~6. Aksa & Adena

301 77 18
                                    

Selamat membaca^^

***

Otak dan perut terasa dikuras dengan begitu banyaknya rumus-rumus serta soal-soal yang beranak. Rasanya sangat memuakkan. Otak seperti akan meledak, jika menghadapi pelajaran matematika. Arvin terus saja mengeluh karena kepalanya terasa pening dan semua itu disebabkan oleh soal-soal matematika yang menyebalkan.

Sedangkan Arrayan dan Aksa hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan Arvin sejak keluar dari kelas. Kini mereka bertiga tengah duduk di meja kantin, menunggu makanan dan minuman pesanan mereka datang. Sembari menunggu makanannya, tak sengaja Arrayan menangkap sosok Aqila yang tengah berjalan bersama dengan kedua temannya. Ia tersenyum miring, lalu bangkit dari duduknya menghampiri gadis itu yang sedang mencari tempat duduk dengan semangkuk bakso di tangannya.

Prang!

Mangkuk bakso ditangan Aqila terjatuh karena tiba-tiba Arrayan menabraknya. Aqila meringis saat tangannya terasa panas dan perih karena tersiram kuah bakso. Ia menatap Arrayan tajam, seakan ingin membunuh lelaki di hadapannya.

"Mata lo dimana hah?!" kesal Aqila meninggikan nada suaranya.

"Lo kenapa sih Ar, kayanya senang banget bikin gue kesal!" lanjutnya masih dengan nada yang meninggi, sedangkan Arrayan hanya menaikkan satu alisnya sembari menampilkan senyum miring.

"Itu pelajaran karena lo berani bilang kalo gue cowok angkuh dan gak bertanggung jawab," jawab Arrayan menatap Aqila tak kalah sinis.

"Tapi gak gini caranya!"

"Terus harus gimana?" Arrayan melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap remeh Aqila.

"Kemarin lo bilang apa ke gue. Coba ucapkan lagi, gue mau dengar." Arrayan mendekatkan telinganya ke depan wajah Aqila.

"Gue enggak sopan, 'kan kata lo?" Arrayan berucap tepat di depan wajah Aqila yang sudah merah padam menahn kesal.

"Apa bedanya sama lo yang masuk ke kamar mandi lelaki kemarin?"

"Bukankah itu juga sikap kurang sopan?"

Sontak perkataan Arrayan membuat semua orang yang ada di kantin mulai mencibir Aqila.

Aqila mengepalkan kedua tangannya.

"Tolong jelaskan bagaimana bersikap saat mengetuk pintu kamar mandi pria, gadis angkuh." Arrayan menatap Aqila dengan senyum mengejek. Apalagi wajah gadis itu sudah memerah menahan amarah.

Sedangkan Aileen dan Adena saling menatap karena merasa was-was melihat raut amarah di wajah Aqila yang mungkin siap untuk meledak.

Masih dengan guratan amarah, Aqila berjalan menuju meja salah satu temannya, mengambil segelas es teh yang masih penuh. Setelah itu ia berdiri tepat di depan Arrayan, menatap dingin lelaki itu sembari menggenggam erat gelas di tangannya. 

Byurrr!

Aqila menyiram tubuh Arrayan dengan segelas es teh yang ia ambil dari salah satu meja temannya tadi membuat Arrayan melotot kaget. Nafas Aqila memburu menahan amarah, ia tidak peduli dengan penilaian semua orang terhadap dirinya. Lelaki dihadapannya ini telah kurang ajar, Aqila tahu Arrayan tengah mempermalukannya di depan semua teman-temannya.

"Lo-" Arrayan menunjuk Aqila dengan telunjuknya, lalu lelaki itu menggeram kesal saat melihat pakaiannya kotor terkena noda es teh.

"Bagaimana perasaan lo, saat pakaian lo kotor karena orang lain?" balas Aqila.

"Enak?" lanjut Aqila sembari membalas senyum miring Arrayan.

"Itu pantas lo dapatkan," sinis Aqila.

"Lo pikir dengan semua yang lo lakukan itu membuat diri lo terlihat hebat?"

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang