marah (9)

6 1 0
                                    


saat ini suasana meja yang ditempati rea begitu mencekam, setelah pernyataan tak terduga dari langit, veli dan letta memilih diam, sedangkan arlan, regan jika ikut terdiam, karna tidak tau harus memberi reaksi bagaimana, yah kan mereka dan rea tidak saling mengenal

arzan? dia tampak cuek tak mengubris, menurutnya itu tidak penting toh tidak ada hubungan dengan dirinya.

"langit." tegur perempuan disebelahnya,

"gladis, kenapa diem aja? , aku tanya sekali lagi aja deh, kenapa kamu pindah kesini? "

sepertinya langit masih penasaran dengan jawaban yang satu ini karna sebelumnya rea berhasil kabur darinya.

"bukan urusan lo, udah sekarang pergi! "

balas rea tegas, veli dan letta yang menyadari nada bicara rea berubah pun takut takut, rea kalau sudah mengamuk seperti kesetanan, sangat seram.

"kenapa ?masih gabisa moveon dari aku atau masih marah sama bianca?, atau karna acara tun-"

plak.

rea menampar langit tiba tiba, rea sudah tidak peduli lagi dengan arzan yang berada didepannya, pikirannya benar benar kacau kalau sudah membahas hari itu, ia muak, sangat muak dengan langit.

"GUE BILANG PERGI TUH PERGI ANJING!
"

rea menggebrak meja keras, membuat semua penghuni meja tersebut terbelalak kaget, tak dipungkiri juga jika arzan merasakan hal yang sama, apalagi notabenya dia berada di hadapan rea

rea yang menyadari tatapan arzan yang asing itu langsung kalang kabut, bagaimana jika tuan mudanya berpikir hal buruk tentang dirinya, bagaimana jika-

"sorry sorry aku-"

pening sekali, rea memijit pangkal hidungnya pelan pelan, ia berdiri bermaksud menjauh agar orang orang yang dimeja tersebut tidak melihatnya

"reaaa lu kenapa heiii?? "

entah bagaimana letta sudah menyusul rea dan sekarang sudah berada dihadapannya, rea pun jongkok, perutnya sangat mual apalagi saat langit tak henti hentinya memanggil namanya,padahal dirinya sudah memilih menjauh dari kantin

"let tolong telfon abang gue, nih HP gue passwordnya 12345 "

rea menyodorkan handphonenya kepada letta, bermaksud meminta tolong, ia hanya butuh kasur sekarang ini dan ketenangan,

selang beberapa menit, letta telah selesai menelfon raka dan rea masih berjongkok di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun

"re hei, lu ke uks aja deh, sumpah yah lu kalo gini gue gatau harus apa"

letta panik, tentu saja, sahabatnya ini tidak pernah sama sekali seperti ini,

"ga let sumpah gue gapapa coman pusing aja, gue tunggu bang raka aja kesini "

rea lebih memilih menunggu raka disini, ia tidak mau merepotkan sahabatnya, ia sungguh berterimakasih atas tawaran letta, tapi sebaiknya ia tidak berpindah karna benar benar badannya mati rasa

"kalo gue yang gendong ke uks gimana? "

suara bass itu sungguh membuat rea merinding, tunggu tunggu, itu suara tuan muda, rea mendongak sekilas dan menemukan raut muka arzan yang tidak bisa ditebak , sungguh dirinya tidak bohong, arzan benar benar menawarkan diri atau bagaimana

menggendong rea? ada juga rea nanti akan pingsan jika itu benar terjadi

"mau? " tanyanya sekali lagi seperti memastikan

rea yang sedang gugup sekaligus mual hanya geleng geleng pelan, sudahlah ia tidak punya muka menghadapi tuan mudanya, pasti arzan sangat muak melihat perempuan seperti ini.

IM YOUR BIGGEST FANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang