~32. Selamat tinggal Adena

153 13 0
                                    

Semoga suka dengan babnya :)

Selamat membaca^^

***

Aqila dan Aileen berlarian menuju toilet perempuan. Perasaan takut bercampur gelisah menjadi satu setelah mendengar kabar dari salah satu anggota OSIS yang mengatakan jika ada seorang siswi terluka di toilet dan masih menggunakan pakaian pesta kemarin. Aqila membelah kerumunan di depan toilet untuk melihat siapa siswi yang dimaksud itu. 

Aqila terbelalak setelah melihat sosok perempuan yang terbaring berlumuran darah di dalam toilet dengan sebuah pisau menancap di bagian dadanya. Tiba-tiba saja, kedua lutut Aqila terasa lemas hingga membuatnya jatuh terduduk, namun sorot matanya tetap tertuju pada perempuan itu yang tak lain adalah Adena. 

Berbeda dengan Aqila yang masih diam walaupun shock. Aileen justru berteriak keras karena terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Lantas Aileen pun berlari menghampiri Adena yang tak sadarkan diri. 

"Den?" panggil Aileen bergetar. 

"Bangun Adena, lo kenapa?" 

"ADENA!" teriak Aileen yang sudah tak bisa menahan air matanya. Aileen membawa Adena ke dalam pelukannya dan menangis tersedu-sedu. Sementara Aqila hanya menatap kosong kedua temannya itu. Ini sangat mengejutkan bagi Aqila. 

"Gue rasa dia bunuh diri."

"Bisa-bisanya dia punya pemikiran sempit sampai harus bunuh diri."

"Entah apa yang buat dia harus bunuh diri."

Bisikan-bisikan dari para OSIS yang hari ini tengah merapihkan sisa-sisa acara kemarin terdengar menyapa telinga Aqila. Aqila tak bisa berkata apa-apa selain menatap tubuh berlumuran darah sahabatnya. 

"Qil?"

Aqila tak merespon panggilan tersebut. 

"Aqila?" barulah saat bahunya diguncang Aqila tersadar. Tatapannya begitu sayu ketika menatap Arrayan. Tak berselang lama Arrayan membawa Aqila ke dalam pelukannya. Disaat itulah Aqila menangis. 

***

Kabar mengenai Adena benar-benar membuat gempar satu sekolah. Tidak ada yang tahu apa penyebab Adena terluka dan meninggal dunia. Pemakaman Adena pun diiringi isak tangis dari keluarga dan teman-teman gadis itu, terlebih Tina, sang ibu. 

Begitu pun dengan Aqila. Selama pemakaman berlangsung, Aqila hanya menatap kosong makam sahabatnya. Bukannya Aqila tak bersedih, namun air matanya enggan keluar. Kini Aqila tengah berada di depan toilet yang menjadi saksi kematian Adena. 

Barulah di tempat itu, air mata Aqila keluar. Aqila menjatuhkan dirinya ke lantai toilet sembari menatap letak Adena terbaring tak bernyawa beberapa jam lalu. 

"Apa yang lo lakukan Adena?" lirih Aqila. 

Aqila masih tak percaya jika sahabatnya telah tiada. Aqila ingat bagaimana tatapan Adena malam kemarin saat Aqila memergokinya tengah berbicara dengan Aksa mengenai perasaan gadis itu pada sahabat kekasihnya. Aqila sama sekali tidak marah Adena membencinya. Dan Aqila pun akan merahasiakan tentang Aksa yang juga menyukainya dari orang lain, terutama Arrayan. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaannya. Apakah Adena bunuh diri karena cintanya tak terbalaskan? 

Perlahan Aqila bangkit kembali dan berniat keluar dari toilet. Tetapi, diurungkan saat mendengar suara bisik-bisik yang berasal dari luar toilet. Aqila pun menejamkan pendengarannya. 

"Lo gila Airon?!" 

Kedua mata Aqila melebar karena terkejut dengan nama yang baru saja disebut. 

"Kenapa lo lakukan itu? Kenapa lo bunuh Adena hah?!" 

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang