~57. Kembali

86 13 0
                                    

Assalamualaikum, selamat pagi pasukan pembaca TYTB

Bab 57 update semoga kalian suka dengan babnya ya. Tapi jangan lupa untuk di vote terlebih dahulu^⁠_⁠^



***


Setelah diberitahu kondisinya memburuk, Arrayan langsung dibawa ke Singapura untuk menjalani pengobatan, salah satunya kemoterapi. Kebetulan dia sudah melakukannya kemarin. Dan kini dia tengah ada di rooftop sendirian. Awalnya Tsania dan Delvan melarangnya, namun karena ia beralasan ingin mencari udara segar.

Maka, dengan berat hati mereka mengizinkan Arrayan. Tetapi ia masih tetap dijaga oleh beberapa perawat yang stand bye tak jauh dari tempatnya berada. Mereka hanya berjaga-jaga saja, takut terjadi sesuatu padanya. 

Kedua tangannya sejak tadi menggenggam erat ponselnya. Sebenarnya Arrayan sangat ingin menghubungi Aqila, namun dia sedikit ragu. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi nomor Arvin.

Tetapi entah mengapa ketika sambungannya terhubung, keinginan Arrayan untuk mendengar suara gadis itu semakin besar hingga meminta Arvin untuk membiarkannya berbicara dengan Aqila. 

Degup jantung Arrayan berpacu cepat setelah dia mendengar Arvin yang sepertinya sudah di dekat Aqila. Bahkan Arrayan sampai mencengkeram erat ponselnya yang sudah dia taruh di telinganya untuk menyalurkan perasaannya kini. 

"Halo?"

Arrayan terdiam setelah mendengar suara Aqila. Dia memejamkan kedua matanya menahan perasaan senangnya, karena bisa mendengar suara gadis itu yang sudah lama tidak ia dengar.

Namun, bukannya menjawab Arrayan justru mematikan panggilannya sepihak. Arrayan terlalu bingung apa sekiranya yang akan ia bicarakan pada Aqila, karena memang tujuannya hanya ingin mendengar suara gadis itu. 

Tak berselang lama, Arvin kembali menelponnya. Dengan ragu-ragu Arrayan pun mengangkatnya dan langsung disapa oleh suara cerewet Arvin. 

"Kenapa dimatiin wey! Orangnya mau ngomong tadi!" sembur Arvin yang terdengar kesal. 

"Gue bingung mau bicara apa sama dia." 

"Wah! Kalau lo bingung ngapain minta ngomong sama dia?!" 

"Lo tahu nggak? gue sampai lari-lari dari lantai 5 ke lantai 1 cuma buat kasih ini hp gue ke dia karena lo bilang mau bicara sama dia?!" Arvin marah-marah di sebrang sana. 

"Terus dengan santainya lo bilang bingung mau bicara apa! Yang benar saja!" Arvin terus saja marah-marah dengan nada suara yang cukup keras hingga membuat Arrayan harus menjauhkan ponselnya dari telinga. 

"Dia masih disana?" 

"NGGAK ADA! KELAS DIA SUDAH DIMULAI. JADI JANGAN SURUH-SURUH GUE BUAT KASIH PONSEL LAGI KE DIA. SOALNYA KELAS DIA JAUH BANGET!" sentak Arvin yang sudah kesal setengah mati. 

"Oke, pelan saja ngomongnya kepala gue sakit dengarnya Vin."

"Oh iya sorry Ar gue lupa, habisnya lo buat gue kesal." Kali ini Arvin merendahkan suaranya. Dia terlalu meledak-ledak karena kesal padahal Arrayan tengah sakit.

"Tapi, lo sudah puas dengar suara Aqila?" 

Arrayan tersenyum simpul, lantas mengangguk walaupun tidak terlihat oleh Arvin.

"Apa dia baik-baik saja?" 

"Gue rasa baik. Tapi gue perhatikan dia jadi lebih pendiam."

Arrayan menghela napas panjang.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang