~3. Tatapan Arrayan

377 79 12
                                    

Jangan lupa tekan tombol bintang sebelum membaca.😘

Selamat membaca^^

***

Arrayan telah sampai di pekarangan rumah Aqila. Lelaki itu melepas helmnya kemudian turun dari motor sembari mengikuti langkah Aqila dari belakang.

"Gue tunggu di sini, jangan lama!" Arrayan berdiri di depan rumah Aqila sembari bersidekap dada.

Aqila menatap malas lelaki dihadapannya. Namun, tak lama ia pun menganggukkan kepalanya. Lalu, gadis itu masuk ke dalam rumah. Bersamaan dengan itu ia melihat Santi menghampirinya.

"Aqila, tadi mamah melihat uang untuk belanja tertinggal di meja," ucapnya setelah sampai di hadapan putrinya.

Aqila hanya berdeham sebagai jawaban.

"Lalu, kamu bayar atau tidak belanjaan ini?" tanya Santi lagi sembari menatap belanjaan yang ada di tangan Aqila. 

"Qila pinjam uang teman. Mamah tenang saja hari ini Qila ganti uang orang itu," jawabnya.

"Mamah enggak –" belum sempat Santi menyelesaikan ucapannya, Aqila sudah melenggang pergi begitu saja keluar rumah setelah mengambil dompetnya di meja.

Santi hanya menghela nafas melihat sikap Aqila padanya. Wanita itu pun memilih melanjutkan aktivitasnya di dapur dan membiarkan Aqila yang ia rasa tengah mengobrol dengan seseorang yang mungkin tadi uangnya sudah dipinjam oleh putrinya.

***

"Uang lo." Aqila memberikan beberapa lembar uang ke hadapan Arrayan.

Arrayan mendongakkan kepalanya saat melihat ada tangan yang terulur di hadapannya. Untuk beberapa saat, tatapan keduanya bertemu. Jika boleh jujur, Arrayan cukup terpesona melihat kecantikan Aqila. Ia sangat memuji kecantikan gadis itu. Kulit sawo matang yang bersih, hidung mancung, serta bulu mata yang lentik. Namun tak lama, Arrayan tersadar sambil menggelengkan kepala, otaknya mulai kacau.

Lalu, Arrayan menerima uang itu dari tangan Aqila dengan kasar. Kemudian menaiki motornya tanpa mengucapkan terimakasih atau apapun itu sebagai basa basi.

Aqila berdecak kesal.

Arrayan tetaplah Arrayan. Lelaki itu memang sangat sulit hanya untuk mengucapkan kata terima kasih.

Ketika sudah hampir keluar dari pekarangan rumah Aqila Arrayan memperlambat laju motornya hanya untuk menyempatkan diri menatap Aqila dari kaca spion motornya. Gadis itu masih berdiri menunggu dirinya pulang dengan wajah menahan kekesalan. Dirasa puas melihat wajah kesal gadis itu Arrayan pun mempercepat laju motornya meninggalkan perkomplekan rumah Aqila.

Dirasa Arrayan sudah pulang, Aqila pun kembali masuk ke rumahnya untuk beristirahat di kamarnya. Saat melintasi ruang tamu yang dekat dengan meja makan, Aqila berpapasan dengan Santi yang tengah merapihkan makanan buatan wanita itu.

Santi hanya menatap sendu putrinya yang hanya melintas begitu saja. Bahkan putrinya sama sekali enggan untuk menatapnya walaupun hanya sekilas. Ia terus memperhatikan Aqila yang menaiki anak tangga dengan tatapan sendu. Terbesit rasa sedih dihatinya. Kejadian tragis beberapa tahun lalu membuat Aqila sangat membencinya.

***

Aqila tengah bersiap-siap pergi ke sekolah. Hari ini, gadis  itu membuat rambutnya di ikat menjadi satu. Selesai menata rambut dan memeriksa semua buku-buku di tasnya, ia keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Gadis itu duduk bersama kedua orang tuanya di meja makan untuk sarapan. Namun, seperti biasa, Aqila hanya diam tanpa membuka suaranya.

Takdir yang tak berpihak ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang