~55. Rasa yang terpendam

104 13 0
                                    

Assalamu'laikum dan selamat sore para pembaca TYTB. 

Maaf banget kalau update TYTB ini agak lama, soalnya aku juga lagi buat karya juga di fizzo novel. 

Jadi, maklumin ya kalau aku lama banget updatenya soalnya ada dua project yang lagi aku kerjain. Apalagi kapasitas otak aku yang aduhai :(

Atau kalian juga mau baca karyaku di fizzo novel? Boleh, hehe>< 

Kalian kunjungi aja akun fizzo Inisial_R kalau sudah download aplikasinya yaaa terus add cerita "Sherarga" ke perpustakaan kalian dong biar pembacanya nambah sekaligus kalian cari cuan tambahan wkwk.

Udah ya promosinya sekarang lanjut baca aja:)

Selamat membaca^^

***

Arrayan menepati janjinya untuk menemani Thania menonton. Setelah kelasnya selesai, Arrayan langsung ke lobby dimana dia meminta gadis itu menunggunya. Tetapi, saat sampai di lobby tak sengaja dia melihat Aqila yang tengah menendang-nendang ban motor. Niatnya ingin membantu gadis itu, namun ditahan oleh Thania. Gadis itu mengatakan kalau filmnya akan dimulai satu jam lagi. Alhasil Arrayan ditarik pergi oleh Thania. 

Akan tetapi, sesampainya disana, kepala Arrayan kembali terasa sakit seperti hari-hari sebelumnya. Tentu saja Thania yang melihat Arrayan mengerang kesakitan sembari mencengkeram kepalanya dibuat cemas sekaligus kaget. 

"Ar lo kenapa?" Thania mendekat pada Arrayan yang masih saja mengerang kesakitan. Namun, Arrayan tak menjawab sama sekali semakin membuat Thania khawatir. Dia menoleh ke kanan dan kiri mencoba mencari bantuan kepada siapa pun yang lewat. Di sela-sela mencari-cari bantuan Arrayan jatuh pingsan. 

Akhirnya Thania memilih memanggil ambulance untuk membawa Arrayan ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Arrayan langsung ditangani oleh dokter. Cukup lama Thania menunggu Arrayan di depan ruangan lelaki itu.

Thania merasa penasaran sebenarnya apa yang dibicarakan Arrayan dan dokter yang memeriksa lelaki itu. Sebab, Arrayan melarangnya untuk masuk ke dalam dan ikut dalam perbincangan mereka. Tak berselang lama dia melihat dokter dan Arrayan keluar bersamaan. Sontak Thania menghampirinya. 

"Lo baik-baik saja?" tanya Thania sembari memperhatikan Arrayan yang terlihat pucat. 

Arrayan hanya mengangguk. Namun, tatapannya begitu berbeda menurut Thania. Seperti tersirat sesuatu di dalam mata Arrayan yang entah Thania tidak tahu apa yang disembunyikan Arrayan darinya. 

***

Arrayan memutuskan untuk tidak memberitahu kedua orang tuanya mengenai apa yang terjadi padanya beberapa jam lalu. Lebih tepatnya Arrayan merasa kalau dia belum siap memberitahu orang tuanya. Dia terlalu takut kalau orang tuanya akan shock setelah mengetahui kalau Arrayan mengidap kanker otak. 

Bukan hanya orang tuanya saja. Bahkan Arrayan memberitahu siapapun selain dokter yang tadi memeriksanya. Tak pernah Arrayan sangka kalau dirinya akan mengidap penyakit mematikan ini. Pantas saja akhir-akhir ini Arrayan selalu merasakan sakit dibagian kepalanya sampai mimisan yang tiba-tiba. 

Arrayan sempat mengira kalau dirinya hanya kelelahan. Tapi ternyata itu adalah gejala dari penyakit kanker otak yang sudah diidapnya cukup lama dan baru ia ketahui sekarang setelah dia di bawa ke rumah sakit. 

Shock? Tentu saja, namun Arrayan bisa apa? 

"Arrayan?" 

Cepat-cepat Arrayan memasukkan berkas-berkas pemeriksaannya ke dalam laci saat Tsania masuk ke dalam kamarnya dengan nampan berisikan bubur dan obat. Perlahan Arrayan beranjak dari meja belajarnya untuk menghampiri sang mamah berniat membantu. Namun, Arrayan justru yang dibantu duduk ranjangnya. 

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang