CHAPTER 37 : pertemuan singkat

5 1 0
                                    

Happy reading!

"GIMANA DOK? "

Rea segera menghampiri dokter yang baru saja keluar dari UGD, padahal thea -- anak PMR, yang menemaninya tadi sudah wanti wanti agar rea tidak usah terlalu panik, sebagai orang yang sudah belajar tentang luka dan sebagainya, thea memberitahu bahwa lukanya tidak begitu parah, mungkin hanya perih dan ngilu beberapa hari, tapi toh tetep saja rea kekeuh langsung berlari ke sang dokter.

"Kondisinya baik baik saja, perban di kepalanya akan di lepas tiga hari setelahnya, pasien juga sudah sadar dan boleh di besuk karna sudah dipindahkan ke rawat inap"

Rea tak henti hentinya mengucapkan syukur, beruntung sekali mendengar perkataan yang terlontar dari sang dokter.

"Makasih banyak dok "

"Sama sama, pasien di kamar 521,kalau begitu saya permisi "

Setelah dokter yang menangani arzan pergi, Rea menghampiri thea terlebih dahulu, thea berdiri saat melihat Rea menghampiri dirinya

"Gimana? "

"Baik kok, udah sadar juga, lu mau langsung ke sekolah atau mau jenguk arzan dulu? "

Thea menggeleng, walaupun notabenya dia anak PMR yang sangat bertanggung jawab, ia tidak ingin sok kenal dengan arzan, niat nya hanya mengantar Rea karna suruhan kepala sekolah, tetapi karna Rea memaksa agar dirinya menemani sampai arzan siuman, jadilah dia di rumah sakit agak lama.

"Gausah, temen temen lu katanya mau kesini, gue balik yah"

Selesai melambai, Rea dengan kecepatannya langsung melesat ke kamar yang di bilang dokter tadi.

Rea bergumam membaca dan mengingat angka yang diberitahu sebelumnya oleh dokter, setelah memastikan ia membuka kenop pintu perlahan, dan langsung mendapati arzan yang tengah bermain ponsel di brankar rumah sakit, bernafas lega sekali rea, saat melihat arzan dalam kondisi baik baik saja

"Zan"

Panggilan lembut dari rea mengintrupsi arzan untuk menoleh, ia tersenyum kemudian merentangkan tangannya beniat agar rea masuk dalam dekapan nya, rea yang tau kemauan arzan pun menuruti saja, ia berjalan dan masuk ke dalam dekapan tersebut.

Melihat rea sudah ada di pelukannya arzan mengelus surai rambut rea lembut, sesekali mengendus rambut rea yang memiliki aroma memabukan baginya.

"Kangen"

Rea terkekeh, hei hanya dua jam mereka tidak bertemu, apa apaan kekasihnya ini, ya walaupun rea juga sama, tapi gengsi saja.

"Kamu udah makan? "

Masih didalam dekapan arzan rea menggeleng, ya faktanya seperti itu, arzan yang menyadari rea menggeleng pun melonggarkan pelukan nya dan menatap tidak suka kearah sang kekasih.

"Kenapa belum? " Lanjutnya lagi, rea yang gemas pun menyubit pipi arzan yang masih banyak luka itu, ya bodo amat, pacar mode gemas itu tidak boleh disia siakan, walau arzan sempat meringis sih

"Ngeliat kamu pingsan di pangkuan aku aja aku udah gemeteran Zan, terus kamu pikir aku sempet mikirin buat sekedar makan gitu? "

Arzan menghela nafas, tidak salah sih, tapi mengabaikan waktu makan sangat tidak disukai oleh arzan, terlebih oleh pacarnya sendiri, pelukan yang sempat melonggar pun arzan rapatkan kembali, sembari mencium pucuk kepala sang pacar.

"Maaf"

Ini nih, bagaimana bisa menolak maaf seorang arzan jika dengan nada manja seperti ini, mau tidak mau Rea mengangguk lah, tersadar arzan masih sakit Rea melepaskan pelukan dan duduk disebelah arzan dengan bangku yang ia seret agar lebih mendekat.

IM YOUR BIGGEST FANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang