~23. Duka

145 14 2
                                    

Malam para readers, kembali dengan Takdir yang tak berpihak.

Part ini sebelum Arrayan sampai di rumah Aqila.

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang sebelum membaca!

Posisikan diri kalian, di posisi ternyaman.

Selamat membaca^^

***

Arrayan menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Aqila yang masih tertutup. Ia turun dari motornya setelah melepas helm yang melekat di kepalanya, lalu menghampiri pos satpam.

"Permisi pak."

Satpam yang memiliki nama Asep itu mengalihkan perhatiannya dari secangkir kopi yang tengah dinikmatinya pada Arrayan. Lantas pak Asep bangun dari duduknya.

"Mau ketemu siapa ya mas?" tanyanya.

"Aqila ada?"

"Non Aqila ada di rumah sakit mas. Dia –" Pak Asep belum menyelesaikan ucapanya, Arrayan sudah berlari menghampiri motornya. Lelaki itu terlihat terburu-buru menyalakan mesin motornya dan melenggang pergi begitu saja tanpa berkata lagi membuat pak Asep keheranan.

***

Dengan nafas yang ngos-ngosan Arrayan berlarian menuju meja resepsionis.

"Pasien atas nama Aqila," ucapnya pada seorang resepsionis wanita.

"Sebentar saya periksa," kata resepsionis tersebut sembari mulai mencari nama yang disebutkan oleh Arrayan di komputer.

"Tidak ada pasien atas nama Aqila hari ini."

"Diperiksa sekali lagi. Mungkin saja terlewat," pinta Arrayan.

Resepsionis tersebut mengangguk dan mulai mencari lagi. Namun, tak menemukan nama Aqila.

"Tidak ada mas."

Arrayan meraih saku celananya mengambil ponselnya berniat menghubungi Aqila. Sembari menunggu jawaban Aqila, ia menatap ke sekelilingnya mencari keberadaan Aqila hingga tatapannya tertuju pada seorang gadis yang duduk di depan ruangan IGD dengan posisi menunduk serta bahu yang bergetar. Lalu, tepat di depan pintu IGD berdiri seorang wanita dewasa.

Arrayan pun memutus panggilannya dan berlari ke arah gadis itu. Dalam hatinya ia mengucapkan kata syukur karena telah menemukan Aqila dalam keadaan baik-baik saja. Ia sempat berpikir terjadi sesuatu pada gadis itu.

"Aqila?" panggil Arrayan setelah berjongkok di hadapan Aqila.

Gadis itu mendongakkan kepalanya. Dan tanpa Arrayan sangka, Aqila langsung memeluknya begitu erat. Tak lama ia merasakan tubuh Aqila bergetar. Gadis itu menangis.

"Aqila hey." Arrayan mengusap pelan punggung Aqila untuk menenangkan gadis itu.

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Pa ... Pah," jawabnya terbata.

"Papah kecelakaan Ar," lanjutnya kemudian kembali menangis di dalam pelukan Arrayan. Gadis itu meremas pakaian Arrayan seakan menyalurkan perasaan takut dan sedihnya.

Perlahan Arrayan melepaskan pelukan Aqila. Ditatapnya wajah Aqila yang memerah karena menangis. Lalu, ia menghapus air mata Aqila yang lagi-lagi mengalir di pipi gadis itu dengan lembut.

"Gue takut papah pergi seperti mamah Ar," kata Aqila mengutarakan ketakutannya sejak tadi. Ia takut Andres akan pergi menyusul mamahnya dan meninggalkannya sendiri.

Arrayan kembali membawa Aqila ke dalam pelukannya berusaha menenangkan gadis itu. Kemudian ia melirik ke arah Santi yang seakan tidak peduli dengan hal lain selain menatapi suaminya yang tengah berjuang untuk hidupnya sendiri di dalam sana.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang