CHAPTER 41: kenyataan.

4 1 0
                                    

Happy reading yuhu!

Rea kembali ke kelas dengan menghentak hentakan kaki kesal, sudah tidak peduli lagi dengan murid murid yang sedang berlalu lalang di koridor menatapnya dengan tatapan bermacam macam, kalimat arzan benar benar membuatnya kepikiran.

"Kamu sabar dulu yah, bentar lagi, tunggu semuanya kelar, aku bakal kasih waktu aku dua puluh empat jam buat kamu"

Bohong jika rea tidak terpengaruh dengan kalimat tersebut, jika ditanya kenapa, jelas sekali, rea sudah mencintai arzan saat pandangan pertama, juga mendapat hati arzan melalui blood, sweat and tears terlebih dahulu, mungkin benar rea harus bersabar lebih lama lagi, walaupun tidak yakin dengan batas waktu sabar yang arzan maksud.

"Anjir, demen banget ngilang, mana udah mau bel pulang lagi"

Ray yang sedang memakan lolipop yang ia dapat entah dari mana menatap kedatangan rea, disambung dengan tatapan empat manusia yang sedang melingkar di meja nya.

"Iya anjir, dari mana lu, nih kisi kisi, untung tadi pak dadang kagak ngabsen, ya kalo di absen juga lu tetep aman si, anak emas"

Fajar menyodorkan kertas yang seperti nya berisi daftar kisi kisi yang berbentuk selembaran, rea mengambilnya sambil membawa satu kursi yang nganggur dan menempati nya di dekat mereka berempat.

"Ngapa si, ngomong napa, gue nungguin nih"

Veli yang nampak menanti nanti cerita rea yang berawal di panggil ketua OSIS tampan dan berakhir diculik arzan menatap rea dengan selidik.

"Sabar ngapa, ka alvaro bilang gue, letta ama lu jar, disuruh kek ruang OSIS pulang sekolah, gatau ngapain"

Letta dan fajar hanya mangut mangut, tidak ambil pusing, kalau kepo juga tidak ada manusia yang harus ditanya, jawabanya yah tinggal nanti liat di ruang OSIS.

"Ya terus si arzan ngomong apa, jangan bilang-"

"Udah tau kan lu, pasti alesannya ga jauh jauh dari suruh sabar nunggu, gatau deh gue, gue sih iya iya aja"

Letta dan veli nampak memberi respon kurang mengenakan, veli yang sudah terlihat kesal karna sang sahabat terlalu buta akan cinta, dan letta yang memang sudah jengan dengan tingkah laku sang sahabat pun hanya membuang nafas kasar

"CINTA BIKIN SAHABAT GUE BUTA, GILA PLUS GOBLOK TERNYATA"

Teriak letta kuat kuat, rea hanya terdiam, ingin membantah tapi tidak sepenuhnya salah, memang diantara veli dan letta, letta lah yang sangat protektif menjaga dirinya, karna dia sudah mendengar kisah masa lalu rea, kalau veli, nanti jika diberitahu pasti langsung auto jadi lambeh alias kesebar tidak sengaja.

"Udahlah re, putus aja sama si-"

Pletak!

"SAKIT ANJING! "

Ray meringis sembari mengelus kepalanya yang di pukul kencang dengan botol minum tupperware oleh rea, selanjutnya gadis itu menatap ray dengan tatapan permusuhan nya.

"Enak bat lu ngomong, gue dapetin tuan muda tuh butuh perjuangan anjir, enak banget ngomong putus patas putus"

"Ya tapi ray gasalah juga, lagian si arzan udah tau-"

"APA MAU GUE GETOK JUGA??!? "

Rea mengangkat tinggi tinggi botol minumnya yang siap mendarat di kepala fajar, otomatis fajar membekap mulutnya dan mengacungkan jari peace, barulah disitu rea menurunkan botol tersebut dan menaruhnya ketempat semula.

"Kasih gue solusi yang bener, dan gue tegasin yah, putus itu bukan solusi goblok"

Itu yang ia dapat dari masalalu, ia takut salah ambil keputusan, memang benar yang berlalu biar lah berlalu, toh memang keputusan yang dulu rea buat benar adanya, tapi ia tidak mau hubungan masa lalu itu terjadi di kehidupannya sekarang, rea memang sudah jatuh, sejatuh jatuh kepada sosok arzan eshaal.

IM YOUR BIGGEST FANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang