~68. Apa yang lo sukai dari gue?

47 7 0
                                    


Assalamu'alaikum para pembaca setia TYTB.

Cerita TYTB kembali update.

Mari lanjutkan membacanya, tapi jangan lupa votmentnya yaaa^^

Selamat membaca^^

***

"Qila, mamah lihat-lihat Aksa mirip sama Arrayan ya?"

Aqila yang hendak minum pun diurungkan dan menaruh kembali gelas tersebut ke atas meja. Aqila pikir hanya dirinya saja yang merasakan hal itu. Tapi ternyata Santi pun merasakannya. Dia tersadar dari lamunannya ketika merasakan tepukan pelan di pundaknya.

"Qila, yang mamah katakan benar bukan. Apa kamu juga merasa seperti itu?"

"Mungkin itu hanya perasaan mamah.

"Sepertinya Aksa juga menyukai kamu."

Aqila terdiam. Dia tidak tau harus mengatakan apa. Pasalnya, memang yang dikatakan Santi memang benar adanya, karena kemarin lelaki itu sudah mengungkapkannya.

"Aqila mau ke kamar." Aqila memilih untuk menghindar dan bergegas pergi ke kamarnya.

****

Hari demi hari, Aqila jalani tanpa hadirnya sosok Arrayan. Dan selama itu pula Aqila masih membutuhkan waktu untuk menerima bahwa Arrayan sudah pergi meninggalkannya. Baginya, Arrayan memiliki tempat tersendiri di relung hatinya yang terdalam. Itu sebabnya, Aqila merasa kalau dirinya akan kesulitan kembali membuka hati untuk orang lain.

Salah satu tangan Aqila meraih sepucuk surat yang ditulis oleh Arrayan sebelum lelaki itu menutup mata untuk selamanya. Ia kembali membacanya dan kembali dibuat bimbang.

Kenapa Arrayan harus meminta hal itu?

Dan kenapa harus Aksa?

Bukan karena Aqila tidak ingin memberi Aksa kesempatan. Tetapi, Aqila takut kalau dia hanya akan menyakiti Aksa, karena belum bisa melupakan Arrayan. Menurutnya, Aksa juga lelaki yang baik, namun untuk masalah perasaan, sampai sekarang Aqila hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih.

Lamunan Aqila terbuyarkan ketika ponselnya berdenting, pertanda ada pesan masuk. Aqila mengernyit kala melihat nomor tak dikenal mengiriminya pesan. Lantas, dia pun membuka pesan tersebut.

088***
Lo bisa keluar malam ini?
Kalau bisa gue jemput lo nanti jam7.
Aksa.

Aqila terdiam beberapa saat sebelum membalas pesan yang dikirimkan oleh Aksa. Tak lama jari-jari tangan Aqila bergerak lincah di layar ponselnya membalas pesan dari lelaki itu.

Me
Bisa.

Setelah membalas pesan Aksa, ia kembali menaruh ponselnya di meja, sedangkan dirinya sendiri memilih menatap buket bunga dari Arrayan yang mulai layu. Di ambilnya buket bunga itu, lalu menghirup aroma wangi dari bunga tersebut yang cukup membuatnya tenang. Kedua matanya pun terpejam, menikmati aromanya sekaligus membayangkan wajah tampan Arrayan.

Tes.

Satu tetes air mata kembali jatuh dan kali ini mengenai buket bunga yang ada digenggamannya.

"Gue rindu lo Ar," lirih Aqila lalu menaruh kembali buket bunga tersebut ke tempat asalnya.

***

Aqila tidak bisa mengalihkan pandangannya ketika melihat sosok Arrayan berdiri di hadapannya. Lelaki itu mengulurkan tangan padanya, seraya tersenyum tipis. Sosok Arrayan terasa begitu nyata. Apalagi, saat lelaki itu menghampirinya, memeluknya begitu erat, seolah-olah menyalurkan rindu yang terpendam. Tak lupa, lelaki itu pun mengecup keningnya cukup lama. Dan semua itu terasa begitu nyata, seakan-akan Arrayan memang berdiri di hadapannya.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang