~36. Buket bunga

118 10 0
                                    

Di vote dulu ya sebelum membaca.

Selamat membaca^^

***

Seperti anak remaja pada umumya, Aqila dan Arrayan semakin lengket saja setiap harinya. Mereka terlihat bucin, apalagi Arrayan yang begitu full effort untuk kekasihnya. Seperti hari ini, Arrayan tengah berpikir keras dengan posisi berbaring terlentang di atas kasur sembari menatap langit-langit kamarnya.

Arrayan baru menyadari satu hal. Selama berpacaran dengan Aqila, ia belum pernah memberikan Aqila sesuatu. Bukankah biasanya kekasih selalu memberikan bunga atau mungkin coklat?

Namun, Arrayan belum tahu bunga apa yang disukai kekasihnya, jika memang ia akan memberikan bunga pada Aqila. Lalu coklat? Arrayan juga tidak tahu apakah Aqila menyukai coklat. Arrayan merutuki dirinya sendiri karena belum mengenal jauh kekasihnya.

Arrayan bangkit dari posisinya untuk meraih ponsel. Arrayan hendak menghubungi Aqila dan berniat bertanya pada gadis itu. Diantara coklat dan bunga, mana yang paling disukai Aqila. Namun, hal itu diurungkannya karena tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok mamahnya.

"Bisa bantu mamah Ar?" tanya Tsania yang berdiri di ambang pintu.

Arrayan menaruh ponselnya diatas nakas lantas menghampiri mamahnya.

"Ada apa mah?"

"Kamu punya kunci cadangan kamar abang kamu nggak? mamah mau bersihin kamar abang kamu pasti kamarnya kotor karena sudah lama tidak di tempati," jawab Tsania panjang lebar.

Arrayan membuka laci meja belajarnya dan memberikan kunci cadangan milik kamar abangnya. Lalu, memberikannya pada Tsania yang langsung diterima oleh wanita itu.

****

Arrayan sudah memutuskan untuk membelikan Aqila bunga. Namun, ketika Arrayan melintasi kamar Delvan, tak sengaja Arrayan melihat sebuket bunga besar di meja belajar Delvan. Perlahan Arrayan masuk ke dalam kamar Delvan yang sudah bersih dan rapih. Ditatapnya cukup lama buket tersebut hingga akhirnya Arrayan meraih buket bunga tersebut. Ada sepucuk surat.

Rasa penasaran Arrayan membuatnya membuka surat itu dan mulai membacanya. Tetapi, beberapa saat kemudian Arrayan bergidik jijik.

"Gila! alay banget," cibirnya kemudian Arrayan menaruh kembali buket bunga tersebut ke tempat asalnya.

Arrayan berniat keluar dari kamar Delvan, namun langkahnya kembali terhenti. Dengan ragu Arrayan kembali menatap buket bunga tersebut. Sangat indah warnanya. Diawali decakan, Arrayan mengambil buket bunga itu.

"Nanti gue ganti bang." Setelahnya Arrayan bergegas keluar dari kamar Delvan.

***

Aqila berdecak kesal saat bel rumahnya berbunyi. Dengan malas-malasan Aqila turun. Raut wajah Aqila yang awalnya tak bersemangat tiba-tiba berseri setelah melihat buket bunga tulip besar di hadapannya. Bahkan Aqila sampai ternganga karena sangat mengaguminya.

Ditambah dengan sosok Arrayan yang menyembulkan kepalanya dari balik buket bunga tersebut. Apalagi senyum tipis khasnya semakin membuat Aqila tak bisa menahan senyumnya juga.

"Sampai berapa lama gue berdiri disini qil?"

"Ah iya!" Aqila baru saja tersadar dari lamunannya. Tak berselang lama Aqila mempersilahkan kekasihnya masuk ke dalam rumah.

Arrayan mendudukan dirinya di sofa setelah menaruh buket bunga yang dibawanya di sofa sebelahnya. Arrayan sedikit memperhatikan keadaan rumah Aqila yang terlihat sepi dan sunyi.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang