~53. Kesempatan ketiga?

113 13 2
                                    

Selamat malam semuanya kembali lagi dengan cerita TYTB :)

Langsung aja baca bab ini. Semoga suka sama kelanjutan cerita TYTB^^

Selamat membaca^^

***

Keluarga Arrayan hari ini kedatangan Thania. Kebetulan juga tadi pagi Arrayan sempat bercerita kalau Thania yang merawatnya selama dia kritis di rumah sakit selama satu bulan lamanya. Kini semuanya tengah berada di ruang tamu dengan Thania yang tengah menceritakan kronologis hari dimana dia menemukan Arrayan dan membawa Arrayan ke rumah sakit dimana tantenya bekerja.

"Jadi, selama satu bulan ini kamu yang selalu menjaga Arrayan?" tanya Tsania.

Thania mengangguk seraya tersenyum tipis.

"Terimakasih ya Thania," kata Tsania lagi dengan tulus.

Lagi-lagi Thania mengangguk seraya tersenyum.

Berbeda dengan Tsania, Delvan justru merasa kurang menyukai tindakan Thania. Menurutnya, jika gadis itu menemukan Arrayan bukankah sudah seharusnya menghubungi anggota keluarga, alih-alih merawatnya sendiri? Karena menurut Delvan hanya keluarga lah yang berhak tahu lebih dulu sedangkan Thania hanyalah sebagai teman Arrayan.

Apalagi karena ulah Thania, orang tuanya selalu berpikiran negatif karena Arrayan yang dinyatakan hilang oleh pihak kepolisian.

"Apapun alasan lo menyembunyikan hal ini dari kita, tetap saja lo seharusnya kasih tau keluarganya lebih dulu," kata Delvan dengan nada tidak suka.

Arrayan langsung menatap sang Abang kaget sekaligus heran. Ini pertama kalinya ia mendengar Delvan berbicara ketus kepada orang lain. Apalagi yang menjadi lawan bicaranya adalah perempuan.

"Gue tau lo sahabat Arrayan. Tapi, kita tetap keluarganya dan tentunya lebih berhak tahu lebih dulu kondisi Arrayan," lanjut Delvan kemudian bangkit dari duduknya dan pergi begitu meninggalkan semua orang yang menatapnya bingung.

****

Setelah mendengar kabar dari Aksa kalau Arrayan masih hidup, Arvin langsung bergegas ke rumah Arrayan. Sesampainya di rumah Arrayan, Arvin langsung meneliti Arrayan dari atas sampai bawah.

"Arrayan teman gue yang ganteng, pinter, dingin kaya es balok masih hidup!" heboh Arvin membuat Arrayan memutar bola matanya malas.

"Apa badan lo ada yang lecet?" lanjut Arvin bertanya kepada Arrayan, namun Arrayan tak menggubrisnya.

"Gue kira abis jatuh dari ketinggian bakal ada yang berubah walaupun dikit. Eh ternyata masih sama aja," sindir Arvin yang kesal sendiri melihat sikap Arrayan tidak berubah.

Ketika semua teman-temannya sibuk berbincang dengan inisiatif Aksa menghampiri Arrayan lalu duduk di sebelah lelaki itu. Setelah dia pikir-pikir semalaman, dia baru sadar kemungkinan alasan Arrayan marah pada Aqila karena dirinya yang memeluk gadis itu. Dan sekarang ia akan menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi semalam. 

Aksa berdeham, namun Arrayan masih diam dengan sorot mata fokus ke depan serta kedua tangannya yang dilipat di depan dada berpura-pura tak menyadari kehadiran Aksa. 

"Lo salah paham atas kejadian semalam," ucap Aksa memulai pembicaraan lebih dulu. 

"Aqila benar-benar merasa kehilangan saat lo nggak berhasil ditemukan oleh tim SAR. Dan gue mengaku kalau semalam gue memeluknya dengan sengaja."

Sontak perkataan Aksa membuat Arrayan langsung menoleh pada lelaki itu dengan tatapan tajamnya.

"Gue memeluknya sebagai teman," ucap Aksa seolah tahu arti tatapan Arrayan yang begitu menusuk ketika menatapnya.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang