dua sisi (10)

11 1 0
                                    


Happy reading fren q ~

setelah makan malam, raka mengajak rea ke kamarnya, masalah disekolah tadi siang sangat menyita pikirannya, terutama tentang datangnya langit tadi, sudah jelas kan rea pindah harusnya langit tidak ada disana, tapi tadi-

"ngapin lu ngajak gue kekamar lu, jan bilang lu sis complex yah, OMO OMO GAK MUNGKIN KAN LU SUKA AMA GUE EH TAPI MUNGKIN AJA DEH, SECARA GUE-"

raka membekap mulut rea, adiknya itu memang tidak mengerti situasi atau begimana, jelas saat ini raka lagi mode serius, tapi rea malah-, ah sudahlah.

"NAJIS NAJIS NAJIS, yallah mending gue nikah ama kebo dari pada sama lu, ngerusak keturunan ada juga"

tuhkan raka jadi terpancing, gagal sudah iya ingin menjadi abang able, rea memang sangat suka membuat mulutnya berbicara seperti ini

"selow aja kali gausah ngegas anjir, yaudah terus lu ngapain ngajakin gue ke kekamar elu "

rea to the point, yang jelas ia mengetahui kalau dirinya sudah diajak kekamar abangnya itu berarti raka ingin berbicara serius sekaligus menghindari pertanyaan pertanyaan mamah dan papahnya

"kenapa tadi ada langit di sekolah lu? "

raka sebenarnya nya tidak ingin blak blakan tapi dari pada rea terus menerus membahas topik lain, mending dia blak blakan saja toh hasilnya sama sama saja

rea berdecak, malas jika harus berhadapan dengan abangnya yang mulai posesif, lebih baik dirinya menghadapi raka yang gak jelas + nyebelin daripada seperti ini

"disekolah tadi ada tanding basket , trus sekolah gue lawan sekolahnya dia, yaudah lu tau sendiri kelanjutannya"

rea malas malas, sungguh membahas langit itu sama saja buang buang tenaga, lebih baik ia bahas arzan, aduh jadi rindu.

"besok besok kalo semisal dia dateng lagi langsung telpon gue biar sekarat sekalian tu bocah brengsek"

helo tuan raka terhormat, sepertinya perkataan itu juga berlaku untuk anda, mengingat mantan raka begitu banyak

"hm, iya brisik deh lu"

rea iya iya saja toh memang abangnya tak sepenuhnya salah, langit dimasa lalu sudah membuat luka yang begitu dalam dihati rea, mungkin raka benar benar takut jika rea satu tahun yang lalu kembali.

"trus tadi si bianca, kenapa lo diem aja?, harusnya lo gampar kek jambak kek, gue lebih ridho lu mode harimau yah dek dari pada kayak tadi, lu punya kesempatan buat lakuin itu semua, trus kenapa lu coman diem hah? "

hah bianca, salah satu orang yang sudah ditulis di buku hitam milik rea, sahabat yang katanya akan selalu ada itu ternyata ular yang berbisa, munafik.

"males, lebih baik kek tadi gue pura pura ga kenal, takut dia ungkit ungkit yang lalu gue malah jadi gimana gimana"

menurut rea keputusannya sudah benar, ia tidak mau jika ia berbuat kurang ajar nanti kepada bianca, gadis itu pasti mengorek masa lalunya, bianca benar benar sebusuk itu

"oke gue terima alesan lu"

raka berdiri, memilih pergi ke kursi berputar miliknya yang berada didepan meja belajar, ia duduk kemudian mengeret kursinya ke hadapan rea

"jadi sekarang boleh lah gue mulai permainan gue ke si arzan"

raka tersenyum penuh kemenangan, selain ia kepo masalah langit tadi, ia juga akhirnya mengetahui seorang 'arzan' yang satu bulan lalu rea ceritakan hingga detik ini, dirinya ingin berterimakasih karna seorang arzan adiknya menjadi gadis bawel kembali, tapi tentu dengan cara yang berbeda

IM YOUR BIGGEST FANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang