~14. Mengapa tidak datang?

179 36 64
                                    

Pencet tombol bintang di sebelah kiri sebelum membaca.

Di vote ye vote sama komen jangan lupa.

Selamat membaca^^

***

"Ar lo harus bergerak cepat, kalau enggak mau Aqila direbut sama cowok lain," nasihat Arvin setelah menghisap rokoknya.

Kini Arvin, Arrayan dan Aksa tengah berada di rooftop sekolah, menikmati jam istirahat.

"Gue enggak pernah nembak cewek," kata Arrayan jujur.

Arvin berdecak mendengarnya.

"Terus lo enggak mau jujur tentang perasaan lo ke Aqila?"

Arrayan terdiam cukup lama, lalu menghela nafas panjang sembari memikirkan perkataan Arvin.

"Masalah diterima atau enggak itu urusan belakangan, karena yang terpenting lo udah jujur akan perasaan lo. Cinta itu diperjuangkan Ar, jangan cuma dibiarkan," kata Arvin seakan-akan menggurui Arrayan.

"Lembek lo ah jadi laki," ledek Arvin kemudian menginjak puntung rokok miliknya.

"Gue duluan."

Sontak Arvin dan Arrayan mendongak ketika melihat Aksa yang tiba-tiba bangun dari duduknya, hendak pergi.

"Kemana, emang bel udah bunyi?" heran Arvin.

Tanpa banyak bicara, Aksa meninggalkan kedua temannya di rooftop.

"Teman lo yang satu itu misterius banget," kata Arvin.

***

Arrayan mengikuti apa yang dinasehati oleh Arvin. Benar kata temannya itu, ia harus segera mengungkapkan perasaannya pada Aqila. Masalah diterima atau tidaknya itu adalah hal terakhir. Kini ia tengah menunggu Aqila di danau yang sama. Danau yang beberapa hari lalu mereka kunjungi beberapa hari lalu. Hampir satu jam Arrayan menunggu gadis itu disana. Namun, ia sama sekali tak melihat tanda-tanda kehadiran Aqila. 

Padahal ia sudah mengirim pesan pada gadis itu saat jam istirahat tadi. Arrayan pun meraih ponselnya yang ia taruh di dalam tas. Lelaki itu mulai membuka room chatnya dan ternyata Aqila sudah membaca pesannya. Bukankah seharusnya gadis itu sudah tiba?

Sembari menunggu gadis itu, Arrayan memilih untuk melempar kerikil-kerikil kecil ke dalam danau. Entah sudah berapa banyak kerikil yang ia lempar ke danau. Tapi Aqila tak kunjung datang. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore.

Arrayan mendongakkan kepalanya menatap ke langit yang sudah terlihat gelap karena hendak hujan juga. Bersamaan dengan itu rintik hujan mulai turun dan berubah menjadi deras. Arrayan menghela nafas kemudian mengambil tasnya yang ia taruh di rerumputan, lalu lelaki itu berlarian menuju motornya.

"Kenapa lo gak datang qil?"

***

Aqila mengernyit heran saat melihat most wanted sekolahnya tidak ada satu. Biasanya mereka selalu bertiga kemana-mana. Tapi hari ini yang terlihat hanya Arvin dan Aksa. Tak ingin ambil pusing, Aqila kembali melanjutkan membaca bukunya. Tak lama ia mendengar suara decitan kursi dari sebelahnya yang ternyata pelakunya adalah Adena dan Aileen.

"Tumben, Arrayan enggak bareng mereka?" heran Adena sembari melirik Arvin dan Aksa yang hendak melintas di hadapan mereka.

Aileen mengangguk setuju.

"Terus urusannya sama gue?" tanya Aqila dengan alisnya yang mengangkat satu.

Aileen berdecak.

"Emang lo enggak aneh gitu?"

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang