Aqila. Arrayan justru memberikan senyum tipisnya pada Aqila berniat menenangkan gadis itu. 

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang