Happy reading!
Selang sepuluh menit berlalu, tangisan rea sudah mereda, tadi arzan juga sudah mengusir kedua temannya, arlan dan regan yang merasa teman pengertian pun mengerti dan secara suka rela keluar dari ruang inap arzan.Arzan menggeser tubuhnya sambil menggendong setengah tubuh rea agar sangat gadis itu berbaring juga disebelahnya, rea yang pasrah dan tak memiliki tenaga untuk menolak pun akhirnya ikut berbaring di sebelah arzan, arzan masih anteng mengekus rambut rea sembari mengamati wajah rea yang sembab karna tangisannya tadi.
"Udah mau cerita? "
Rea menggeleng, ia hanya tidak ingin menceritakan kisah kelam masa lalunya bersama seorang langit, yang terpenting hanyalah masa depannya kelak, bersama arzan, yeu.
Arzan yang mengerti bahwa gadisnya butuh waktunya itu hanya mengangguk seraya mengelap air mata rea yang masih menggenang di pelupuk air matanya.
"Kalo mau nangis harus ada aku yah, awas aja kamu pas nangis besok besok malah meluk cowo lain, eh lebih baik kamu jangan nangis deh, jelek soalnya"
Kemudian arzan terkekeh setelah menyelesaikan omonganya, rea hanya mendengus dan mengerucutkan bibirnya kedepan, merasa kelas juga dibilang jelek oleh pacarnya sendiri, walaupun disana terdapat nada candaan ya tetap saja, kesal.
"Kenapa monyong monyong gitu, mau aku cium hah? "
Rea melotot lalu sedetik kemudian ia memukul dada bidang arzan, merasa arzan semakin lama semakin ngelantur jika mengobrol dengan dirinya, keterlaluan.
"Kamu kok jadi mesum gini sih, diajarin siapa hm?, arlan?, regan, atau jangan jangan temen aku, ray? "
Tudung rea, arzan hanya diam melihat gadisnya berceloteh dan berasumsi macam macam, belom tahu saja dia arzan kalau mode bucin bagaimana.
"Lancar banget sih pacar aku nyebutin cowok lain"
Rea yang tersadar arzan menyindir atau lebih tepat menegurnya pun membekap mulutnya sendiri, kelepasan hei, ya lagian kan arzan teman nya itu itu saja, jadi wajar dong rea menyebutkan teman lelakinya, tidak lucu juga jika arzan cemburu gara gara teman teman nya sendiri.
"Heh itu temen kamu, bukan cowok lain" Koreksi rea.
"Tetep aja mulut kamu gak boleh nyebut cowo lain selain aku, papah kamu sama abang kamu, yang lain haram" Terang arzan.
Sedikit ngerasa, akhir akhir ini mengapa arzan lebih posesif dari biasanya, lucu sih tsundure, sebelas duabelas belas sama raka kalo lagi mode over protective, gapapa lah, bagus, tandanya arzan sudah mulai membuka hati untuknya.
"Aduh,lancar banget yah kamu nge gombalnya, arzan"
Rea membelalakan matanya, kaget, tentu saja di ruangan arzan ternyata sudah terdapat, orang tua plus adik arzan, sungguh rea merutuki dirinya yang tidak sadar akan kehadiran orang lain.
"Eh mamah, ini nih kemaren arzan pengen ngenalin calon mantu"
Goda arzan sembari menaik turunkan alisnya saat ia menoleh ke arah rea, lucu sekali pacarnya ini, ditambah rona merah yang berada di pipi gadis tersebut
"Anak orang jangan dibikin malu zan"
"Anak orang yang mamah maksud pacar arzan kok mah"
Rea mencubit pelan perut arzan, bodo amat sama luka di tubuh cowo tersebut "zan" Tegur rea yang hanya di balas senyuman geli oleh arzan.
"Coba kenapa kamu bisa sampe gini? , cerita sama papah"
Satya yang tadinya hanya menatap keluarganya nya yang sedang bercanda tawa itupun memperjelas kedatangan ditengah kesibukannya, yang jelas ia ingin menjenguk anak sulung nya, juga ingin mengetahui dalang yang membuat putranya babak belur seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM YOUR BIGGEST FAN
Teen Fiction[⚠️TYPO BERTEBARAN] [⚠️ BANYAK KATA KASAR, ANAK BAIK JANGAN DIIKUTIN OKE] [⚠️JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ini hanya tentang cewe bar bar yang menyukai salah satu cogan sekolah, bukan, bukan itu masalahnya, setiap dia berhadapan dengan yang na...