~17. Sore hari di taman

163 25 10
                                    

Jangan lupa votenya yaaaaa <3

Selamat membaca^^

***

Hembusan angin sore menerpa wajah Aqila, sontak gadis itu pun memejamkan kedua matanya menikmati angin sore hari ini yang cukup membuatnya sedikit merasa damai. Gadis itu menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone dan menikmati alunan musik yang ia putar di ponselnya. Beberapa menit kemudian, Aqila membuka matanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Arrayan sudah duduk di sebelahnya.

"Lo?!" Aqila berucap dengan nada tak santai, kedua matanya melotot ke arah Arrayan. Sedangkan Arrayan terlihat duduk tenang dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada, seakan tak peduli dengan keterkejutan Aqila.

"Ngapain lo disini?"

"Apa itu urusan lo?" Arrayan balik bertanya tanpa menatap lawan bicaranya. Sontak hal itu membuat Aqila mendengus kasar.

Aqila yang masih kesal pun dengan kasar menyandarkan punggungnya ke kursi. Namun, belum lama ia di posisi itu, seorang gadis kecil menghampirinya dan menarik-narik tangannya. Sontak Aqila melepaskan earphonenya.

"Eh, kenapa?" tanya Aqila heran pada anak kecil itu.

Bukannya menjawab, justru anak kecil itu menangis kencang membuat Aqila kaget bukan main. Kemudian Aqila melirik Arrayan yang hanya menatapnya seperti tidak ada niat membantunya.

"Mama!" ucapnya di sela-sela tangisannya.

Aqila terbelalak.

"Eh, gue bukan emak lo!" protes Aqila.

"Mama!"

Aqila kembali melirik Arrayan yang kini sudah sibuk memainkan ponselnya.

"Lo!"

Arrayan yang merasa namanya tidak dipanggil pun hanya diam tanpa merespon.

"Arrayan!" kesal Aqila.

Barulah lelaki itu menoleh ke arah Aqila dan menatap gadis itu dengan salah satu alisnya yang terangkat.

"Papa!" Arrayan terkejut saat mendengar kalimat itu terlontar dari bibir gadis kecil itu.

"Gue bukan papah lo!" protes Arrayan seperti Aqila tadi.

Gadis kecil itu pun menangis semakin kencang membuat Arrayan dan Aqila kelimpungan.

"Udah jangan nangis. Dimana mamah lo?" tanya Aqila berusaha sabar menghadapi anak kecil di hadapannya.

Aqila berharap gadis itu memberitahu dimana orang tuanya. Namun, harapannya pupus saat anak kecil itu menggelengkan kepalanya. Jawaban gadis itu sontak membuat Aqila dan Arrayan saling menatap. Tak lama Arrayan hendak bangkit dari duduknya, namun ditahan oleh Aqila.

"Lo jangan pergi." Aqila menatap tajam Arrayan.

"Kenapa? Lo urus aja sendiri anak itu," kata Arrayan tak berperasaan.

Aqila menganga cukup lebar.

"Lo kok gitu sih Ar?!" protes Aqila.

"Dia bukan anak gue. Berarti bukan tanggung jawab gue."

"Tapi dia terpisah sama orang tuanya!"

"Gimana kalau dia alat pancing buat nyulik gue?"

"Gila lo!"

Aqila dan Arrayan terus saja berdebat, sedangkan gadis kecil di hadapan mereka hanya menatap keduanya secara bergantian karena merasa tidak paham. 

"Di dunia ini banyak kemungkinan," keukeuh Arrayan.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang